Libero.id - "Selama bertahun-tahun saya mencoba mewakili sepak bola Turki di Eropa. Saya sangat senang bisa datang ke Fenerbahce dan saya berharap saya akan melayani klub ini selama bertahun-tahun kedepan,” ucap Emre Belozoglu, saat kembali bermain di negara asalnya, Turki pada tahun 2008.
Pada zamannya, Emre Belozoglu dianggap sebagai pemain Turki terbaik yang pernah ada, bahkan namanya pernah masuk dalam daftar FIFA dalam kategori 100 Pemain Terbaik yang masih hidup.
Ia pensiun pada awal musim panas 2020 ini. Bermain sebagai playmaker, Emre Belozoglu dikenal secara luas hanya dengan nama depannya: Emre.
Sepanjang ia aktif bermain, Emre adalah salah satu pesepakbola yang tidak hanya mengumpulkan lebih dari 100 caps untuk tim nasional Turki, tetapi juga memenangkan banyak trofi, dan mencetak gol dalam empat dekade berbeda. Dan tentu sambil sedikit menimbulkan kontroversi.
Sejak awal kariernya bersama Galatasaray, Emre sudah diidolakan banyak orang, di sana dia menghabiskan empat tahun di tim junior lalu lima tahun lagi di tim utama. Emre lalu hijrah ke Fenerbahce dan bermain selama tiga periode.
Dan tahun-tahun berselang, Emre ke Inggris, ia diboyong oleh Newcastle United. Pada saat itu, Magpies berada di bawah manajemen Graeme Souness.
Sebelum pindah ke Inggris, Emre telah memenangkan banyak trofi di Galatasaray, dan di Italia bersama Internazionale.
Bersama Galatasaray ia mempersembahkan trofi Super Lig, serta dua Piala Turki, Piala Super Turki. Playmaker lincah itu kemudian pergi ke San Siro pada tahun 2001, di mana, di bawah Roberto Mancini, Emre menjadi bagian dari tim yang akan mengangkat Coppa Italia di musim terakhirnya. Untuk Inter ada Piala UEFA, dan Piala Super UEFA yang ikut dia sumbangkan.
Emre dan Faktor Graeme Souness
Karir Emre tak terlepas dari campur tangan Graeme Souness. Sosok yang sarat dengan trofi, terutama dengan Glasgow Rangers dan Liverpool, baik sebagai pemain atau pelatih. Souness adalah pemenang Piala Eropa tiga kali (bersama Liverpool), dan juara liga delapan kali (bersama Liverpool dan Rangers).
Namun jauh sebelum itu, pada pertengahan tahun 90-an, Souness berada di Turki, dan bertanggung jawab atas Galatasaray. Hanya satu musim, tapi satu musim di mana dia akan memenangkan Piala Turki, dan finis keempat di liga. Dalam rentang waktu itu, Souness mengetahui bakat seorang Emre Belozoglu yang saat itu masih muda dan sedang naik daun berkat penampilan apiknya.
Selang beberapa tahun kemudian, saat Souness memegang alih kendali Newcastle, ia lantas ingat pemain muda yang tempo hari dilihatnya itu, Emre lalu diboyong dengan mahar 3.8 juta pounds.
Sebagai pelatih, Magpies Souness saat itu berkata: “Emre adalah pemain Turki terbaik yang pernah ada. Ketika saya berada di sana sebagai pelatih, dia masih kecil, sangat muda, dan nama itu terus berkelebat di kepala saya.”
Lalu ia menambahkan, “Saya senang memiliki Emre di sini. Saya pikir dia akan terbukti menjadi pemain yang sangat bagus untuk klub."
“Dia memiliki kaki kiri yang bagus, dan saya pikir sangat penting bahwa Anda memiliki beberapa pemain spesialis kaki kiri di tim Anda untuk memberi Anda keseimbangan. Kami punya dua saat ini dan saya mau tiga."
Saat Emre bergabung, skuad Newcastle kala itu dihuni sejumlah pemain top, sebutlah seperti Scott Parker, Tim Krul, Craig Moore, Albert Luque, Michael Owen, dan Nolberto Solano. Namun, pada awal musim pertamanya Emre tak menunjukkan performa terbaik. Newcastle kalah dalam Piala Intertoto di tangan Deportivo La Coruna, sementara di ajang Liga Premier, debutnya di Newcastle juga harus takluk dari Arsenal.
Catatan buruk itu terus berlanjut. Enam pertandingan tanpa kemenangan beruntun di semua kompetisi sebelum akhirnya Newcastle menang saat melawan Blackburn Rovers. Pada pertandingan kesebelasnya Emre akhirnya mencatatkan gol pertama untuk klub. Saat itu, ia tampil luar biasa. Dan menghajar Sunderland dengan 3 gol, meski kemudian dibalas 2 gol.
Dalam tensi pertandingan yang panas, Emre menghidupkan gaya bermain Newcastle, playmaker Turki itu menyiapkan gol pembuka untuk Shola 'The Mackem Slayer' Ameobi. Newcastle unggul lebih dulu. Tapi Liam Lawrence lekas menyamakan kedudukan.
Saat skor masih hangat 2-2, Stephen Caldwell dari Sunderland menjatuhkan Ameobi, hampir tiga puluh meter dari gawang. Dalam situasi bola mati, tiga pemain jadi pagar dan Emre maju jadi eksekutor, ia lantas mengayunkan bola ke pojok tengah kiri gawang, dan gol.
Penonton bersorak, Emre lari ke pinggir melakukan selebrasi, Souness memasang dadanya, dan lalu mereka berpelukan. Perayaan yang layak atas sebuah gol penutup dan penentu kemenangan. Surat kabar The Guardian menggambarkan momen itu sebagai: “Tendangan bebas yang luar biasa di tiang kiri Davis. Kaum Muslim ikut merayakannya dan Souness, bersulang dengan nama Emre di Tyneside tadi malam.”
Tiga poin yang diperjuangkan dengan susah payah. Dua minggu kemudian, Emre kembali tampil sebagai penentu, ia membuat satu-satunya gol yang ia jebloskan ke gawang Birmingham City.
25 penampilan di musim debutnya untuk Newcastle United di Liga Premier adalah sesuatu yang cukup bagus.
Dan musim kedua Emre dengan The Magpies menjadi musim yang sedikit lebih baik, dia mencetak tiga gol dalam tiga puluh delapan penampilan, menghasilkan serangkaian asist dan penampilan luar biasa.
Di musim terakhirnya dengan The Magpies, Emre justru hanya mencetak 1 gol dan memainkan 19 laga. Dan asal tahu saja, selama waktu itu, Newcastle berulang kali ganti pelatih, mereka diantaranya adalah Graeme Souness, Glenn Roeder, Nigel Pearson (dua kali), Sam Allardyce, Kevin Keegan, Joe Kinnear, dan Chris Hughton.
Maestro Turki itu mencatatkan enam gol dalam 58 penampilan, dan meski singkat, gol kemenangan dalam derby Tyne-Wear, mengangkat reputasi Emre, ia seolah dijadikan pahlawan yang dikultuskan oleh publik Newcastle dan bersamaan dengan itu Sunderland mengalami mimpi buruk .
Setelah meninggalkan Newcastle, Emre pulang ke Turki, tetapi tidak ke Galatasaray. Dia berakhir di rival berat Galatasaray yakni Fenerbahce.
Sekarang, setelah seperempat abad sejak penampilan pertamanya di Super Lig bersama Galatasaray, dan setelah tiga periode bersama Fenerbahce, belum lama ini Emre mengumumkan pensiun dari sepak bola.
Atas pengumuman tersebut, klubnya, Fenerbache, menyatakan: “Ada nama yang tertulis tidak hanya di kaos itu, tetapi juga tercetak dalam sejarah klub. Mereka tidak akan pernah dilupakan. Kapten kami, Emre Belozoglu, telah mengumumkan bahwa dia mengakhiri kariernya.”
“Kami ingin berterima kasih kepada kapten kami yang lebih dari sekadar pemain sepak bola untuk setiap penggemar Fenerbahce, untuk setiap saat, atas kebanggaan yang dia timbulkan bermain dengan seragam kami. Kapten yang hebat, terima kasih untuk semuanya."
Dan itulah Emre Belozoglu. Hanya ada satu Emre bagi Newcastle United. Emre dari Turki, Emre yang menulis dirinya ke dalam cerita rakyat Tyneside. Dimana ia jadi pahlawan dalam derby penuh gengsi. Ya, Emre Belozoglu.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini