Kisah Intel Marcelo Bielsa dan Leeds United yang Menghebohkan Sepakbola Inggris

"Formasi Bielsa antimainstream 3-3-3-1. Pernah mengirimkan mata-mata yang tertangkap basah!"

Feature | 12 September 2020, 07:22
Kisah Intel Marcelo Bielsa dan Leeds United yang Menghebohkan Sepakbola Inggris

Libero.id - Kembali bermainnya Leeds United di Liga Premier 2020/2021 setelah absen sangat lama memunculkan rasa penasaran dari banyak penggemar sepakbola Inggris. Selain status The Whites sebagai klub tradisional, eksistensi Marcelo Bielsa sebagai nakhoda kontroversial menjadi bumbu tersendiri.

Berkebangsaan Argentina, Bielsa terkenal sebagai pelatih yang "unik". Dijuluki El Loco (Si Gila), mantan nakhoda La Albiceleste tersebut memiliki level kontroversi yang jauh lebih tinggi dari Jose Mourinho.

Bielsa dikenal sebagai pelatih yang memiliki formasi permainan antimainstream dan tidak biasa. Jika pelatih-pelatih sepak bola pada umumnya menggunakan pakem 4-4-2 atau 3-5-2 dengan berbagai variasinya, Bielsa memiliki ciri khas 3-3-3-1. Terkadang, dia juga menempatkan pemain di posisi yang tidak umum sehingga sulit dibaca pelatih lawan.

Hal kontroversial lainnya dikenal dengan istilah "spygate". Skandal mata-mata melibatkan Bielsa ketika Leeds bersiap menghadapi Derby County di Championship Division 2018/2019. Untuk mengetahui startegi tim yang kala itu masih dilatih Frank Lampard, Bielsa mengirimkan mata-mata ke markas latihan The Rams.

Masalahnya, intelijen yang dikirimkan Bielsa ketahuan. Kejadian pada Januari 2019 terungkap saat pihak keamanan Derby menangkap seorang karyawan Leeds yang menyusup di sesi latihan tim pada satu hari sebelum pertandingan. Derby lalu mengajukan masalah itu ke operator liga (EFL) dan FA. Hasilnya, Leeds mendapatkan denda 200 ribu pounds.

Kepolisian Derbyshire mengonfirmasi, mata-mata Leeds tersebut kedapatan memotong pagar kawat di kamp latihan The Rams di Moor Farm. Kamera pengawas yang ada di lingkungan tersebut mendeteksi sang penyusup sehingga bisa langsung melakukan penyergapan.  

Uniknya, Bielsa justru tidak merasa tindakan ini sebagai kecurangan. Sehari setelah EFL memastikan menggelar penyelidikan, Bielsa mengadakan konferensi pers darurat. Di situ dia mengungkapkan bahwa dia telah melakukan hal yang sama untuk semua lawannya.

"Saya sudah mengatakan bahwa saya yang bertanggung jawab. Klub tidak bertanggung jawab apa pun. Orang yang melakukannya mengikuti perintah saya. Saya berasumsi pada fakta bahwa perilaku saya diamati. Saya mengamati semua rival dan kami menyaksikan semua sesi latihan lawan sebelum kami bermain melawan mereka," ungkap Bielsa ketika itu, dilansir Sky Sports.

"Ini bukan pelanggaran hukum. Kita bisa mendiskusikan apakah itu benar atau salah. Saya tidak memiliki niat buruk dan saya juga tidak mencoba dan mendapatkan keuntungan olahraga yang tidak adil," tambah pria yang sempat menukangi Olympique Marseille itu.

Selain Leeds dihukum, aksi Bielasa juga berujung kecaman banyak orang, termasuk Lampard. "Untuk olahraga, itu buruk. Jika kita akan berbicara tentang budaya dan mengatakan saya melakukannya di tempat lain dan itu baik-baik saja, saya tidak percaya itu," ucap pria yang sekarang menukangi Chelsea.

Meski dikecam, tidak sedikit yang justru memuji ide jenius Bielsa. Pep Guardiola salah satunya. Nakhoda Manchester City itu sempat mengatakan bahwa praktik memata-matai rival adalah hal yang lumrah di seluruh spektrum sepakbola dunia. Dengan jujur, Guardiola mengungkapkan pernah mengalaminya selama masa jabatan di Bayern Muenchen.

"Di negara lain, semua orang melakukan itu. Ketika saya melatih Bayern, ada orang berdiri di bukit (di luar kamp latihan) dengan kamera menyaksikan apa yang kami lakukan. Itu budaya untuk klub. Bukan karena saya berkata anda harus pergi untuk melakukan itu. Tapi, itu memang bagian dari budaya," ungkap Guardiola.

Pendapat yang sama juga diungkapkan Juergen Klopp. Dia menunjukkan fakta bahwa tirai raksasa digunakan untuk menyembunyikan sesi latihan Liverpool di Melwood. "Saya dapat memahami (Bielsa) ingin memiliki semua informasi. Kami semua menginginkannya. Tapi, kami harus menerima kenyataan bahwa kami tidak mendapatkannya," kata Klopp.

Komentar Guardiola dan Klopp cukup logis. Pasalnya, kasus Bielsa bukan yang pertama. Pada 2014, Crystal Palace pernah didenda FA dan dinyatakan bersalah melanggar aturan yang berkaitan dengan "itikad baik" setelah klub memperoleh informasi tentang starting line-up Cardiff City sehari sebelum pertandingan.

Selanjutnya, pada akhir 2018, Werder Bremen mengaku menerbangkan drone selama sesi latihan Hoffenheim menjelang pertemuan kedua tim. "Jika tindakan di Hoffenheim menyebabkan ketidakpastian tertentu di tempat latihan, maka kami ingin meminta maaf untuk itu," kata CEO Bremen, Frank Baumann, ketika kasus itu terbongkar.

"Sebuah pesawat tak berawak diterbangkan untuk waktu yang singkat. Tapi, tidak terbang di atas lapangan tempat tim mereka berlatih. Tidak ada ancaman. Semuanya telah diselesaikan dengan Hoffenheim. Kami tidak melakukan apa pun yang ilegal. Itu bertentangan dengan prinsip klub kami. Kami meminta maaf kepada Hoffenheim jika insiden itu membuat mereka takut. Hanya ini yang harus kami katakan tentang masalah ini," tambah Baumann.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network