Kredit: instagram.com/csa.steaua dan instagram.com/dinamobucurestiofficial
Libero.id - Banyak sekali derby terkenal di dunia, mulai dari Derby Manchester, El Clasico, The Old Firm hingga Derby Della Capitale. Itu semua adalah derby yang paling dikenal oleh seluruh fans sepakbola di seluruh dunia, khususnya di Eropa. Tapi tahukah bahwa di Bucharest ada sebuah derby yang terbilang keras dan sengit? ya benar, kita sedang membicarakan tentang Eternal Derby, derby yang menampilkan dua tim terbesar di sana: Steaua Bucuresti (Steau Bucharest) dan Dinamo Bucuresti (Dinamo Bucharest).
Sejarah Eternal Derby dan pencapaian kedua klub
Tradisi persaingan antara kedua tim ini sudah ada sejak sebelum terjadinya perang Rumania. Keduanya pertama kali bertemu pada 21 November 1948. Steaua dikenal sebagai tim Angkatan Darat Rumania, dan sangat dekat dengan pimpinan kontroversial di sana, Nicolae Ceausescu, seorang tokoh komunis sekaligus politisi ulung.
Sementara Dinamo adalah tim Kementerian Dalam Negeri, dan juga kepolisian. Tim berjuluk The Red Dogs itu memiliki kedekatan dengan pemerintah sementara The Army Men adalah pihak kebalikannya, maka permusuhan keduanya seakan tak pernah habis hingga hari ini, bahkan di pertemuan pertama yang telah dikatakan sebelumnya, terjadi peristiwa hooliganisme dan kekerasan karena perbedaan pemikiran dan sejarah politik yang panjang.
Secara prestasi, keduanya adalah tim besar karena dominasi mereka atas Casa Liga 1. Steaua yang kini berganti nama menjadi FCSB telah menjadi kampiun sebanyak 26 kali dan Dinamo sebanyak 18 kali dari 101 musim yang sudah berjalan. Di kompetisi Eropa, keduanya juga merupakan tim yang terbilang sukses. Steaua berhasil menjadi kampiun Piala Eropa (sekarang Liga Champions) pada tahun 1986, menjadi runner-up pada tahun 1989 setelah mencapai semifinal pada tahun 1988.
Sementara The Red Dogs mencapai semifinal Piala Eropa pada tahun 1984 dan Piala Winners pada tahun 1990. Rivalitas kedua tim juga berpengaruh pada olahraga lain seperti Rugby, Bola Tangan, dan Polo Air.
Pengaruh Nicolae Ceausescu
Pengaruh Ceausescu sangat luas ketika menjadi pemimpin di negara Balkan tersebut, termasuk di dunia olahraga. Ceausescu memanfaatkan olahraga sebagai media untuk berinteraksi dengan dunia luar, dimulai dari Rugby yang kala itu sangat diminati oleh para pemimpin Rumania, maka sepak bola yang jangkauannya lebih global disiapkan oleh Ceausescu untuk membawa Rumania lebih ‘kuat’.
Putra tertua Ceausescu, Valentin Ceausescu menjadi presiden klub di Steaua Bucuresti dan disinilah banyak peranan keluarga Ceausescu bermain. Salah satu yang paling dikenang adalah ketika Steaua memenangi gelar domestik pada tahun 1988. Pada pertandingan final Piala Rumania 1988, Dinamo dan Steaua bermain imbang 1-1 setelah 90 menit berlalu, kemudian Gabi Balint berhasil mencetak gol di perpanjangan waktu, namun dianulir oleh wasit karena terjebak offside. Kemudian para pemain Steaua menolak untuk melanjutkan pertandingan dan Piala Rumania pun diberikan kepada The Red Dogs.
Di Liga, Steaua juga kalah 1 poin dari Dinamo yang membuat mereka gagal menjadi kampiun. Lalu Ceausescu muncul dan memainkan perannya - ia langsung mengatakan pada pihak penyelenggara pertandingan bahwa gol pada final Piala Rumania 1988 adalah sah dan segera piala domestik itu diberikan kepada timnya - sampai jatuhnya rezimnya, memang banyak ketidakadilan yang terjadi, mulai dari korupsi, pengaturan pertandingan dan intimidasi politik , khususnya untuk dinamo, benar-benar mencederai nilai sportivitas waktu itu.
Tindak anarkis dan hooliganisme dari kedua supporter
Budaya ultras dalam sepak bola Rumania tidak dapat diremehkan - faktanya, itulah yang membuat persaingan terus berlanjut selama bertahun-tahun.
Pada bulan Desember 1995, supoter bernama Armata Ultra dibentuk sebagai bagian daripada fans Steaua. Dengan lebih dari 4.000 anggota, mereka sudah harus dibubarkan enam tahun kemudian karena sering bertindak anarkis dan terlibat dalam peristiwa hooliganisme.
Di sisi lain, para pendukung Dinamo juga memiliki kebiasaan yang juga tak beda jauh. Pada tahun 1997, para pendukung Dinamo membakar bagian dari tribun selatan Stadionul Ghencea sebelum pertandingan Eternal Derby dimulai.
Bahkan saat pertandingan Liga Champions yang mempertemukan Steaua dengan Manchester City, penggemar Dinamo menyabotase koreografi pra-pertandingan yang seharusnya memberi penghormatan kepada kemenangan Liga Champions mereka atas Barcelona, pada tahun 1986.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini