Analisis Mengapa Timnas U-20 Tidak Perlu Dikumpulkan dalam Satu Klub

"Tidak masalah kalau hanya wacana."

Analisis | 04 April 2023, 02:47
Analisis Mengapa Timnas U-20 Tidak Perlu Dikumpulkan dalam Satu Klub

Libero.id - Setelah gagal bermain di Piala Dunia U-20 2023, muncul wacana untuk mengumpulkan para pemain timnas U-20 asuhan Shin Tae-yong dalam satu klub. Kemudian, diikutkan kompetisi.

Kegagalan Hokky Caraka dkk bertanding di Piala Dunia U-20 2023 benar-benar menyesakkan. Persiapan yang sudah dilakukan sejak 2021 harus kandas gara-gara surat penolakan Gubernur Bali, I Wayan Koster, untuk menerima timnas Israel U-20 di Pulau Dewata.

Pembatalan itu otomatis membuat timnas U-20 bubar jalan. Pasalnya, dalam waktu dekat tidak ada lagi pertandingan level junior. Yang ada adalah SEA Games 2023, untuk pemain timnas U-22.

Agar bakat pemain-pemain muda ini tidak sia-sia, muncul wacana mengumpulkannya dalam satu tim. Kemudian, diikutkan dalam kompetisi resmi sekelas Liga 1. Tujuannya supaya chemistry para pemain yang sudah terbentuk lama tidak hilang begitu saja.

"Tadi Pak Presiden berencana anak-anak timnas U-20 ini agar nanti digabungkan dalam satu tim biar chemistry kita tidak hancur, karena kan kemarin kita seminggu pulang terus kumpul lagi, pasti chemistry hilang lagi. Mungkin itu masih dalam rencana, mungkin masih bisa terwujud," ujar Hokky Caraka.

Soal rencana kompetisi yang akan diikuti timnas U-20, Hokky Caraka memberi sinyal bahwa mereka kemungkinan akan berkompetisi di dalam negeri. "Kalau soal itu pasti akan ikut di Liga 1. Kita akan berkompetisi di salah satu tim itu. Jadi, semoga benar terwujud. Itu harapan dari Pak Jokowi," tambah striker muda PSS Sleman itu.

Pertanyaannya, mungkinkah itu terwujud? Lalu, apakah tepat wacana mengumpulkan timnas U-20 dalam sebuah tim untuk bermain terus di kompetisi?

Di Indonesia, hal seperti ini bukan baru. Model ini pernah dikerjakan sejumlah induk organisasi olahraga beregu. Contohnya, bola basket kertika membentuk Indonesia Patriot. Indonesia Patriot merupakan model pembinaan dengan jangka panjang, dan telah mengikuti IBL sejak 2020.

Meski tampil di kompetisi reguler, Indonesia Patriot tidak mungkin menjadi juara. Mereka juga tidak berhak mengikuti babak play-off.

Di sepakbola, model seperti ini juga pernah dilakukan. Tim yang disebut PSSI Primavera pernah mengikuti kompetisi junior di Italia. Ada pula SAD Indonesia di Uruguay. Kemudian, timnas U-19 generasinya Evan Dimas Darmono yang disiapkan pertandingan uji coba domestik dalam tajuk Tur Nusantara.

Dari luar negeri, sistem seperti ini ada di Malaysia dan Singapura. Di Malaysia, mereka memiliki Harimau Muda A, Harimau Muda B. Kemudian, di Singapura ada Young Lions XI. Tim-tim junior itu diikutkan di kompetisi domestikan. 

Hanya saja, terdapat perbedaan hasil. Jika Malaysia dan Singapura cukup sukses, hal sebaliknya ada di Indonesia. Program semacam ini selalu menimbulkan masalah dengan klub asal sang pemain. Hasil akhirnya juga selalu mengecewakan.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network