Shin Tae-yong
Libero.id - Keinginan Shin Tae-yong menggunakan sembilan pemain pemain Persija Jakarta di timnas U-20 menuai kontroversi. Meski mendapatkan tentangan Thomas Doll, nakhoda asal Korea Selatan tidak peduli. Lalu, apa alasannya?
Situasi kurang ideal menyapa timnas U-20 jelang Piala AFC U-20 2023 dan Piala Dunia U-20 2023. Dari 30 nama yang dipanggil, hanya 21 yang memenuhi panggilan. Dua pemain pergi ke Eropa untuk mengadu nasib. Sementara sisanya tidak dilepaskan Persija Jakarta dan Persib Bandung.
Macam Kemayoran hanya menyerahkan lima pemain, yaitu Achmad Maulana Syarif, Frengky Missa, Ginanjar, Resa Aditya Nugraha, dan Barnabas Sobor. Sementara Muhammad Ferarri, Alfriyanto Nico, Cahya Supriadi, dan Dony Tri Pamungkas ditahan.
Hal yang kurang lebih sama menimpa Persib. Sebelum mengizinkan pemainnya bergabung, Maung bandung sempat menahan Robi Darwis, Kakang Rudianto, dan Ferdiansyah Cecep. Alasannya, mengikut Persija.
Yang menarik dianalisis adalah mengapa Shin Tae-yong memutuskan memborong pemain Macan Kemayoran ke TC timnas U-20? Bukankah masih banyak pemain yang sama bagusnya di Liga 1?
Ternyata, alasannya sederhana. Pertama, mereka sudah bermain bersama timnas U-19 sejak Piala AFF U-19 2022 dan Kualifikasi Piala AFC U-20 2023. Kedua, pemain-pemain Persija mendapatkan jam yang lebih banyak di kompetisi musim ini dibanding pemain-pemain muda klub lain.
Hanya itu? Tidak! Yang ketiga dan yang paling penting adalah Shin Tae-yong berkaca pada sukses Italia di Piala Dunia 2006 dan Spanyol di Piala Dunia 2010.
Jika anda ingat, ketika Italia menjuarai Piala Dunia 2006, Juventus menjadi klub yang dominan. Di sana ada Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Alessandro del Piero, Mauro Camoranesi, dan Gianluca Zambrotta. Itu belum termasuk Angelo Peruzzi, Filippo Inzaghi, atau Andrea Pirlo yang pernah berseragam Juventus.
Tapi, itu belum seberapa jika dibanding Spanyol ketika menjuarai Piala Dunia 2010. Saat itu, di starting line-up La Furia Roja, ada enam pemain Barcelona. Mereka adalah Carles Puyol, Gerard Pique, Sergio Busquets, Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan Pedro Rodriguez.
Masih ada lagi Cesc Fabregas yang jebolan La Masia dan kemudian mudik ke Barcelona setelah Piala Dunia. Begitu pula David Villa yang pindah dari Valencia ke Barcelona pada musim panas itu. Sementara Victor Valdes duduk manis di bench sebagai deputi Iker Casillas. Jangan lupa, Pepe Reina juga lulusan La Masia.
Logikanya, dengan memiliki pemain yang dominan dari satu klub, pelatih akan lebih mudah meracik skuad. Kekompakan menjadi jaminannya karena mereka terbiasa bermain bersama dan sudah mengerti satu dengan lainnya. Pelatih hanya butuh melatih fisik, taktik, strategi, dan menganalisis kekuatan lawan.
Karena itulah pemusatan latihan jangka panjang dibutuhkan di Indonesia agar pemain lainnya bisa memahami karakter anak-anak Macan Kemayoran. Paham?
(andri ananto/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini