Zemanlandia, Sepakbola ala Zdenek Zeman yang Sempat Menggemparkan Italia

"Saat ini Juergen Klopp, Jose Mourinho, Pep Guardiola, Zinedine Zidane, dianggap pelatih hebat. Zaman dulu, ada sosok hebat bernama Zdenek Zeman."

Biografi | 11 October 2020, 06:26
Zemanlandia, Sepakbola ala Zdenek Zeman yang Sempat Menggemparkan Italia

Libero.id - Saat ini Juergen Klopp, Jose Mourinho, Pep Guardiola, Zinedine Zidane, hingga Antonio Conte layak dianggap sebagai pelatih. Tapi, untuk masa lalu, terdapat sosok hebat asal Republik Ceko bernama Zdenek Zeman.

Meski tidak segemilang Mourinho, Guardiola, Conte, atau Klopp dalam hal koleksi trofi, Zeman punya kemampuan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Layaknya Marcelo Lippi atau Maurizio Sarri, Zeman adalah pelatih yang memiliki kebiasaan menghisap tembakau saat berada di bench mendampingi para pemainnya.

Namun, Zeman bukan hanya perokok berat. Dia dikenal banyak orang pada eranya karena keberanian merevolusi taktik di sepakbola Italia, khususnya di Serie A. Tidak peduli jumlah trofi atau berakhir dengan risiko pemecatan, Zeman tetap memainkan sepakbola dengan caranya sendiri.

Ketika mayoritas klub Italia bermain dengan tiga bek, lima gelandang, serta dua penyerang kembar dalam skema 3-5-2, Zeman dengan sangat berani menggunakan 4-3-3. Taktik pertahanan rapat ala cattenaccio dia ubah menjadi permainan menyerang berbasis sayap yang cepat dan menusuk.

Filosofi sepakbola Zeman dikenal sebagai "Zemanlandia". Taktik tersebut pertama kali muncul bersama Foggia pada 1989. Menggunakan pemain yang pada masa itu belum dikenal seperti Giuseppe Signori dan Francesco Baiano, Foggia merangkak dari Serie C ke Serie A dalam tiga musim.

Zemanlandia semakin menggila ketika Foggia sudah bermain di kompetisi kasta tertinggi Italia. Dengan pemain-pemain yang juga kurang terkenal pada masa itu macam Roberto Rambaudi, Luigi di Biagio, Igor Shalimov, Jose Antonio Chamot, Dan Petrescu, hingga Igor Kolyvanov, taktik Zeman membuat banyak klub papan atas Serie A kaget.

Dalam skema 4-3-3, peran dua bek sayap menjadi lebih krusial untuk bergerak ofensif menyisir pinggir lapangan. Sementara di sektor tengah, dua dari tiga gelandang memiliki tugas lebih dalam membangun serangan. Satu lainnya bertanggung jawab untuk fokus membantu lini pertahanan sebagai gelandang bertahan.

Dengan Zemanlandia, lini tengah dan belakang tim asuhan Zeman benar-benar tangguh. Keseimbangan antara menyerang dan bertahan menjadi sangat penting. Begitu pula transisi dari menyerang ke bertahan atau bertahan ke menyerang.

Setelah belakang dan tengah solid, fokus selanjutnya ada di lini depan. Zeman menerapkan dua gaya berbeda. Pertama, menurunkan sepenuhnya tiga pemain menjadi ujung tombak. Kedua, menugaskan dua diantara tiga striker sebagai winger. Pilihan kedua lebih kerap diterapkan untuk hadirkan keseimbangan lebih dalam permainan.

Di kemudian hari, skema Zeman digunakan Barcelona era Frank Rijkaard, Guardiola, Tito Vilanova, hingga Luis Enrique; meski disesuaikan dengan filosofi Johan Cruyff dan gaya tiki taka. Bahkan, sejumlah klub Liga Indonesia maupun tim nasional Indonesia sempat menggunakan skema tersebut.

Selain Foggia, Zemanlandia  juga sempat membuat Lazio dan AS Roma menjadi tim yang ditakuti di Italia. Zeman bergabung dengan Lazio pada 1994. Dengan skema 4-3-3 dan sejumlah pemain yang diboyong dari Foggia, salah satunya Signori. Elang Ibu Kota Italia sempat finish sebagai runner-up dan peringkat 3.

Tiga musim melatih Lazio dan mewariskan Alessandro Nesta sebagai aset berharga klub, Zeman memutuskan menyeberang ke Roma. Bersama Serigala Ibu Kota Italia, Zeman sangat berjasa dalam awal karier Francesco Totti.

"Terlalu cepat untuk membicarakan posisi bermain Totti. Saya masih harus meninjau kebutuhan tim utama kami. Saya akan melakukan yang terbaik untuk menempatkan dirinya dalam posisi yang dibutuhkan," kata Zeman ketika memperkenalkan Totti sebagai pemain utama Roma, dilansir Football Italia.

Libero.id

Kredit: zeman.org

Namun, tidak seperti di Foggia atau Lazio, Zeman sedikit kesulitan menerapkan formasi 4-3-3 di Roma. Keberadaan Totti menjadi alasan utamanya. Pasalnya, Totti adalah trequartista. Dia lebih tepat bermain di belakang dua striker daripada melebar menjadi penyerang sayap.

Masalah Zeman terhadap Totti akhirnya terpecahkan ketika Fabio Capello melatih Roma. Pada era setelah Zeman, Capello menempatkan Totti berada di belakang Gabriel Batistuta dan Vincenzo Montella atau Marco Delvecchio dalam skema 3-4-1-2. Hasilnya, trofi Serie A 2000/2001 didapatkan.

Sayangnya, selama berkarier di Italia, Zeman tidak hanya dikenang dengan taktik briliannya. Dia juga dibicarakan orang karena kontroversi yang ditimbulkan di dalam maupun luar lapangan. Salah satunya tuduhan Zeman kepada Juventus tentang penggunaan obat-obatan penambah stamina bagi pemain seperti Gianluca Vialli dan Alessandro del Piero.

Akibat penyataan Zeman ketika itu, Pengadilan Olahraga dibentuk FIGC untuk menyidangkan Kepala tim medis La Vecchia Signora, Riccardo Agricola. Tuduhannya, menganjurkan penggunaan doping dan kecurangan di olahraga.

Seusai menjalani sidang dan pemeriksaan selama beberapa bulan, keputusan akhirnya diambil. Agricola dinyatakan bersalah memberikan obat-obatan yang berlebihan kepada para pemain Juventus pada 1994-1998. Dia dijatuhi hukuman 1 tahun 10 bulan pada 2004. Tapi, dia dibebaskan oleh Pengadilan Banding beberapa bulan kemudian.

"Jangan salahkan saya. Jika pendukung Juventus marah (kepada saya), mereka seharusnya marah kepada jaksa, pengadilan, dan pelakunya (Agricola)," ujar Zeman ketika memutuskan kembali melatih Roma pada 2012.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network