Flashback! Ini Skuad 11 Inti Saat Inter Milan Juara Piala UEFA 22 Tahun Lalu

"Piala UEFA adalah cikal bakal Liga Eropa. I Nerazzurri sudah sangat lama tidak pernah menjuarai ajang kelas dua Eropa itu."

Feature | 20 August 2020, 08:50
Flashback! Ini Skuad 11 Inti Saat Inter Milan Juara Piala UEFA 22 Tahun Lalu

Libero.id - Inter Milan kembali lagi ke final kompetisi Benua Biru setelah terakhir kali menjuarai Liga Champions 2009/2010. Sebelum itu, I Nerazzurri sempat berjaya di Piala UEFA 1997/1998.

Pada 6 Mei 1998, Inter tampil di Parc des Princes, Paris, mengalahkan Lazio 3 gol tanpa balas lewat Ivan Zamorano, Javier Zanetti, dan Ronaldo Luis Nazarioa de Lima. Selain itu, Taribo West (Inter) dan Matias Almeyda (Lazio) sama-sama mendapat kartu merah.

Kini, setelah menanti 22 tahun, Inter kembali memiliki kesempatan menjuarai kompetisi yang sekarang bernama Liga Eropa. Sesuai jadwal, pasukan Antonio Conte menantang Sevilla di RheinEnergieStadion, Cologne, Sabtu (22/8/2020) dini hari WIB. Jika sukses, mereka akan menyamai koleksi lima piala milik Los Sevillistas.

Berikut ini pemain-pemain yang membela Inter di laga melawan Lazio menggunakan formasi aneh 1-3-3-1-2 rancangan Luigi Simoni:


1. Gianluca Pagliuca (kiper) 

Libero.id

Kredit: inter.it

Kiper flamboyan itu bermain untuk Inter pada 1994-1999. Berstatus playboy, Pagliuca adalah penjaga mistar utama I Nerazzurri sekaligus kapten tim. Kiper inti Italia di Piala Dunia 1994 tersebut tampil cekatan dengan menghalau setiap serangan Lazio yang dimotori Pavel Nedved, Pierluigi Casiraghi, dan Roberto Mancini.

2. Salvatore Fresi (sweeper)

Fungsi Fresi dalam skema permainan Inter adalah sebagai sweeper alias orang terakhir di pertahanan yang bertugas menyapu bola. Dia beroperasi di depan kiper dan di belakang tiga bek. Bermain untuk Inter pada 1995-2000, Fresi juga sempat pindah ke Juventus pada 2002 dan memutuskan gantu sepatu pada 2006.


3. Francesco Colonnese (bek kanan)

Libero.id

Kredit: inter.it

Saat tampil di final tersebut, Colonnese baru bergabung dengan Inter dari AS Roma setelah sempat dipinjamkan ke Napoli selama dua musim. Sebagai bek kanan dalam skema tiga pemain belakang, Colonnese dinilai sukses menjalankan tugas untuk mematikan pergerakan Mancini dan Nedved, yang memiliki kaki kiri hebat.


4. Taribo West (bek tengah)

Pemain asal Nigeria yang identik dengan ramput kepang dua warna-warni itu bermain di Inter pada 1997-1999. Saat final digelar, West tampil lugas. Sayang, akibat terlalu bersemangat, dia harus mendapatkan kartu merah dari sang pengadil lapangan akibat menganggal Casiraghi ketika berduel bola udara.


5. Javier Zanetti (bek kiri)

Libero.id

Kredit: inter.it

Saat itu, Zanetti belum menjadi kapten. Namun, dia sudah bermain di posisi yang menjadi spesialisasinya selama bertahun-tahun, yaitu bek kiri. Zanetti bermain lugas di laga tersebut. Dia membuat sayap kanan Lazio benar-benar tidak berkutik. Meski harus berkorban satu kartu kuning, legenda Argentina tersebut ikut menjadi sosok yang menjebol jala Luca Marchegiani.

6. Aron Winter (gelandang kanan)

Winter adalah produk Ajax Amsterdam. Awalnya, dia bermain untuk Lazio. Namun, pada 1996 justru dijual ke Inter setelah rajin berhubungan dengan tim medis akibat cedera. Keputusan itu ternyata membuat Winter memendam dendam. Akibatnya, saat final Piala UEFA melawan Lazio, pemain asal Belanda itu kesetanan di lini tengah.


7. Ze Elias (gelandang tengah)

Libero.id

Kredit: inter.it

Pemilik nama lengkap Jose Elias Moedim Junior itu sebenarnya bukan pemain inti Inter saat itu. Dia bermain sejak menit pertama dengan alasan kontra strategi Sven-Goran Eriksson yang memainkan Giorgio Venturin dan Vladimir Jugovic sebagai duet di lini tengah Lazio. Hasilnya, Ze Elias tampil lugas layaknya gelandang bertahan yang mengejar bola tanpa henti.


8. Diego Simeone (gelandang kiri)

Saat di Inter, Simeone dimainkan sebagai gelandang kiri. Pria yang kini melatih Atletico Madrid tersebut mampu membuat lini tengah Inter seimbang. Bahkan, gol pertama I Nerazzurri lewat Ivan Zamorano lahir dari umpan panjang El Cholo. Saat Inter sudah unggul, Simeone diperintahkan untuk mengamankan area setengah lapangan. Dia menjalankan tugas itu dengan sempurna.
 

9. Youri Djorkaeff (second striker)

Libero.id

Kredit: inter.it

Pada era tersebut, pemain seperti Djorkaeff menyandang status istimewa. Dia adalah pemain yang berada di belakang dua striker. Tugas utamanya mengatur ritme, memberi assist, hingga melakukan eksekusi. Meski tidak mencetak gol di final, peran pemain asal Prancis itu saat melawan Lazio luar biasa. Lini belakang Elang Ibu Kota Italia benar-benar terkuras untuk menjaga barisan depan Inter.


10. Ronaldo (penyerang)

Ronaldo bergabung dengan Inter setelah membawa Barcelona menjuarai Piala Winners 1996/1997. Saat itu, Ronaldo sedang menjadi fenomena lantaran keterampilan teknik dan ketajaman menjebol jala lawan. Di final melawan Lazio, Il Phenomeno benar-benar membuat lini belakang Lazio kocar-kacir. Itu terbukti dengan gol solorun yang dihasilkan. Memanfaatkan jebakan off side yang gagal, Ronaldo menari-nari di pertahanan Lazio sebelum menceploskan bola.


11. Ivan Zamorano (penyerang)

Libero.id

Kredit: inter.it

Pemain yang identik dengan nomor punggung 1+8 bersama Inter itu berada di Appiano Gentile pada 1996-2001. Pada masa itu, Zamorano adalah striker yang ditakuti. Mengandalkan kecepatan dan kemampuan fisik bagus, penyerang yang sempat membela Real Madrid itu menjadi pencetak gol pembuka kemenangan 3-0 atas Lazio.


12. Benoit Cauet (masuk menit 69)

Awalnya, Cauet akan dimainkan sebagai pemain utama. Namun, Simoni tiba-tiba berubah pikiran setelah memprediksi lini tengah Lazio. Akibatnya, gelandang asal Prancis itu baru masuk pada babak kedua dengan tugas utama membantu keseimbangan. Selama sekitar 20 menit dia sukses membuat para pemain Lazio gagal mencetak gol.


13. Francesco Moriero (masuk menit 69)

Libero.id

Kredit: inter.it

Berposisi sebagai winger, Moriero baru masuk pada bebak kedua bersamaan dengan Cauet sebagai bagian dari strategi Simoni. Pasalnya, sang nakhoda melihat Winter dan Djorkaeff sudah mulai kelelahan menghadapi gempuran Lazio sehingga perlu memasukkan darah segar.


14. Luigi Sartor (masuk menit 74)

Masuk menggantikan Zamorano, Sartor ditugaskan untuk menjaga pertahanan Inter agar tidak menderita gol pada 15 menit terakhir. Apalagi, setelah itu West harus dikartu merah wasit. Uniknya, setelah juara bersama Inter, Sartor pindah ke Parma. Di Stadio Ennio Tardini, dia juara Piala UEFA 1998/1999.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network