10 Pelatih Asing yang Kemungkinan Masih Bertahan Setelah Liga 1 Dilanjutkan

"Sejauh ini hanya Edson Tavares yang resmi meninggalkan Borneo FC karena kecewa dengan manajemen."

Feature | 02 September 2020, 19:36
10 Pelatih Asing yang Kemungkinan Masih Bertahan Setelah Liga 1 Dilanjutkan

Libero.id - Liga 1 direncanakan bergulir lagi setelah terhenti cukup lama akibat pendemi Covid-19. Jika tidak ada perubahan, kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia itu akan kembali kick-off pada 1 Oktoner 2020.

Saat dilanjutkan, kemungkinan besar komposisi skuad tidak akan berbeda jauh dengan beberapa bulan lalu, termasuk barisan pelatih asing. Sejauh ini hanya Edson Tavares yang resmi meninggalkan Borneo FC karena kecewa dengan manajemen. Posisi pria asal Brasil itu ditempati Roberto Carlos Mario Gomez, yang sebelumnya menukangi Arema FC. Gomez mundur dari Singo Edan karena kecewa dengan renegosiasi kontrak yang diajukan.

Kepergian pria asal Argentina itu dari Stadion Kanjuruhan membuat posisi pelatih Singo Edan kosong. Untuk sementara kursi panas itu ditempati Charis Yulianto hingga didapatkan pelatih definitif. Kabarnya, Carlos Carvalho de Oliveira asal Brasil ditawari menukangi klub dari Jawa Timur itu.

Berikut ini 10 pelatih asing yang kemungkinan besar akan memimpin skuadnya di laga-laga lanjutan Liga 1 2020:

1. Stefano Cugurra alias Teco (Bali United)

Libero.id

Kredit: baliutd.com

Teco memiliki pengalaman yang cukup panjang dan membanggakan di sepakbola Asia Tenggara. Mantan pelatih fisik Persebaya Surabaya itu sempat berkelana ke Thailand untuk melatih Chiangrai United.

Di Indonesia, Teco sempat mengantarkan Persija Jakarta menjuarai Liga 1 2019. Sementara bersama Serdadu Tridatu, pria Brasil yang memiliki istri wanita Indonesia itu menjuarai Liga 1 2019. Untuk musim ini, dia diwajibkan membawa Bali mempertahankan gelar juara Liga 1 sekaligus bersinar di Piala AFC. Sayang, Covid-19 mengubah semua skenario yang sudah disusun matang.

2. Paul Munster (Bhayangkara FC)

Munster mengenal sepakbola Indonesia ketika menjadi pelatih tim nasional Vanuatu. Setelah beruji coba dengan tim Garuda, pria asal Irlandia Utara tersebut ditawari melatih Bhayangkara. Sebagai pelatih Munster tergolong hijau lantaran baru berusia 38 tahun. Tapi, dia mempunyai daftar panjang klub yang ditangani. Sebut saja Assyriska BK, Prebro Syrianska, BK Forward, Orebro SK U-19, Minerva Punjab FC, Vanuatu, hingga Bhayangkara.

3. Roberto Carlos Mario Gomez (Borneo FC)

Saat kompetisi akan dilanjutkan, Gomez tiba-tiba meninggalkan Arema karena tidak sepakat dengan perubahan nilai kontrak. Mundur dari Arema justru membuat Gomez mendarat di Kalimantan Timur. Borneo merupakan tim yang dilatihnya musim lalu. Sepanjang 2019, Pesut Etam dibawa Gomez ke persaingan tangga juara sebelum mengakhiri kompetisi di peringkat 7.

Pengalaman pria Argentina itu menjadi nilai plus di mata para pemilik klub Liga 1. Selain sempat menukangi Persib Bandung, Gomez juga dikenal di Asia Tenggara sebagai pelatih yang mengantarkan Johor Darul Ta'zim menjuarai Piala AFC. Klub berjuluk Harimau Selatan itu juga merajai Liga Malaysia dengan deretan pemain bintang mahalnya.

4. Robert Alberts (Persib Bandung)

Libero.id

Kredit: persib.co.id

Alberts memiliki sejarah yang panjang dengan sepakbola Indonesia. Sebelum menukangi Persib sejak musim lalu, pria asal Belanda yang bermukim di Malaysia itu sempat meraih sukses bersama Arema Indonesia dan PSM Makassar.

Dengan skuad yang bertabur bintang mahal, tugas utama Alberts musim ini adalah menghadirkan trofi juara untuk Maung Bandung. Dan, untuk sementara target itu tampaknya mulia bisa direalisasikan. Sebelum berhenti karena PSBB di berbagai wilayah, Persib mendulang 3 kemenangan dari 3 pertandingan awal musim. Dengan 9 poin, mereka meninggalkan Bali United di posisi 2 dengan selisih 2 poin.

5. Sergio Farias (Persija Jakarta)

Libero.id

Kredit: instagram.com/sergiofarias92

Farias ditunjuk menukangi Persija ketika Edson Tavares hengkang ke Borneo FC pada awal musim. Ekspektasi kepada pria berpaspor Brasil tersebut sangat tinggi musim ini. Dia dituntut membawa Macan Kemayoran juara. Pasalnya, Farias punya reputasi yang bagus di sepakbola. Dia pernah memenangi Liga Korea 2007 dan Liga Champions Asia 2009 bersama Pohang Steelers. Farias juga memiliki pengalaman melatih Brasil U-17 dan U-20.

6. Jacksen Tiago (Persipura Jayapura)

Jacksen bukan sosok asing di Liga Indonesia. Dia adalah orang Brasil yang sangat mengenal negara ini. Jacksen sudah menginjakkan kaki di Indonesia sejak 1994 ketika menjadi pemain Petrokimia Putra Gresik. Selanjutnya, dia menjelma menjadi salah satu penyerang paling menakutkan di era Liga Indonesia.

Ketika gantung sepatu, Jacksen menjadi pelatih yang memiliki kelas tersendiri. Dia dikenal sebagai arsitek jaminan trofi. Jacksen mengoleksi 4 gelar Liga Indonesia sebagai pelatih, dengan tiga di antaranya bersama Persipura (2008/2009, 2010/2011, 2012/2013) dan satu bersama Persebaya (2004).

Pamor Jacksen sempat turun ketika melatih Barito Putera pada 2017-2019. Di klub asal Kalimantan Selatan itu, dia tidak mampu menghadirkan prestasi. Karena itu, dia memutuskan kembali melatih Mutiara Hitam sejak pertengahan musim 2019. Ketika Jacksen datang, Persipura tercecer di papan bawah. Lalu, dia mampu menyulap tim asal Papua itu mengakhiri Liga 1 sebagai runner-up.

7. Dragan Djukanovic (PSIS Semarang)

Libero.id

Kredit: liga-indonesia.com

Djukanovic mengawali karier di Indonesia pada 2016 saat diminta melatih Borneo FC. Kemudian, tahun lalu dia ditunjuk Yoyok Sukawi menjadi direktur teknik PSIS Semarang. Tapi, ketika Mahesa Jenar bersiap memasuki musim baru, Djukanovic diperintahkan untuk menjadi pelatih kepala menggantikan Bambang Nurdiansyah.

Sebagai pelatih di Liga 1, Djukanovic masih membutuhkan pembuktian. Pasalnya, CV pria berkebangsaan Montenegro tersebut tidak terlalu layak dibanggakan. Dia sempat menukangi beberapa klub kecil seperti Sindelic Beograd (Serbia), Sheikh Russel (Bangladesh), hingga Lovcen (Montenegro).

8. Bojan Hodak (PSM Makassar)

Hodak adalah pelatih yang sangat berpengalaman di Asia, khususnya Asia Tenggara. Sebelum dipercaya melatih PSM pada awal musim ini, pria Kroasia tersebut tercatat sebagai nakhoda UPB-MyTeam, Phnom Penh Crown, Shandong Luneng (asisten pelatih), Kelantan FA, Johor Darul Ta'zim, Malaysia U-19, hingga menjadi CEO Penang FA.

Saat menjadi pemain, Hodak juga menghabiskan banyak waktu di beberapa negara Asia Tenggara dan Asia Timur. Dia pernah memperkuat Balestier Central dan Jurong FC (Singapura), serta Hong Kong Rangers (Hongkong).

9. Dejan Antonic (PSS Sleman)

Antonic menjadi pelatih PSS hanya beberapa hari sebelum Liga 1 2020 kick-off. Pria Serbia yang bermukim di Hongkong itu menggantikan Eduardo Perez, yang mengundurkan diri karena alasan non teknis. Bagi Antonic, sepakbola Indonesia bukan hal asing. Saat aktif menjadi pemain pada 1990-an, dia sempat membela Persebaya Surabaya, Persita Tangerang, hingga Persema Malang.

Beristrikan wanita Indonesia, Venna Tikoalu, Antonic juga memiliki pengalaman panjang menukangi sejumlah klub Liga Indonesia. Sebelum Super Elang Jawa, dia sempat melatih Madura United, Borneo FC, Persib Bandung, Pelita Bandung Raya, Pro Duta, hingga Arema Indonesia. Sayang, belum ada gelar juara yang berhasil disumbangkan.

10. Igor Kriushenko (Persikabo 1973)

Ini menjadi musim perdana Kriushenko di sepak bola Indonesia. Tapi, dia datang ke Stadion Pakansari, Cibinong, dengan CV yang pantas dibanggakan. Kriushenko adalah pelatih timnas Belarus pada 2017-2019. Dia juga sempat menukangi beberapa klub elite Belarus seperti BATE Borisov, Dinamo Minsk, hingga Torpedo-BelAZ Zhodino. Dia adalah orang yang membawa BATE menjuarai Liga Belarus 2006 dan 2007 serta Piala Belarus 2005/2006. Bersama Torpedo, Kriushenko juga menghadirkan Piala Belarus 2015/2016.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network