Bikin Haru, Kisah di Balik Hujan Boneka ala ADO Den Haag Ditiru Seluruh Dunia

"Sejak pertama kali diperkenalkan suporter garis keras ADO pada 2006, aksi itu menjadi wabah di Eropa. Ditiru Persebaya."

Feature | 27 November 2020, 12:00
Bikin Haru, Kisah di Balik Hujan Boneka ala ADO Den Haag Ditiru Seluruh Dunia

Libero.id - Ada banyak cara di sepakbola untuk melakukan aksi amal. Selain menyumbang sejumlah dana, memberikan mainan dan boneka kepada anak-anak yang kurang beruntung juga bisa dilakukan. Contohnya, tradisi yang dilakukan suporter ADO Den Haag selama bertahun-tahun.

Di Belanda, ADO merupakan salah satu klub tradisional. Mereka memiliki rivalitas ketat dengan Ajax Amsterdam. Itu semacam derby untuk mempertaruhkan gengsi Den Haag sebagai Ibu Kota Belanda yang sebenarnya dan Amsterdam sebagai kota terbesar yang sering disalahartikan sebagai Ibu Kota Negeri Kincir Angin.

Ketika kedua klub bertemu, perang bukan hanya melibatkan para pemain, melainkan juga suporter di tribune, area parkir, hingga jalanan menuju stadion. Ultras ADO dan ultras Ajax layaknya hooligans West Ham United dan Millwall di Inggris.

Namun, kisah tentang ADO tidak selamanya buruk dan terkait kekerasan. Setiap tahun sejak 2006, mereka memiliki satu matchday yang didedikasikan untuk kemanusiaan, khususnya kepada anak-anak penderita kanker.

Pendukung ADO punya aktivitas terpuji dengan melemparkan boneka dan mainan anak-anak dari tribune ke lapangan. Jumlahnya ribuan. Barang-barang tersebut akan dikumpulkan dan disumbangkan ke panti asuhan dan rumah sakit anak yang membutuhkan uluran tangan donatur.

Musim lalu, suporter ADO melakukan aksi unik tersebut di markas Feyenoord Rotterdam. Mereka membagikan boneka itu kepada anak-anak yang dirawat di Sophia's Children Hospital, Rotterdam.

Aksi yang berlangsung di tengah pertandingan mengundang antusias dan apresiasi positif dari Belanda, Eropa, dan seluruh dunia. Bahkan, pengunjung yang memadati De Kuip memberikan tepuk tangan meriah atas bentuk solidaritas tersebut. Mereka tak berhenti menyanyikan lagu You'll Never Walk Alone.

Sejak pertama kali diperkenalkan suporter garis keras ADO pada 2006, aksi itu menjadi wabah di Eropa. Tim Eredivisie lainnya, Excelsior, juga sempat meniru aksi tersebut. Di La Liga, Real Betis, juga pernah melakukan hal serupa saat jeda babak pertama melawan Eibar pada laga musim dingin 2018.

Aksi serupa juga pernah digelar di Turki ketika suporter Yilport Samsunspor menghujani lapangan dengan boneka beruang dan mainan kepada anak yatim piatu sebagai hadiah saat pertandingan melawan Sanliurfaspor. Saat itu, mereka sengaja mengundang 100 anak kurang beruntung ke pertandingan.

Melempar bonek dan mainan ternyata tidak hanya dilakukan di kompetisi-kompetisi Eropa. Di Indonesia, hal tersebut juga sempat dilakukan oleh para pendukung fanatik Persebaya Surabaya. Bonek pernah melempar boneka saat jeda pertandingan babak 8 besar Piala Presiden 2019 ketika mempertemukan Bajul Ijo dengan TIRA-Persikabo.

Aksi lempar boneka dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan rasa empati Bonek kepada anak-anak penderita kanker di Surabaya. Aksi tersebut diinisiasi oleh maskot Persebaya, Jojo dan Zoro.

Covid-19 Hentikan Tradisi Hujan Boneka

Sayangnya hujan boneka yang dilakukan pendukung ADO tidak akan bisa dilaksanakan musim ini. Pasalnya, Pemerintah Belanda dan Asosiasi Sepakbola Belanda (KNVB) masih belum mengizinkan pertandingan-pertandingan Eredivisie dihadiri suporter. Hal itu terkait gelombang kedua Virus Corona yang terjadi di Benua Biru.

Awalnya, Pemerintah Belanda mengizinkan pertandingan-pertandingan sepakbola dihadiri suporter dengan kapasitas terbatas. Tapi, aturan itu dicabut setelah suporter tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Suporter tetap bergerombol dan bernyanyi.

"Diam saja kalau kamu duduk di sana (stadion). Tonton pertandingannya dan jangan berteriak. Itu mungkin. Benar-benar bodoh jika kamu (suporter) bernyanyi. Dengan begitu kita tidak akan bisa mengendalikan virus," kata Perdana Menteri Belanda, Mark Rutten, pada September lalu, dilansir ESPN.

Dengan situasi Covid-19 yang kembali tinggi, Pemerintah Belanda tetap melarang penonton datang ke stadion. Mereka tidak peduli dengan keluhan manajemen klub yang sangat tertekan dalam hal pemasukan. Tanpa penonton di stadion, mereka kehilangan pemasukan hampir 80%.

"Tidak ada bukti ilmiah bahwa koridor ke stadion sepakbola akan lebih tidak aman daripada kunjungan ke supermarket. Faktanya, tampaknya acara di luar ruangan jauh lebih sedikit berpotensi menjadi sumber kontaminasi daripada semua yang terjadi di dalam ruangan," ungkap General Manager Feyenoord, Mark Koevermans, dikutip Football Oranje.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan ADO Den Haag


  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network