Libero.id - Tidak jelasnya masa depan Liga 1 terkait pandemi Covid-19 membuat banyak pemain lokal memutuskan meninggalkan Indonesia. Salah satunya Ryuji Utomo, yang akan dipinjamkan Persija Jakarta ke Penang FA sepanjang 2021.
Beda dengan kompetisi Indonesia yang tidak jelas, liga-liga di beberapa negara ASEAN lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura bisa dilaksanakan dengan baik. Bahkan, kompetisi di Malaysia sudah berhasil menyelesaikan semua divisi yang digelar.
Untuk Liga Super Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT) keluar sebagai pemenang diikuti Kedah dan Terengganu. Sementara di Liga Premier, Penang menjadi juara dan berhak selembar tiket promosi Liga Super. Sementara Kuala Lumpur juga mendapatkan tiket promosi, meski hanya finish di posisi 3. Sebab, sang runner-up Terengganu II adalah klub satelit Terengganu di Liga Super.
Setelah promosi ke kasta tertinggi, Penang segera berbenah. Mereka mulai memikirkan pemain-pemain yang didatangkan untuk musim 2021. Salah satunya Ryuji. "Saya rasa sebagai pemain asing di negara lain, saya bisa belajar banyak di situ. Saya bisa mengembangkan skill dan mental," ujar Ryuji di akun Youtube Macan Kemayoran.
Ryuji menjadi pemain pertama Persija yang dipinjamkan ke klub di luar Indonesia selama lanjutan Liga 1 2020/2021 belum ada kepastian. Kemungkinan besar langkah Ryuji juga diikuti beberapa pemain lain. Pasalnya, tawaran kepada pemain-pemain Indonesia sebenarnya datang dari banyak klub Thailand, Malaysia, Vietnam, hingga Eropa Timur.
"Tentu saja saya ingin berkompetisi secara reguler dan mencari ilmu. Karier di sepakbola waktunya tidak banyak. Jadi, saya harus mencari jam terbang dan pengalaman sebanyak-banyaknya, serta terus belajar," tambah Ryuji.
Bagi Ryuji, bermain di luar negeri bukan yang pertama sehingga tidak akan kesulitan beradaptasi. Pada 2015, dia pernah bermain di Bahrain membela Al-Najma. Lalu, pada 2017, pemuda kelahiran Jakarta, 1 Juli 1995, tersebut mendapatkan kesempatan merumput di Thailand bersama PTT Rayong.
"Saya harus konsultasi dulu dengan tim pelatih di sana untuk program latihan. Tapi, untuk saat ini saya latihan sendiri untuk menjaga kondisi. Di mana pun saya bermain, paling penting adalah mindset dan mental harus bulat dari awal. Saya pergi ke sana bukan untuk jalan-jalan, cari teman, atau apapun itu. Tapi, saya bertekad mencari ilmu, pengalaman, dan bermain baik," ungkap Ryuji.
Di Malaysia, Penang adalah klub elite. Di masa lalu, tim yang berbasis di George Town tersebut punya banyak prestasi membanggakan. Berikut ini 5 fakta menarik Penang:
1. Punya 3 gelar juara Liga Malaysia
Penang adalah klub sepakbola paling sukses kelima di Malaysia karena telah memenangkan total 15 gelar resmi semua ajang. Pencapaian tertinggi klub adalah juara liga pada 1982, 1998, dan 2001. Mereka juara di tiga nama liga yang berbeda, yaitu Liga Malaysia, Liga Premier, dan Liga Super.
Dulu, Liga Malaysia adalah kasta tertinggi. Lalu, berganti menjadi Liga Premier. Kemudian berubah menjadi Liga Super. Saat Liga Super digelar, Liga Premier turun menjadi kasta kedua.
Selain liga, Penang juga pernah menjuarai Piala FA 1952, 1955, 1956, 1957, 2002, dan 2013. Lalu, Piala Malaysia 1953, 1954, 1958, dan 1974. Ada lagi Charity Shield 2003. Mereka juga pernah menjuarai Piala Presiden 2004 serta Piala Emas Raja 1951, 1956, 1966, 1968, 1969, 1986, 1998, 2002, dan 2017.
2. Pernah dilatih Jacksen Tiago
Ketika kompetisi sepakbola di Indonesia sedang banyak masalah, khususnya terkait dualisme dan hukuman FIFA, Jacksen Tiago mencoba peruntungan di Malaysia bersama Penang. Pria asal Brasil yang beristrikan wanita Indonesia melatih Penang di Liga Premier 2015.
Saat itu, Jacksen tidak sendirian di George Town. Dia dibantu tiga pemain asing asal Brasil yang lama berkecimpung di Indonesia. Mereka adalah Reinaldo Lobo, Hilton Moreira, dan Beto Goncalves. Nama terakhir bahkan sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Di tangan Jacksen, Penang sebenarnya tampil sangat bagus. Mereka finish runner-up dengan koleksi 45 poin dari 22 pertandingan. Penang hanya tertinggal 3 poin dari sang juara, Kedah FA. Posisi 2 cukup untuk mengantarkan Penang ke Liga Super 2016.
Keberhasilan itu membuat kontrak Jacksen diperpanjang. Dia diminta memimpin Penang tampil di Liga Super. Dia merombak skuad asingnya dengan mendatangkan Matias Cordoba dan Osas Saha sebagai pengganti Hilton dan Beto. Baik Cordoba maupun Osas sama-sama memiliki karier yang panjang di Indonesia.
Sayangnya peruntungan Jacksen di Liga Super tidak sebagus Liga Premier. Kompetisi baru berjalan beberapa pekan, dia dipaksa mengundurkan diri. Jacksen digantikan Manzoor Azwira Abdul Wahid karena Penang terbenam di zona degradasi. Setelah itu, Jacksen kembali ke Indonesia.
3. Melahirkan pemain pemenang Puskas Award
Mohd Faiz Subri membela Penang pada 2015-2019. Dia bukan pemain populer layaknya Mohd Safee bin Mohd Sali atau Indra Putra bin Mahayuddin. Tapi, Faiz punya prestasi yang tidak dimiliki keduanya. Dia adalah pemenang Puskas Award 2016. Itu adalah penghargaan FIFA untuk gol terbaik di dunia.
Kisah bak Cinderela dimulai pada 16 Februari 2016. Saat itu, pertandingan Liga Super antara Penang kontra Pahang digelar di City Stadium George Town. Tiba-tiba ada pelanggaran yang dilakukan pemain Pahang. Faiz memberanikan diri mengambil tendangan bebas yang diberikan wasit. Tendangan Faiz berujung gol. Rekamannya viral di dunia maya hingga sampai ke handphone para petinggi FIFA.
Orang terkejut karena gol Faiz lahir lewat proses yang tidak biasa. Bola hasil sepakannya dianggap melawan teori fisika. Bola melengkung dari sebelah kiri menuju ke kanan dan menghujam deras ke stadion tanpa disadari sang kiper. Gol itu mirip tendangan bebas legendaris Roberto Carlos pada 1997 di Tournoi de France.
Gol itu lalu dinominasikan untuk Puskas Award oleh Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM). Nominasi tersebut diterima FIFA dan Faiz masuk ke daftar 3 teratas.
Pada 9 Januari 2017, Faiz dianugerahi Puskas Award di Zurich, Swiss. Dia mengumpulkan hampir 60% suara online. Dia mengalahkan Marlone (Brasil) dan Daniuska Rodriguez (Brasil). Faiz mengikuti jejak Cristiano Ronaldo (2009), Hamit Altintop (2010), Neymar (2011), Miroslav Stoch (2012), Zlatan Ibrahimovic (2013), James Rodriguez (2014), hingga Wendell Lira (2015) yang telah lebih dulu menerimanya.
4. Menggunakan 2 stadion untuk laga kandang di liga
Hingga akhir 1950-an, hampir semua pertandingan besar dimainkan di Victoria Green. Itu dilakukan Penang sebelum City Stadium selesai dibangun. Sejak saat itulah, Penang berpindah ke City Stadium, yang memiliki kapasitas 20.000 penonton.
Lalu, pada 2000, Pemerintah Negara bagian Penang membangun stadion baru Batu Kawan yang berkapasitas 40.000 penonton. Stadion itu dibangun ketika Penang menjadi tuan rumah Malaysian Games. Penang lalu menggunakan stadio tersebut sebagai kandang sebelum kembali lagi menggunakan City Stadium. Alasannya, jumlah penonton yang tidak terlalu banyak.
Di pertandingan-pertandingan liga, Penang menggunakan City Stadium. Sementara Penang State Stadium hanya digunakan saat Penang kedatangan tim besar yang memiliki suporter tandang banyak atau pertandingan-pertandingan level Asia.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini