Kisah Ali Dia, Mengaku Keponakan Geoerge Weah Ternyata Pemain Abal-Abal

"Ini sebuah cerita paling tak masuk akal ketika pemain kaleng-kaleng bisa menembus klub paling elit di Inggris. Semua ketipu!"

Biografi | 23 November 2020, 17:35
Kisah Ali Dia, Mengaku Keponakan Geoerge Weah Ternyata Pemain Abal-Abal

Libero.id - Meski hanya seumur jagung, Liga Premier pernah memiliki pemain bernama Ali Dia. Dia mantan penyerang yang bergabung dengan kompetisi elite Inggris setelah mengaku sebagai keponakan George Weah. Bagaimana mungkin?

Kisah Dia dimulai pada 23 November 1996 ketika bermain 53 menit membela Southampton melawan Leeds United. Awalnya, Dia dijadwalkan bermain dalam pertandingan persahabatan tim cadangan melawan Arsenal. Tapi, laga itu dibatalkan karena hujan deras dan lapangan tergenang air.

Entah apa yang ada di kepala Graeme Souness, Dia dipanggil untuk laga kompetitif menghadapi The Whites, meski belum siap secara fisik maupun teknik. Melawan Leeds, Dia masuk sebagai pengganti Matthew Le Tissier yang cedera setelah 32 menit. Leeds memenangkan pertandingan 2-0.

Seusai pertarungan, Le Tissier marah. Legenda sepakbola Inggris itu mengatakan kepada media yang akan mengusik Souness dan manajemen Southampton untuk mencari tahu siapa sebenarnya Dia itu. "Dia berlari di sekitar lapangan seperti Bambi di atas es. Sangat memalukan untuk dilihat," ujar Le Tissier saat itu, dilansir The Guardian.

Satu hari setelah pertandingan, Le Tissier masih melihat Dia di maskar latihan The Saints untuk memulihkan diri dan menjalani latiha ringan. Tapi, setelah itu Dia tidak pernah kembali sampai Le Tissier meninggalkan Southampton.

Lalu, apa yang terjadi sebenarnya? Saat kontroversi muncul, Souness baru membuka mulut. Sosok legendaris asal Skotlandia itu bercerita ditelepon seseorang yang mengaku Weah. Dalam percakapan tersebut, legenda Liberia yang kini menjadi presiden itu merekomendasikan Dia.

"Dia adalah sepupunya. Dia pernah bermain untuk Paris Saint-Germain dan telah bermain 13 kali untuk negaranya (Senegal)," kata Souness menjelaskan pengakuan "Weah" kepada dirinya, dilansir BBC Sport.

Souness menyetujui permintaan orang yang mengaku Weah tersebut karena memang memiliki hubungan baik dengan Weah yang asli. Souness juga tidak keberatan karena Dia bersedia dikontrak 1 bulan sebagai masa percobaan dan bisa diputus sewaktu-waktu.

Ternyata, semua itu penipuan. Pasalnya, Weah tidak pernah menelepon Souness. Mantan penyerang AC Milan itu juga tidak memiliki hubungan darah dengan Dia. Dia juga hanya berstatus pemain amatir di Blyth Spartans di Northern Premier League (kasta 8). Jika tidak bermain, Dia kuliah di Northumbria University, Newcastle.

Pertanyaan selanjutnya, dari mana Dia memperoleh nomor Souness? Dan, apakah Dia benar-benar mengenal Weah?

Dua hal itu pernah ditelusuri Bleacher Report pada 2016. Dalam artikel berjudul "Finding Ali Dia" (Mencari Ali Dia), BR mendapatkan kesempatan bertanya dengan ibu Dia. Mereka bertanya apakah putranya mengenal peraih Ballon d'Or tersebut?  Dia menjawab dengan tegas ya. "Weah adalah teman putri saya, Sophie, yang tinggal di Prancis. Ali tahu Weah melalui dia," ujar ibu Dia.

Ketika dihubungi melalui telepon, Sophie mengkonfirmasi hal tersebut. "Tentu saja mereka saling kenal. Weah adalah teman baik saya. George dan saya masih tetap berhubungan. Tapi, saya tidak bisa memberikan nomor telepon (Weah) kepada anda (BR). Saya akan bertanya kepada dia (Weah). Jika setuju, saya akan memberi anda nomor teleponnya," kata Sophie. Setelah itu, BR tidak bisa menghubung Sophie lagi.

Jika hal itu benar, tentu saja Dia bisa meminta Weah menelepon Souness. Bisa juga dia meminta nomor Souness dari Weah dan menelepon sendiri.

Namun, ternyata ada fakta lain tentang Dia yang diungkap media. Dia mengatakan saat itu agennya memang mempromosikan dirinya ke Southampton. Kemungkinan ada salah pemahaman dalam percakapan yang terjadi. Jadi, mungkinkah agen yang menelepon Souness atas nama Dia dan membuat pernyataan tentang hubungan Weah dengan Dia?

Dalam buku "Pulp Football: An Amazing Anthology of Real Football Stories You Simply Couldn't Make Up", Dia diwakili oleh agen asal Senegal bernama Sidiba Alassana.

Uniknya, BR sempat menghubungi sumber-sumber dalam lingkaran sepakbola Senegal yang telah bekerja selama 40 tahun. Mereka adalah agen, mantan pemain, jurnalis, eksekutif di akademi sepakbola, hingga Presiden Asosiasi Sepakbola Senegal, Augustin Senghor. Tidak ada satu pun yang pernah mendengar kiprah Alassana.

Senghor hanya mengatakan bahwa dirinya sangat memahami banyak agen dengan reputasi negatif berkeliaran di Afrika Barat. "Di kawasan ini, anda punya agen. Tapi, anda juga punya agen yang sangat buruk," ucap Senghor.

"Motivasi mereka hanya uang. Untuk mendapatkan uang semakin banyak, apa pun dikerjakan. Mereka berpikir pemain itu harus dikontrak klub. Sebab, agen akan menerima komisinya. Setelah itu, dia menghilang. Terkadang, seperti itu banyak menimpa pemain Afrika. Mereka lebih menjadi korban daripada bersalah," tambah politisi yang sempat menjadi Walikota Goree tersebut.

Menariknya, Dia memiliki seorang putra yang menjadi pesepakbola profesional. Namanya, Ousmane Simon Dia. Berkebangsaan Prancis, Dia junior tercatat sebagai Chainat Hornbill di Divisi II Liga Thailand. Musim lalu, dirinya memperkuat Police Tero di kompetisi kasta tertinggi Negeri Gajah Putih.

Sebelum pergi ke Thailand, pemuda yang biasa disapa Simon itu memulai karier di Valenciennes. Sempat bermain di Qatar bersama Lekhwiya, dia kembali ke Eropa untuk membela Amiens, Saint-Quentin, dan L'Entente SSG.

Ketika ditanya apakah tahu kelakuan sang ayah, Simon tertawa terbahak-bahak. "Ya, ya, begitulah. Itu cerita gila. Ya, gila, gila. Saya tahu bahwa dia melakukannya karena saya mengenalnya. Saya melihat kepribadiannya. Saya tahu bahwa dia mampu melakukan apa pun untuk sukses," kata Simon.

"Ada hal-hal yang tidak bisa saya katakan, hal-hal yang tidak baik. Saya tidak bisa. Tapi, pada kenyataannya saya tidak peduli tentang hal itu. Sebenarnya, itu membuat saya tertawa. Itu ayah saya. Bukan saya. Jujur, saya tidak ada hubungannya dengan hal itu," ungkap Simon.

Setelah berbicara dengan keluarga Dia, BR pada akhirnya dihubungi Dia. Dia tinggal dan mengelola bisnis di London. Dirinya mengaku sangat kecewa dengan label yang dibebankan kepada dirinya sebagai "penipu terbesar di sepakbola".

"Mereka telah menggambarkan saya sebagai pembohong. Saya pernah bermain untuk PSG di Divisi II pada 1986-1988. Saya membantu memenangkan Piala Paris, baik pada 1986 atau 1987. Itu sudah lama. Seorang teman memperkenalkan saya kepada  agen Afrika yang berbasis di Inggris dengan nama Bachrir Souleman pada 1994. Souleman yang mengatur kontrak saya dengan Southampton. Dirinya mengatakan saya trial 1,5 bulan," ungkap Dia,

"Saya berlatih melawan tim utama, di tim cadangan, selama 2 minggu. Southampton mengetahui kemampuan saya. Ada pertandingan terakhir sebelum pertandingan versus Leeds dan saya mencetak 2 atau 3 gol. Lalu, Souness meminta saya bersiap untuk Leeds," beber Dia.

Dia mengatakan orang bisa memikirkan apa yang mereka inginkan tentang penampilannya dalam permainan. "Saya memiliki hati nurani yang bersih. Tuhan akan menjadi hakim kita," pungkas Dia.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network