Jamie Vardy dan James Maddison.
Libero.id - Musim 2015/16 terasa begitu indah untuk Leicester City dan para pendukungnya. Sekarang sudah empat musim berlalu, tim asuhan Brendan Rodgers tampil semakin membaik saat ini. Kendati tidak ada penggemar yang diizinkan masuk ke dalam stadion, penampilan Jamie Vardy dan kawan-kawan begitu mengesankan. Skor pertandingan yang mereka tunjukkan sangat impresif.
Di klasemen Liga Premier, mereka sekarang ada di peringkat ketiga, hanya beda satu poin dari pimpinan klasemen Southampton (memainkan 1 laga lebih) dan Liverpool.
Setidaknya, saat ini tim berjuluk The Foxes itu memiliki 10 alasan untuk bisa menjadi kampiun lagi di tanah ratu Elizabeth. Berikut ulasan lengkapnya seperti yang dilansir dari givemesport.com:
1. Leicester adalah tim yang lebih baik dari tahun 2016
Meski kedengarannya gila, Leicester sebenarnya tampil lebih baik sekarang daripada ketika mereka memenangkan Liga Premier pada 2016 lalu, ya setidaknya secara taktik dan permainan. Ketika dipegang oleh Claudio Ranieri, The Foxes lebih sering mengandalkan serangan balik dengan betumpu pada Riyad Mahrez dan Jamie Vardy.
Musim ini, Leicester jauh lebih nyaman dalam menguasai bola, dan secara teratur mendominasi permainan dalam hal penguasaan bola. Dengan operan pendek dari Youri Tielemans dan James Maddison yang menentukan tempo permainan, Leicester dapat memainkan lawan mereka dan mengalahkan musuhnya dengan permainan yang atraktif.
2. Musim ini sangat sulit untuk diprediksi
Bisa dikatakan, musim 2020/21 adalah musim paling unik dan aneh sejak Liga Premier dimulai pada tahun 1992, bukan hanya karena pandemi global tetapi juga hasil pertandingan yang mengejutkan. Leicester berkontribusi pada kejutan tersebut dengan mengalahkan Manchester City 5-2 di Stadion Etihad pada pekan ketiga. Itu adalah hasil yang sangat mengesankan dan membuktikan Leicester adalah penantang serius musim ini.
3. Leicester belum menurunkan semua skuad terbaiknya
Di awal musim ini, The Foxes harus kehilangan Caglar Soyuncu, Ricardo Pereira dan Wilfred Ndidi. Mereka juga kehilangan Jonny Evans, Timothy Castagne, James Maddison, dan Jamie Vardy karena cedera ringan. 7 dari 11 pemain reguler Leicester harus absen, belum lagi dengan 3 pemain sebelumnya mengalami cedera jangka panjang.
Memang benar bila Soyuncu, Ricardo ataupun Ndidi tidak akan bisa bermain hingga bulan Desember, namun bisa dibayangkan bagaimana kekuatan Leicester City ketika mendapati semua pemainnya bugar dan sehat. Tak sampai disitu mereka juga bisa menjadi tim kuda hitma yang sangt perlu diwaspadai.
4. Fleksibilitas dalam hal taktis
Seperti yang sudah dijelaskan di nomer 1, Leicester musim 2020/21 adalah tim yang lebih baik dari tahun 2016 dan itu terlihat bagaimana mereka mampu beradaptasi dengan formasi yang diterapkan oleh Brendan Rogers. Sejauh ini, pria Iralandia Utara itu sering menggunakan formasi 4-2-3-1 dan 3-4-3, membuat lawan mereka selalu menebak-nebak.
5. Pembelian berkualitas
Satu hal yang patut untuk dipuji dari manajemen Leicester dalam beberapa tahun terakhir adalah kebijakan rekrutmen mereka. Manajemen The Foxes mendatangkan Danny Drinkwater, Riyad Mahrez, N'Golo Kanté dan Harry Maguire, lalu setelah beberapa musim mereka menjual dengan harga yang fantastis.
Di musim panas ini, mereka mendatangkan Wesley Fofana, Timothy Castagne dan Cengiz Under yang kesemuanya berperan dengan baik. Castagne mencetak gol dalam debutnya melawan West Brom. Fofana adalah seorang bek yang kuat di udara dan sejauh ini menunjukan penampilan yang solid di lini belakang Leicester, dan ia baru 19 tahun. Under memang masih perlu meningkatkan kecepatannya, namun ia adalah pemain dengan visi bermain yang bagus itu terbukti dengan dua assitsnya sejah ini.
6. Vardy adalah pemain penting untuk Leicester
Rasanya ketika membahas Leicester, tak lengkap rasanya bila tak mengikuti Jamie Vardy. Di usia yang 33 tahun, striker inggris itu justu terus menunjukkan performa gemilang, dan musim 2019/20 ia tutup dengan 23 gol dan mendapatkan penghargaan Premier League Golden Boot.
Rodgers telah bekerja keras untuk menyesuaikan permainan Vardy, mencoba membuatnya lebih tajam di petak penalti dan menghemat energinya untuk berlari kencang dan mencetak gol sepeeri sebuah ledakan. Da telah memulai musim ini dengan gemilang juga, dan sudah mengoleksi tujuh gol di liga, membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak kedua di liga bersama Mo Salah, dan satu di belakang Son Heung-Min dan Dominic Calvert-Lewin.
7. Miliki pemain senior yang berpengalaman
Jika ingin mengkudeta Liverpool musim ini, the foxes tidak hanya butuh konsisten bermain tetap juga mental juara dan itu bisa mereka dapat dari pemain seperti Kasper Schmeichel dan Jamie Vardy , dimana keduanya masih menajdi starter reguler hingga sekarang. Namun peran dari Wes Morgan, Christian Fuchs, Marc Alrighton dan Demarai Grey juga penting.
Pengalaman mereka dalam menghadapi tekanan perebutan gelar terbukti sangat penting, dan itu belum menghitung Jonny Evans, yang pernah memenangkan tiga Liga Premier di bawah Sir Alex Fergusson ketika masih di Manchester United.
8. Rodgers tahu cara memenangkan gelar
Memenangkan Liga Skotlandia memang tidak sama dengan memenangkan Liga Premier Inggris, tapi Rodgers adalah pelatih yang tahu bagaimana menjadikan kemenangan sebagai kebiasaan, dan itu adalah keterampilan mendasar bagi tim elit mana pun.
Mantan pelatih Swansea itu nyaris mengantarkan Liverpool untuk meraih gelar Liga Premier pada 2014, dan jika bukan karena Steven Gerrard tergelincir, mungkin ia sudah memiliki medali juara Liga Premier yang digantung di rumah. Rodgers tahu apa yang diperlukan untuk memenangkan trofi, dan pasti akan menanamkannya ke dalam semangat Jamie Vardy dan kawan-kawan.
9, Mereka akan belajar dari penurunan musim lalu
Kembali ke musim 2019/20, sebenarnya Leicester bersaing ketat dengan Liverpol serta Man city dalam perebutan gelar liga,Pada bulan Desember, The Foxes duduk manis di posisi kedua, terjepit di antara Liverpool dan Manchester City. Sayangnya, harus merosot ke urutan ke-5.
10. Para pemain muda yang terus berkembang
Leicester memiliki beberapa pemain senior yang penting seperti Kasper Schmeichel, Jonny Evans dan Jamie Vardy, tetapi mereka juga memiliki sederet talenta muda yang terlihat menjadi lebih baik dengan setiap pertandingan yang mereka mainkan. Caglar Soyuncu, Wesley Fofana, James Justin, Timothy Castagne, Youri Tielemans, James Maddison, dan Harvey Barnes adalah pemain yang berada di bawah 25 tahun.
Mereka memiliki bakat di setiap posisi, dan konsistensi bermain sekarang adalah tugas yang harus mereka selesaikan bila ingin menjadi kampiun kembali.
16-09-2023 | ||
Southampton | 1 - 4 | Leicester City |
02-09-2023 | ||
Leicester City | 0 - 1 | Hull City A |
26-08-2023 | ||
Rotherham United | 1 - 2 | Leicester City |
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini