Libero.id - Persipura Jayapura sempat menyandang status klub Indonesia spesialis kompetisi Asia. Akibat prestasi di Liga Indonesia, Mutiara Hitam pernah bermain di Liga Champions Asia (LCA) maupun Piala AFC. Peringkat mereka di Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) juga yang paling tinggi di antara para peserta Liga 1 2020/2021.
Per 13 September 2020, Persipura berada di posisi 52 dengan 1.403 poin. Mereka mengalahkan Persija Jakarta di posisi 69 dengan 1.375 poin, Persib Bandung (posisi 84, 1.353 pon), maupun Arema FC (posisi 93, 1.346 poin).
Untuk Asia Tenggara, Persipura hanya kalah dari 3 klub elite Thailand. Mereka adalah Buriram United di posisi 17 dengan 1.508 poin, Muangthong United (posisi 27, 1.456 poin), serta Bangkok United (posisi 31, 1.436 poin). Sementara di posisi paling atas terdapat Al Hilal dari Arab Saudi dengan 1.683 poin dan runner-up menjadi milik Jeonbuk FC (Korea Selatan) dengan 1.632 poin.
Namun, akibat kondisi sepakbola di Indonesia yang kurang stabil dalam beberapa tahun terakhir, Persipura tidak pernah bermain di kompetisi Asia lagi sejak 2015. Pada 2016 berada dalam sanksi FIFA dan pada 2017 PSSI terlambat mendaftarkan klub yang berpartisipasi.
Dari beberapa kesempatan bermain di Asia, tidak selamanya Persipura mencatat hasil bagus. Ada kalanya Mutiara Hitam tampil sangat mengecewakan. Contohnya, pada LCA 2010. Saat itu, mereka harus menderita 22 gol dari tiga laga tandang fase grup tanpa membobol jala lawan!
Persipura tampil di babak utama selaku juara Indonesia Super League (ISL) 2008/2009. Tergabung di Grup F, Mutiara Hitam ditantang Jeonbuk, Kashima Antlers, dan Changchun Yatai.
Hasilnya, pada pertandingan perdana di Gelora Bung Karno, Jakarta, Persipura menyerah 1-4 dari Jeonbuk. Pada pertandingan kedua, tim yang saat itu ditangani Jacksen Tiago harus tandang ke China menghadapi Changchun, 9 Maret 2010. Dalam cuaca dingin bersuhu minus 20 derajat celcius dan salju yang turun, Persipura dihajar 9 gol tanpa balas.
Beberapa tahun berselang, Jacksen menceritakan kejadian menyakitkan tersebut. Pria asal Brasil itu mengatakan, para pemain Persipura kesulitan bermain karena terbiasa beraktivitas dalam suhu 34-38 derajat celsius.
"Kalian (media) tahu pemain-pemain Papua itu anak pantai. Selalu bermain di pantai. Tiba-tiba, main di China yang cuacanya minus 20 derajat (celcius). Waktu main tidak ada rumput di lapangan. Tidak ada apa-apa. Kita pakai sepatu biasa. Kita susah berdiri karena sudah seperti main ski," ujar Jacksen pada 2013.
Persipura sebenarnya cukup beruntung karena pertandingan berlangsung sore hari dengan sinar matari yang cukup terik. Bayangkan jika pertarungan digelar malam hari. Dalam naungan sinar matahari sore saja suhu udaranya minus 20, apalagi malam hari.
"Kita masuk lapangan dengan celana pendek (yang biasa digunakan untuk bermain di Indonesia). Lawan masuk pakai pakaian panjang (jersey sepakbola khusus musim dingin). Yang biasa mereka pakai itu kupluk dan sarung tangan. Kita hanya sarung tangan saja, di atas (kupluk) tidak ada," tampah pria yang musim ini melatih Mutiara Hitam lagi.
Kombinasi antara ketidaktahuan terhadap kondisi medan pertempuran maupun lawan yang dihadapi benar-benar membuat Persipura hancur lebur di Negeri Tirai Bambu. Diperkuat pemain-pemain terbaik Indonesia seperti Yandri Pitoy, Ricardo Salampessy, Jack Komboy, Eduard Ivakdalam, Ortizan Solossa, hingga Beto Goncalves, Persipura hanya mampu bermain 20 menit.
Setelah menit 21, langkah kaki para pemain Persipura semakin berat. Dengan pasokan oksigen yang tidak sebanyak di daerah tropis, Mutiara Hitam sudah menderita 3 gol di jeda babak I lewat Gao Jian pada menit 23 dan 34 serta Johnny Lambert (45).
Saat babak kedua dimulai, gawang Persipura semakin mudah ditembus. Lambert mencetak gol lagi pada menit 52 dan 49, disusul Gao (57). Ada lagi Wang Bo (84) dan Liu Weidong (65, 90+1). Masuknya Boaz Solossa dan David Laly ternyata tidak banyak membantu pergerakan para pemain klub dari Jayapura tersebut.
Pengalaman bermain di cuaca dingin Changchun benar-benar dijadikan pelajaran untuk Jacksen. Buktiknya, saat tandang ke Korea, 14 April 2010, melawan Jeonbuk, Persipura menyediakan perlengkapan pertandingan musim dingin.
Namun, hasilnya tetap sama. Mutiara Hitam tetap tampil mengecewakan. Mereka menyerah 8 gol tanpa balas di Jeonju World Cup Stadium. Delapan gol itu dihasilkan Eninho (12, 56), Sim Woo-yeon (30, 80, 85), Lee Dong-gook (40 pen), Seo Jung-jin (59), serta Lim Sang-hyub (81).
Jika di China cuaca jadi kambing hitam, maka di Negeri Ginseng alasannya berbeda lagi. "Mereka (Jeonbuk) sudah melakukannya (pembinaan pemain) sejak di junior. Itu terbawa dalam pola permainan. Mudah saja bagi mereka untuk bermain dan saya lihat sama persis dengan apa yang sudah mereka latih," ucap Jacksen.
Di akhir kompetisi, Persipura berada di dasar klasemen dengan 3 poin. Satu-satunya kemenangan dari 6 pertandingan didapatkan ketika menjamu Changchun di GBK, 28 April 2010. Itu matchday terakhir.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini