Philippe Troussier
Libero.id - Dengan berakhirnya perjuangan tim nasional Vietnam di Piala AFF 2022, maka paripurna sudah era Park Hang-seo. Dan, tak butuh waktu lama, Asosiasi Sepakbola Vietnam (VFF) telah menemukan penggantinya. Dia adalah pelatih veteran asal Prancis, Philippe Troussier.
Philippe Troussier bukan sosok asing di sepakbola. Pelatih berusia 67 itu dikenal dengan julukan "Dukun Putih". Itu karena sepak terjangnya yang cukup sukses di sepakbola Afrika.
Seperti dilaporkan Zingnews, Philippe Troussier telah mencapai kesepakatan awal dengan VFF mengenai detail kontrak. Mantan pelatih Pantai Gading, Burkina Faso, Nigeria, Afrika Selatan, Jepang, Qatar, hingga Maroko itu akan berada di Hanoi setelah Tahun Baru Imlek.
Sebelum menerima pinangan melatih Vietnam dan Vietnam U-23, Philippe Troussier bekerja selama dua tahun di PVF Center. Itu adalah salah satu akademi sepakbola terbaik di Vietnam. Kemudian, dia juga sempat menukangi Vietnam U-19 pada 2019.
Tugas Philippe Troussier kali ini tidak akan mudah. VFF menargetkan The Golden Star lolos ke Piala Dunia 2030. Dan, itu sudah harus disiapkan sejak babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Dia juga ditargetkan meloloskan Vietnam ke fase knock-out Piala Asia 2023.
? SNEAK PEAK@mcintinhos recently visited the PVF Academy in ?? Vietnam to talk with academy director Philippe Troussier.
Hear the full chat on Episode 22 coming TONIGHT! pic.twitter.com/T7QDl0srqp
— The Asian Game (@TheAsianGame) November 28, 2018
Punya memori kelam dengan Indonesia
Meski reputasinya mentereng, Philippe Troussier pernah punya memori kelam dengan Indonesia. Kisah tak biasa ini terjadi pada Piala Asia 2004 di China. Ketika itu, Philippe Troussier dipercaya menukangi Qatar, yang bertabur bintang dan menggunakan beberapa pemain naturalisasi.
Qatar dan Indonesia tergabung di Grup A bersama tuan rumah China dan tim Timur Tengah lainnya, Bahrain. China, Qatar, Bahrain diunggulkan, dan Indonesia asuhan Ivan Kolev jadi anak bawang,
Hasilnya, sepakbola memang bukan matematika. Mengandalkan pemain-pemain seperti Ponaryo Astaman dan Budi Sudarsono, Indonesia tampil gagah saat menghadapi Qatar di Worker Stadium, Beijing, 18 juli 2004, di hadapan wasit asal Iran, Masoud Moradi, dan 5.000 penonton.
Budi Sudarsono dan Ponaryo Astaman mencetak gol untuk Indonesia. Skor akhir 2-1, dan Philippe Troussier harus gigit jari.
Kekalahan dari Indonesia berdampak fatal. Qatar kemudian hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan Bahrain sebelum akhirnya dikalahkan China 0-1. Dengan hanya satu poin, The Maroons menghuni dasar klasemen Grup A di belakang China, Bahrain, dan Indonesia.
Dan, tidak butuh waktu lama, Asosiasi Sepakbola Qatar (QFA) kemudian mengeluarkan surat pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kegagalan di Qatar ternyata mempengaruhi kegemilangan karier Philippe Troussier. Dia kembali ke Prancis untuk menukangi Marseille. Tapi, dipecat setelah finish di posisi kelima Ligue 1. Dia juga dipecat Maroko setelah hanya mengelola tim selama dua bulan.
Selanjutnya, Philippe Troussier menjalani karier nomaden di Asia. Dia pergi ke Jepang untuk melatih FC Ryukyu di J2 League. Kemudian, Shenzhen Ruby (China), CS Sfaxien (Tunisia), dan Hangzhou Greentown (China). Lalu, dia ke Vietnam.
#OTD in 2004, Indonesia beat Qatar 2-1 in the #AsianCup2004.
— #AsianCup2023 (@afcasiancup) July 18, 2020
Their first-ever win in the AFC Asian Cup Finals! pic.twitter.com/gCjgFwtdNA
(mochamad rahmatul haq/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini