6 Pertengkaran Ikonik Pelatih vs Pemain di Sepakbola Eropa

"Paling parah tentu Adem Ljacic dengan Delio Rossi. Sampai baku hantam di bangku cadangan."

Feature | 13 November 2020, 19:41
6 Pertengkaran Ikonik Pelatih vs Pemain di Sepakbola Eropa

Libero.id - Menjadi pelatih sepakbola bukan pekerjaan mudah. Selain harus meramu strategi yang tepat, dia juga harus mampu menyatukan ego pemain. Terkadang, apa yang dilakukan pelatih tidak bisa diterima pemain sehingga muncul pertengkaran.

Keributan antara pelatih dengan pemain sebenarnya bisa dihindari. Pasalnya, pelatih adalah sosok yang memiliki otoritas penuh dalam mengatur para pemainnya. Ketika sang pelatih merasa perlu memainkan pemain itu, dia punya hak untuk melakukannya. Begitu pula jika dia tidak ingin memainkan pemain tersebut.

Dalam banyak kasus, keputusan pelatih terhadap posisi seorang pemain sering menimbulkan kekisruhan. Pemain mempertanyakan mengapa dirinya tidak mendapat kesempatan bermain secara reguler. Pelatih menjelaskan, meski tidak sepenuhnya diterima pemain. Tapi, tidak semuanya karena jam terbang. Kelakuan pemain yang kurang baik di mata pelatih juga sering menjadi masalah.

Berikut ini 6 pertengkaran ikonik antara pelatih dengan pemain di sepakbola Eropa dalam beberapa tahun terakhir:

1. Alan Shearer v Joey Barton

Legenda Newcastle United, Alan Shearer, ditunjuk sebagai pelatih kepala dengan delapan pertandingan tersisa pada 2008/2009. Saat itu, The Magpies berada jauh di lumpur degradasi. Sementara Joey Barton telah absen karena cedera, tapi kembali dengan empat pertandingan tersisa dan Liverpool ada di depan mata.

"Tidak masalah. Saya tidak akan mengecewakan anda," ucap Barton ketika ditanya oleh Shearer apakah dia bisa bermain lebih kalem di Anfield agar tidak ada kartu merah yang dikeluarkan wasit, yang justru akan merugikan tim di masa depan, dikutip Planet Football.

Shearer menceritakan kisah selanjutnya. "Kami baru saja akan menarik keluar Barton. Tapi, dia menjatuhkan Xabi Alonso tepat di depan wasit. Kartu merah langsung diberikan wasit. Dia mengecewakan saya. Dia mengecewakan klub dan kemudian saya hanya berpikir ini adalah waktu saya untuk mengatakan beberapa kebenaran tentang Barton di ruang ganti," ungkap Shearer.

Evaluasi yang dilakukan Sheraer di ruang ganti di respons Barton dengan panas. Dia menyebut mantan penyerang The Three Lions tersebut dengan kata-kata yang tidak pantas. Semua penghuni kebun binatang seketika hadir dalam ruangan rapat internal The Magpies.

"Kamu pengecut! Persetan denganmu! Anda tidak ingin berurusan dengan kebenaran. Yang ingin anda lakukan hanyalah mendengarkan para penjilat yang mengelilingi anda, yang memberi tahu anda betapa hebatnya anda. Seseorang perlu memberi tahu anda bahwa ini tidak semua tentang anda. Anda adalah pemain hebat, tapi itu sudah selesai," ungkap Barton.

"Mari kita hadapi kenyataan karena saya bisa mengatasinya. Saya telah menjadi orang bodoh yang bodoh. Bagaimana dengan anda? Apakah kamu pernah melakukan sesuatu? Apakah anda ingat pernah menendang kepala Neil Lennon? Anda curang. Anda jauh melenceng, bermil-mil jauhnya. Agar adil, di sanalah anda berada sejak anda masuk ke klub sepak bola ini," tambah Barton.

Akibatnya, klub menghukum Barton. Itu hukuman tambahan dari kartu merah di Anfield sekaligus kata-kata kasarnya kepada Shearer. The Magpies akhirnya jatuh dan Shearer meninggalkan klub. Tapi, Barton tetap bertahan.

2. Peter Schmeichel vs Sir Alex Ferguson

Peter Schmeichel akhirnya meninggalkan Manchester United dengan sangat baik, mengangkat trofi Liga Champions setelah pertandingan terakhirnya. Tapi, itu hampir berakhir tragis untuk The Great Dane lima tahun sebelumnya.

Kiper hebat itu sempat dipecat Ferguson setelah membantah perintah di ruang ganti Anfield saat MU melawan Liverpool pada musim dingin 1994. "Kami unggul 3-0 setelah sekitar 20 menit dan berakhir imbang 3-3. Tidak ada yang bisa saya lakukan tentang gol dan saya bermain sangat baik. Tapi, setelah pertandingan dia langsung menghampiri saya karena tendangan gawang saya tepat di tengah dan Neil Ruddock langsung menyundulnya," kata Schemeichel.

"Menurut saya, itu tidak adil. Kami akhirnya mengalami keributan yang sangat besar. Semakin banyak kita berbicara satu sama lain semakin buruk jadinya. Jelas, saya telah melewati batas. Keesokan harinya, saya dipanggil dan dia berkata akan memecat saya. Dia tidak bisa mentoleransi pemain yang berbicara kasar kepada pelatihnya," ungkap Schemeichel.

Lalu, Ferguson mengadakan rapat tim untuk memberi tahu semua pemain tentang pencoretan Schmeichel. "Apa yang terjadi di Anfield tidak bisa diterima," kata Ferguson kepada semua pemain yang hadir.

Tidak berselang lama, Schmeichel menjelaskan penangguhan hukumannya. "Dia pergi dan saya meminta maaf kepada pemain lain. Saya bilang saya tidak profesional. Apa yang saya tidak tahu adalah bahwa dia mendengarkan di balik pintu. Dia memberi saya kesempatan lagi dan, seperti biasa, tidak menaruh dendam," beber Schemichel.

Setelah itu, yang terjadi adalah sejarah. Schmeichel tidak pergi dan Ferguson tetap memasangnya sebagai kiper. Bertahun-tahun selanjutnya, Schemeichel menjadi kiper favorit Ferguson.

3. Roy Keane vs Mick McCarthy

Tentu saja, Schmeichel bukan satu-satunya pemain hebat United yang berhasil melewati Ferguson. Roy Keane contoh lainnya. Keane akhirnya meninggalkan MU setelah mengkritik anggota skuad lainnya pada 2005. Menurut Ferguson, tindakan Keane tidak dapat diterima.

Namun, itu bukan satu-satunya keributan yang ditimbulkan Keane dengan pelatihnya. Orang Irlandia itu justru menyimpan kata-kata kasar paling spektakuler untuk Mick McCarthy, pelatih Irlandia di Piala Dunia 2002.

Saat turnamen akan digelar di Korea dan Jepang, Irlandia berbasis di Saipan. Keane tidak senang dengan lapangan latihan, pengaturan perjalanan, dan hampir semua yang disediakan manajemen The Boys in Green. Masalahnya, dia memberi tahu salah satu media di Irlandia, The Irish Times.

Membaca artikel itu, McCarthy murka. Dia meminta Keane untuk tidak menunjukkan perbedaan pendapatnya di depan umum. Keane tidak terima dan mengamuk dengan mengeluarkan semua sumpah serapah yang dimiliki.

"Mick, kamu pembohong! Kamu sialan! Saya tidak menilai anda sebagai pemain, saya tidak menilai anda sebagai mpelatih, dan saya tidak menilai anda sebagai pribadi. Anda bisa mempertahankan Piala Dunia anda. Satu-satunya alasan saya berurusan dengan anda adalah karena anda adalah pelatih negara saya. Anda bisa menempelkannya pada kunci rumah anda," kata Keane.

Tentu saja, kalimat-kalimat yang terucap dari mulut mengakhiri kiprah Keane di Piala Dunia. McCarthy meminta Keane meninggalkan hotel dan kembali ke Irlandia dengan biaya yang disediakan Asosiasi Sepakbola Irlandia (FAI).

"Kami bertemu di Four Seasons Hotel, dekat Bandara Manchester. Itu adalah antiklimaks yang bagus. Saya berkata bahwa saya menyesal atas apa yang terjadi di Saipan. Saya tidak yakin saya harus meminta maaf. Tapi, kamu mencoba untuk melanjutkan," kata Keane kepada McCarthy beberapa bulan setelah Piala Dunia berakhir.

4. Graeme Souness vs Craig Bellamy

Greame Souness dipekerjakan sebagai tangan besi untuk menjinakkan semangat bebas pemain-pemain Newcastle United Seperti Kieron Dyer, Lee Bowyer, dan Craig Bellamy. Mereka adalah tiga pemain The Magpies yang menjadi liar selama hari-hari terakhir rezim Sir Bobby Robson.

Dyer dan Bowyer akhirnya bisa ditakhlukkan Souness. Tapi, tidak dengan Bellamy. "Bellamy itu sulit. Tapi, saya mengerti dia dalam hal fakta bahwa dia ingin menjadi pemain yang lebih baik," tulis Souness dalam buku autobiografinya bertajuk "Football: My Life, My Passion".

Salah satu insiden yang membuat frustrasi semua orang di klub terjadi setelah Bellamy kedapatan mengumpat Souness setelah diganti di kandang Charlton Athletic pada laga 2004. "Pada pertemuan tim kami berikutnya, dia duduk di barisan depan dan, saat saya berbicara, dia terus menggelengkan kepalanya. Apa yang tidak kamu setujui?," kata Souness.

5. Delio Rossi vs Adem Ljajic

Adem Ljajic adalah seorang gelandang serang yang pindah ke Fiorentina setelah Manchester United memutuskan untuk tidak repot-repot mentransfer pemain Serbia itu. Dia bermukim di Firenze ketika La Viola dilatih Delio Rossi.

Pria yang sempat memperkuat AS Roma tersebut tidak senang digantikan oleh Rossi di akhir pertandingan dengan timnya tertinggal 0-2 dari Novarra. Bagi sebagian orang, termasuk Rossi, sarkasme adalah bentuk kecerdasan terendah sehingga pelatih menolak untuk membiarkan tepuk tangan meriah Ljajic dan acungan jempol tanpa hukuman.

Alih-alih mendenda atau melaporkan ke manajemen, Rossi memilih memukul Ljacic di bench. "Dia menghina ibu saya menggunakan Bahasa Serbia. Dia pikir saya tidak tahu bahasanya. Saya pernah bekerja dengan orang-orang Serbia sehingga saya paham apa yang dia katakan," kata Rossi, dilansir Football Italia.

Kasus Ljajic membuat Rossi kehilangan pekerjaannya di Fiorentina. Dia juga dihukum larangan 3 bulan aktif di sepakbola Italia. Tapi, Rossi kembali ke Serie A bersama Sampdoria dan Bologna, sebelum pindah ke Bulgaria. Di sana, dia menjadi pelatih Levski Sofia sebelum kembali ke Italia menukangi Palermo.

Sementara Ljajic bertahan setahun lebih lama bersama La Viola sebelum pindah ke Roma, Inter Milan, dan Torino. Saat ini, Ljajic masih aktif bermain untuk Besiktas. Dia tidak pernah lagi bertemu Rossi di lapangan.

6. Trevor Francis v Alex Kolinko

Alexis Sanchez bukanlah pemain pertama yang ketahuan tertawa di bangku cadangan sementara rekan satu timnya bekerja keras di lapangan. Tidak seperti kiper Crystal Palace, Alex Kolinko, Alexis tidak ditinju oleh pelatihnya karena perilaku tersebut.

Kolinko adalah penjaga gawang yang sangat tidak konsisten, yang menjadi deputi Matt Clarke pada awal musim 2002/2003. Orang Latvia tidak bisa menahan diri ketika Clarke kebobolan gol pembuka untuk mantan klubnya, Bradford, saat bermain imbang 1-1. Dia meresponsnya dengan cekikikan.

Seperti provokasi, Trevor Francis memilih mendidik anak asuhnya itu dengan cara jalanan. Dia memukul wajah Kolinko. "Saya tidak tertawa. Tapi, pelatih meninju hidung saya. Saya belum diberi penjelasan mengapa dia melakukannya. Hidung saya sangat sakit dan memar," ujar Kolinko.

Francis menggambarkan pukulan itu sebagai "teguran" kepada anaknya. Dia didenda 1.000 pounds dan diperingatkan atas tindakan tersebut di masa depannya oleh Asosiasi Sepakbola Inggris (FA). "Tidak ada yang memaafkan tindakannya. Tidak ada. Dia mengecewakan kami," kata Ketua klub, Simon Jordan.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network