Libero.id - Ada banyak kejadian tragis tentang cedera pemain sepakbola. Salah satunya pernah menimpa Eduardo Alves da Silva. Striker asal Brasil berpaspor Kroasia itu mengalami patah kaki akibat tekel horor yang menghantui seumur hidupnya.
Lahir di Rio de Janeiro, 25 Februari 1983, Dudu pernah dianggap sebagai calon penerus kejayaan Thierry Henry ketika ditransfer Arsenal dari Dinamo Zagreb pada 3 Juli 2007 dengan 7,5 juta pounds. Angka yang dianggap murah mengingat kemampuan Eduardo yang membuat Kroasia memberikan tiket membela tim nasional.
Eduardo menjalani proses naturalisasi ketika bermain untuk Dinamo pada 2001-2007. Pada era itu, dia merupakan pesepakbola paling populer di Kroasia. Kemampuan Eduardo dalam menjebol jala lawan membuat banyak orang kagum.
Apalagi, ketajaman Eduardo membantu Dinamo mendapatkan banyak penghargaan bergengsi. Dia ikut mempersembahkan gelar juara Liga Kroasia (2002/2003, 2005/2006, 2006/2007), Piala Kroasia (2001/2002, 2003/2004, 2006/2007), serta Piala Super Kroasia (2002, 2006).
Sukses itu membuat Arsenal mengajukan proposal transfer. Sempat kesulitan mengurus izin kerja, Eduardo akhirnya menjalani debut di Liga Premier pada 19 Agustus 2007. Saat itu, The Gunners imbang 1-1 dengan Blackburn Rovers.
Sepuluh hari berselang, Eduardo mencetak gol pertamanya di laga kompetitif saat The Gunners melawan Sparta Praha di Liga Champions. Selanjutnya, fans Arsenal jatuh cinta kepadanya. Mereka menganggap Eduardo akan menjadi pemain yang akan membantu mengakhiri puasa gelar Liga Premier.
Sayang, kegemilangan Eduardo di Emirates Stadium tidak perlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, tragedi menyakitkan datang. Saat bermain melawan Birmingham City pada 23 Februari 2008 atau dua hari sebelum merayakan ulang tahun ke-24, Eduardo mendapatkan tekel brutal Martin Taylor. Tulang kering pemilik nomor 9 itu patah.
Pelanggaran itu sangat mengerikan. Pemain-pemain Arsenal dan Birmingham yang ada di lapangan sampai mengerutkan dahi. Ada yang menangis karena tidak tega mendengar teriakan pemilik 64 caps untuk Kroasia tersebut.
Bahkan, Sky Sports selaku stasiun televisi yang menayangkan pertandingan itu enggan menampilkan ulang momen tersebut. Mereka hanya menunjukkan tayangan saat tim medis melarikan Eduardo ke Selly Oak Hospital. Saat itu, Eduardo ditemani Gilberto Silva sebagai penerjemah lantaran hanya bisa berbahasa Portugis.
"Orang itu (Taylor) seharusnya dihukum seumur hidup. Itu tidak seharusnya dilakukan pemain sepakbola," kata Arsene Wenger ketika itu pada sesi konferensi pers selepas pertandingan, dilansir Sky Sports.
Taylor, yang merasa bersalah, mengklaim mendatangi Eduardo di rumah sakit. Dia meminta maaf dan dimaafkan. Tapi, sang penyerang ternyata tidak ingat jika Taylor pernah mengunjunginya. Pasalnya, saat Taylor datang, Eduardo sedang dioperasi. Kemudian dia datang keesokan harinya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang terjadi tidak bisa diulang ke detik sebelum pelanggaran. Eduardo benar-benar terpukul. Psikologisnya hancur. Dia trauma dan butuh waktu bertahun-tahun untuk sembuh.
Sejak cedera parah pada musim dingin tersebut, penampilan Eduardo tidak pernah sama lagi setelah sembuh satu tahun kemudian. Liga Premier 2009/2010 menjadi musim terakhir Eduardo bersama klub berlogo meriam tersebut. Tidak tidak lagi menemukan cara yang benar saat kakinya bersentuhan dengan bola.
"Mentalnya benar-benar jatuh setelah cedera itu. Dia kehilangan kepercayaan diri. Saya sangat sedih melihanya termenung setiap hari (meratapi nasib buruka)," ujar Gilberto.
Dari Arsenal, Eduardo memutuskan bergabung dengan Shakhtar Donetsk. Bersama klub yang berbasis di Donbass Arena itu, Eduardo menjuarai Liga Ukraina (2010/2011, 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014), Piala Ukraina (2010/2011, 2011/2012, 2012/2013), serta Piala Super Ukraina (2013, 2014).
Meski Shakhtar bergelimang trofi, kontribusi Eduardo tidak maksimal. Dia hanya mencetak 24 gol di liga selama empat musim. Sempat pindah ke Flamengo, Eduardo kembali lagi ke Shakhtar pada 2015-2017 untuk mencetak 14 gol dari 29 pertandingan Liga Ukraina.
Setelah itu, Eduardo kembali ke Brasil untuk membela Atletico Paranaense. Hanya bertahan 2 pertandingan di Liga Brasil, dia kembali ke Eropa untuk merumput untuk Legia Warsawa. Eduardo pensiun pada 2018 setelah bermain 10 kali di Liga Polandia.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini