Liga Indonesia
Libero.id - PSSI dan klub-klub sepakbola Indonesia sepakat dengan format kompetisi musim depan. Untuk Liga 1, yang berganti nama menjadi Liga Indonesia, tetap diikuti 18 tim dan diakhiri dengan "Final Four". Pertanyaannya, apakah konsep MLS ini cukup fair atau ada sistem lain yang lebih cocok dengan Indonesia?
Dalam Sarasehan Sepakbola di Surabaya, beberapa hari lalu, PSSI menggelar dua opsi untuk Liga Indonesia.
Opsi pertama membagi tiga grup dan sangat mirip MLS yang super rumit. Opsi kedua adalah kombinasi sistem Eropa (kompetisi penuh) dengan MLS. Hasilnya, banyak yang memilih opsi kedua.
Nantinya, semua tim akan bertanding seperti saat ini, 34 kali, home and away. Bedanya, di akhir musim empat tim teratas akan tampil di Final Four. Peringkat 1 vs Peringkat 4 dan Peringkat 2 vs Peringkat 3. Yang menang jumpa di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
"Jadi, Liga 1 akan ada play-off. Tentu ini terobosan, tinggal bagaimana kami, PSSI, menyiapkan format pertandingan yang diinginkan mereka, persiapan wasit yang sesuai standar yang mereka inginkan dan persiapan teknologi jika memungkinkan," ujar Erick Thohir, di situs resmi PSSI.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha Destria. Dia menyebut format baru memiliki hal positif. Tapi, tetap harus ada pengkajian kembali sebelum diputuskan.
"Saya ingin fokus kepada objektifnya. Objektifnya ini setelah tragedi Kanjuruhan bagaimana klub kita supaya pulih. Nah, pulihnya jangan lama-lama. Jangan juga kita menunggu transisi pulih 2 tahun, ya kapan kita meroketnya?" ungkap Ratu Tisha Destria.
Dengan konsep Final Four, apakah adil bagi tim peserta? Lalu, bagaimana jika sang juara adalah tim peringkat 4 atau peringkat 3? Jika ini terjadi, apakah tidak sia-sia menjadi pemuncak klasemen akhir? Tiga hal itu harus dipikir matang-matang sebelum dilaksanakan.
Nama kompetisi top flight sepakbola Indonesia ?
Kompetisi yang mana yang paling lo suka? pic.twitter.com/7Q75HXMEPV
— Box2Box Football Podcast (@Box2BoxBola) March 6, 2023
Sistem Apertura-Clausura bisa dipertimbangkan
Sebenarnya, jika PSSI dan klub menginginkan ada pertandingan grand final yang meriah layaknya Piala Dunia 2022, opsi kompetisi ala Amerika Latin bisa diadopsi.
Di negara-negara seperti Meksiko, Argentina, Chile, Uruguay, Kolombia, Bolivia, Paraguay, Ekuador, Panama, hingga Kosta Rika dikenal istilah Apertura-Clausura. Apertura berarti "pembuka" dan clausura berarti "penutup".
Di Liga MX misalnya, format ini melihat musim kompetisi dibagi menjadi dua turnamen. Setiap tim bermain satu sama lain hanya sekali di setiap babak. Lalu, di akhir setiap turnamen, delapan tim teratas maju ke kompetisi sistem gugur, dengan pemenang akhirnya dinobatkan sebagai juara.
Contoh lainnya di Argentina, Uruguay, dan beberapa negara anggota CONMEBOL. Di sana, juara Apertura dan juara Clausura akan diadu dalam pertandingan grand final. Jika satu klub memenangkan Apertura-Clausura sekaligus, grand final tidak digelar dan pemenangnya langsung mendapat atribut "Super Campeon".
Tapi, ada juga yang melibatkan runner-up Apertura maupun Clausura untuk bertandingn di grand final jika muncul Super Campeon. Intinya, ada banyak opsi untuk Liga Indonesia yang wajib dikaji agar menarik sponsor, penonton, maupun pemberitaan.
Hasil Sarasehan PSSI :
- Liga 2 musim ini fix tidak lanjut yang artinya Liga 1 juga tanpa degradasi
— Extra Time Indonesia (@idextratime) March 5, 2023
- Liga 1 berganti nama jadi Liga Indonesia
- Liga 2 berganti nama jadi Liga Nusantara
- Liga 1 musim depan dimulai Juli 2023 - April 2024
- Liga 2 dimulai November 2023 - Juni… https://t.co/Ix2dhzOAf2 pic.twitter.com/nHGevx9YPX
(andri ananto/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini