Italia Berduka Kehilangan Paolo Rossi, Aktor Totonero 1980 dan Piala Dunia 1982

"Sepanjang karier profesionalnya sebagai pesepakbola, Rossi dikenal karena dua hal monumental. Pertama, skandal sepakbola bertajuk Totonero 1980."

Biografi | 10 December 2020, 20:18
Italia Berduka Kehilangan Paolo Rossi, Aktor Totonero 1980 dan Piala Dunia 1982

Libero.id - Sepakbola kembali berduka. Hanya beberapa pekan setelah kematian Diego Maradona dan beberapa jam setelah kepergian Alejandro Sabella di Argentina, Italia kehilangan Paolo Rossi. 

RAI melaporkan, pemenang Piala Dunia 1982, legenda Italia dan pemenang Ballon d'Or 1982 itu telah meninggal dunia pada usia 64 tahun akibat sakit. Berita itu diumumkan oleh presenter RAI Sport, Enrico Varriale, karena Rossi telah bekerja sama dengan RAI sebagai pakar dalam beberapa tahun terakhir.

"Berita yang sangat menyedihkan: Paolo Rossi telah meninggalkan kami. Pablito yang tak terlupakan, yang membuat kami semua jatuh cinta pada musim panas 1982 itu dan merupakan rekan kerja yang berharga dan kompeten di RAI selama beberapa tahun terakhir. RIP sayang Paolo," Varriale, dilansir Football Italia.

Sepanjang karier profesionalnya sebagai pesepakbola, Rossi dikenal karena dua hal monumental. Pertama, skandal sepakbola bertajuk Totonero 1980. Kedua, kepahlawanan di Piala Dunia 1982. 

Totonero adalah skandal pengaturan hasil pertandingan di Italia pada 1980 di Serie A dan Serie B. Itu diungkap pada 23 Maret 1980 oleh Guardia di Finanza lewat hal sepele. Saat itu, dua pemilik toko di Roma, Alvaro Trinca dan Massimo Cruciani, menyatakan mendengar cerita bahwa beberapa pemain sepakbola di Italia menjual pertandingan untuk mendapatkan uang.

Dari laporan itu, Guardia di Finanza langsung bergerak. Otoritas yang yang memiliki kewenangan menyelidiki kasus-kasus keuangan di Italia, termasuk korupsi dan kejahatan perbankan, itu menemukan fakta mengejutkan.

Banyak klub terlibat dalam skandal memalukan itu. Sebut saja Avellino, Bologna, Juventus, Lazio, AC Milan, Napoli, Perugia, Pescara di Serie A. Lalu, Genoa, Lecce, Palermo, Pistoiese, dan Taranto (Serie B). Presiden Milan, Felice Colombo, dan Presiden Bologna, Tommaso Fabretti, jadi dua petinggi klub yang terlibat.

Untuk pemain, banyak sekali yang terlibat. Sebut saja Stefano Pellegrini, Massimo Cacciatori, Enrico Albertosi, Bruno Giordano, Lionello Manfredonia, Carlo Petrini, Guido Magherini, Giuseppe Savoldi, Lionello Massimelli, Luciano Zecchini, Giuseppe Wilson, Franco Cordova, Carlo Merlo, Giorgio Morini, Stefano Chiodi, Piergiorgio Negrisolo, Maurizio Montesi, Franco Colomba, hingga Oscar Damiani. 

Satu nama yang paling terkenal dan ikonik adalah Rossi. Saat skandal terjadi Rossi membela Perugia. Dia berhasil mencetak 13 gol di Serie A selama musim 1979/1980. Dia membantu klub tersebut ke babak 16 besar Piala UEFA. 

Keterlibatan dalam Totonero mengakibatkan Rossi dihukum 3 tahun aktif di sepakbola. Meski dikurangi menjadi 2 tahun, Rossi tetap absen di Euro 1980. Rossi juga membantah keterlibatannya. "Saya tidak terlibat. Saya tidak bersalah. Saya hanya menjadi korban ketidakadilan," kata Rossi beberapa tahun lalu, dilansir BBC Sport.

Bagi Rossi hidup ibarah hitam dan putih. Totonero dianggap sebagai sisi hitam kehidupannya. Sementara Piala Dunia adalah bagian putih dari karier penyerang legendaris tersebut.

Pada 1981, Rossi bergabung dengan Juventus pada tahun 1981. Dia kembali ke starting line-up tepat pada waktunya ketika hukumannya berakhir pada pekan-pekan terakhir Serie A 1981/1982. Dia ikut berkontribusi pada gelar Serie A yang didapatkan La Vecchia Signora musim itu.

Meski hanya mencetak 1 gol dari 3 pertandingan, gelar bersama Juventus benar-benar mengubah jalan Rossi. Tanpa diprediksi, Pelatih Italia, Enzo Bearzot, memanggil Rossi untuk ikut ke Piala Dunia. Pemanggilan yang menuai kontroversi. Media dan suporter menganggap Rossi tidak layak karena hanya mengoleksi sedikit jam terbang sepanjang musim 1981/1982. Kritik yang sangat masuk akal!

Uniknya, justru kritikan itu membuat Rossi termotivasi. Setelah Italia mengalahkan Argentina 2-1, Rossi mencetak 3 gol yang mengesankan untuk mengalahkan Brasil 3-2 demi lolos ke semifinal. Di babak 4 besar melawan Polandia, 2 gol Rossi memenangkan pertandingan untuk Italia. Itu adalah tiket final Piala Dunia.

Pada pertandingan puncak melawan Jerman Barat, Italia bermain sangat bagus. Menjadi motor serangan, Rossi mencetak gol pertama dari 3 gol Italia di Estadio Santiago Bernabeu. Dia membantu Italia memenangkan pertandingan dengan skor 3-1. Dia memberi Italia gelar Piala Dunia ketiga sepanjang sejarah. 

Rossi juga memenangkan penghargaan Sepatu Emas sekaligus Bola Emas. Suporter Italia yang awalnya menghujat, berbalik 180 derajat. Mereka menggantungkan spanduk bertuliskan "Man of the Match". 

Prestasi di Spanyol membuat Rossi mendapatkan banyak penghargaan individu pada tahun tersebut. Dia memenangkan gelar Pemain Terbaik Eropa 1982, Pemain Terbaik Dunia 1982, serta Onze d'Or 1982. Begitu juga dengan Ballon d'Or 1982 yang jatuh ke pelukan Rossi.

Eksploitasi dalam bermain dan mencetak gol selama turnamen membuat Rossi mendapatkan julukan "Pablito". Julukan yang sangat masuk akal karena antara gol dan assistnya sepanjang turnamen secara langsung menyumbang 58% dari gol timnya selama Piala Dunia.

Namun, setelah Piala Dunia, Rossi tidak pernah bersinar bersama Gli Azzurri lagi. Kesuksesan hanya didapatkan bersama Juventus. Selain Serie A 1981/1982, dia juga juara pada 1983/1984. Ada lagi, Coppa Italia 1982/1983, Piala Winners 1983/1984, Piala Super Eropa 1984, dan Piala Champions 1984/1985. 

Rossi pensiun pada 1987 sebagai pemain Hellas Verona. Dia tidak pernah kembali ke sepakbola sebagai pelatih atau pengurus klub. Rossi lebih menikmati aktivitas sebagai komentator pertandingan di Sky Sports Italia, Mediaset Premium, dan RAI Sport.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network