Kredit: instagram.com/keisukehonda
Libero.id - Bagaimana rasanya menjalankan sejumlah pekerjaan sekaligus di beberapa negara berbeda dalam waktu bersamaan? Tanyakan hal itu kepada mantan pemain tim nasional Jepang, Keisuke Honda.
Lahir dan dibesarkan di Settsu, Honda pernah menjadi anggota tim junior Gamba Osaka. Tapi, dia tidak dipromosikan ke tim senior. Ketika masih menjadi siswa SMA Seiryo, Honda mendapatkan kesempatan tampil di J-League Cup sebagai Special Designated Youth Player pada 2004.
Setelah lulus SMA, Honda memulai karier profesional bersama Nagoya Grampus Eight. Setelah bermain 90 kali dan mengemas 11 gol di J-League, gerbang ke kompetisi Eropa terbuka lebar-lebar.
Dimulai dari VVV-Venlo di Eredivisie, karier Honda berlanjut ke Rusia bersama CSKA Moscow. Lalu, dia dipinang AC Milan di Italia sebelum memutuskan terbang ke Meksiko membela Pachuca. Kemudian, Honda membela Melbourne Victory di Australia, kembali ke Belanda bersama Vitesse Arnhem dan kini memperkuat Botafogo di Liga Brasil.
Bersama klub-klub tersebut, banyak sensasi diciptakan. Honda mencatatkan diri dalam buku sejarah sepakbola internasional sebagai pemain yang mencetak gol di 4 konfederasi berbeda , yaitu AFC, UEFA, CONCACAF, dan CONMEBOL. Hanya klub anggota OFC dan CAF yang belum pernah diperkuat pesepakbola berusia 34 tahun tersebut.
Meski belum pernah bermain di Afrika, Honda pernah mencetak gol di Benua Hitam. Momen tersebut tercipta pada Piala Dunia 2010. Saat itu Honda bermain untuk Samurai Biru dan berhasil menjebol jala Kamerun serta Denmark di fase penyisihan grup.
Di level internasional, Honda mencatatkan 98 caps dan 37 gol bersama Jepang sejak melakoni debut pada 2008. Dia membawa Jepang menjuarai Piala Asia 2011. Honda juga terlibat aktif saat Jepang bermain di Olimpiade 2008, Piala Dunia 2010, Piala Asia 2011, Piala Konfederasi 2013, Piala Dunia 2014, Piala Asia 2015, serta Piala Dunia 2018.
Namun, dari semua yang terjadi, keputusan Honda bekerja di beberapa tempat berbeda dalam waktu bersamaan membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Selain bermain untuk bermain, Honda sempat menjadi pemilik sekaligus CEO klub Divisi II Austria, SV Horn. Dia juga pelatih kepala tim nasional Kamboja. Fungsi Honda di Kamboja sama dengan Shin Tae-yong di Indonesia.
Bagaimana mungkin Honda menjalani tiga aktivitas tersebut dalam waktu yang bersamaan? Mari kita jabarkan satu-persatu!
Pertama, di Horn, Honda tidak seorang diri. Menggunakan bendera "Honda ESTILO", Honda memiliki 49% saham klub yang musim lalu finish di posisi 13 klasemen akhir Divisi II. Untuk menjalankan tugas sehari-hari, dia menunjuk kedua saudaranya, Hiroyuki dan Youji, untuk terlibat aktif di jajaran direksi. Merekalah yang memberi Honda laporan berkala.
Awalnya semua berjalan bagus sejak 2015 hingga 2019. Tapi, masalah keuangan membuat Honda mempertimbangkan menjual sahamnya. Rencananya, uang dari hasil penjualan saham Horn akan digunakan menciptakan klub amatir di Tokyo yang memiliki target menjadi profesional dalam 5-10 tahun.
"Itu adalah keputusan yang menyakitkan untuk mundur. Tapi, saya telah belajar banyak dari kesalahan itu. Saya ingin membangun klub sepakbola dari nol di Tokyo yang dapat berdampak global. Saya ingin membangunnya bersama dengan semua orang," kata Honda pada Januari 2020, dilansir Japan Times.
Sembari menjadi CEO Horn, Honda tetap aktif bermain sepakbola untuk Milan, Pachuca, dan Melbourne. Ternyata, itu masih belum cukup. Pada Agustus 2018, Honda menerima tantangan menjadi pelatih kepala Kamboja. Tugasnya seperti manajer di sepakbola Inggris.
Cara kerja Honda di Kamboja juga unik. Disepakati, dia akan mengadakan rapat mingguan jarak jauh dengan semua staf pelatih dan pemain. Lalu, dia akan berada di pinggir lapangan saat pertandingan Kamboja di kalender FIFA.
Selama Honda tidak ada di negara itu, Felix Dalmas yang bertanggung jawab. Pria asal Argentina itu berstatus "first team coach". Dalmas juga bertugas melatih para pemain Kamboja setiap harinya mulai dari memberikan menu pertandingan hingga latihan fisik. Semuanya atas koordinasi dengan Honda.
Lalu, apa hasilnya? Tidak ada yang istimewa. Pada 10 September 2018, Honda kalah dalam pertandingan perdananya sebagai bos ketika dipermalukan Malaysia 1-3. Di era Honda, Kamboja juga dibantai Iran 0-14. Kemenangan hanya mereka dapatkan dari tim gurem macam Pakistan.
Kekalahan demi kekalahan ternyata tidak membuat Kamboja memecat Honda. Bahkan, Asosiasi Sepakbola Kamboja (FFC) memberi izin ketika Honda menandatangani kontrak dengan Botafogo pada Januari 2020.
Meski harus memimpin tim dari Amerika Selatan, FFC tidak keberatan. Pasalnya, keberadaan Honda adalah berkat kerjasama antara pemerintah Jepang dan Kamboja dalam bidang sepakbola. Gaji Honda juga kabarnya tidak sepenuhnya ditanggung FFC, melainkan langsung dari pemerintah Negeri Sakura.
"Keisuke Honda memimpin timnas Kamboja sangat penting karena dua alasan. Salah satunya adalah untuk menciptakan gaya sepak bola nasional Kamboja yang jelas. Poin kedua adalah membantu menyebarkan budaya Kamboja ke seluruh dunia. Kami sadar dia sedang sibuk. Tapi, dia masih berusaha membantu Kamboja," ungkap Presiden FFC, Sao Sokha, pada 2018, kepada Khmer Times.
"Dia dengan murah hati merelakan waktunya untuk membantu kami. FFC hanya akan membayar semua biaya perjalanan, akomodasi, dan semua keperluannya selama bekerja dengan kami," tambah Sokha.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini