Kisah Dario Hubner dan Igor Protti, Pencetak Gol Terbanyak di 3 Divisi Berbeda

"Keduanya sama-sama striker oportunis. Makin tua usia, justru makin menjadi!"

Biografi | 16 December 2020, 09:31
Kisah Dario Hubner dan Igor Protti, Pencetak Gol Terbanyak di 3 Divisi Berbeda

Libero.id - Dalam sejarah sepakbola Italia ada dua pemain yang mampu menjadi pencetak gol terbanyak di 3 kasta berbeda, Serie A, Serie B, dan Serie C. Sosok yang menyandang catatan membanggakan itu adalah Dario Hubner dan Igor Protti.

Cerita tentang Hubner dimulai ketika lahir di Muggia, Provinsi Trieste, pada 28 April 1967. Ayahnya berasal dari Jerman, tepatnya Frankfurt, dan sang ibu asli Italia. Sejak kecil Hubner sudah menunjukkan ketertarikan kepada sepakbola. Setelah menimba ilmu di akademi di kampung halamannya, dia bergabung dengan Pievigina di Serie D 1987/1988.

Meski memasuki dunia profesional di usia 20 tahun, Hubner butuh bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pemain penting di sepakbola Italia. Contohnya, pada Serie A 2001/2002. Kala itu, Hubner baru datang ke Piacenza dari Brescia dan sudah menginjak usia 35 tahun.

Pilihan memperkuat tim medioker dan usia yang semakin tua ternyata tidak membuat karier Hubner meredup. Tanpa diduga, dia bermain bagus. Bergaya oportunis, Hubner dikenal sebagai penyerang yang mampu memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk menjadi gol. Banyak yang menyebut dirinya pemalas.

Namun, predikat itu justru membuat Hubner bersinar. Pada musim tersebut, dia mengemas 24 gol untuk Piacenza. Jumlah itu cukup membuat dirinya sebagai pencetak gol terbanyak Serie A. Koleksi Hubner sama dengan David Trezeguet dan melewati catatan striker-striker top macam Christian Vieri, Alessandro del Piero, hingga Andriy Shevchenko.

Libero.id

Kredit: instagram.com/dariohubner1967

Keberhasilan meraih sepatu emas Serie A musim tersebut menjadikan Hubner setara Protti sebagai pesepakbola yang mampu menjadi pencetak gol terbanyak pada tiga divisi berbeda. Pada 1991/1992, Hubner mencetak 14 gol bersama Fano di Serie C.

Keberhasilan menjadi pemain hebat di Fano membuat Hubner mendapatkan tawaran memperkuat Cesena di Serie B. Pada 1995/1996, sosok berpostur 184 cm tersebut memproduksi 22 gol. Dia dinobatkan sebagai peraih sepatu emas kompetisi kasta kedua pada musim tersebut.

Hubner bermain cukup lama di Cesena. Sayang, pada 1997, klub berseragam putih-hitam tersebut harus turun kasta ke Serie C. Lalu, Hubner mendapatkan tawaran membela Brescia di Serie A. Itu menjadi klub kasta tertinggi pertama dalam karier profesionalnya. Dia menjalani debut di Serie A pada usia 30 tahun!

Meski anak baru, pertandingan perdana Hubner di Serie A berjalan sempurna. Bermain bersama Andrea Pirlo muda, Hubner tampil garang dengan mencetak gol ke gawang Inter Milan. Gol itu lahir dari assist Pirlo. Satu pekan berselang, Hubner mencetak hattrick ke jala Sampdoria.

Bersama Brescia, Hubner memiliki pengalaman lain yang cukup membanggakan. Pada 2000/2001, dia bertandem dengan sang legenda, Roberto Baggio. Dengan Carlo Mazzone sebagai pelatih, Hubner mencetak 17 gol dan membantu Brescia lolos ke Piala Intertoto 2001.

Saat di Brescia, Hubner diketahui gemar merokok dan pelatihnya tahu. "Mazzone memberi kami kebebasan. Dia pelatih yang sangat hebat. Dia senang bercanda. Dia tahu semua hal tentang pemainnya. Dia hanya ingin kami bermain sungguh-sungguh di lapangan," kata Hubner ketika itu, dilansir La Gazzetta dello Sport.


Hubner dan Protti, serupa tapi tak sama

Status Hubner sebagai pencetak gol terbanyak di Serie A, Serie B, dan Serie C juga dimiliki Protti. Sama seperti Hubner, Protti adalah penyerang oportunis. Dia hanya bersedia bergerak di area penalti, jarang ke tengah, dan ketika mendapat peluang emas tidak pernah menyia-nyiakan.  

Protti menghabiskan sebagian besar awal karier bermainnya untuk tim di divisi yang lebih rendah. Dia melakukan debut di Serie C1 pada usia 16 tahun bersama klub kota asalnya, Rimini, pada 27 Mei 1984. Setelah 2 musim, dia pindah Livorno pada 1985. Setelah 3 musim, dia pindah ke Virescit Bergamo sebelum bergabung dengan Messina pada 1989.

Pada 1992, Protti hijrah ke Bari. Setelah 2 musim di Serie B, dia membantu timnya promosi. Dia menjadi populer selama menjalani musim 1995/1996. Protti mencetak 24 gol. Bersama Giuseppe Signori, dia meraih sepatu emas kompetisi elite tersebut.

Sayang, pada musim ketika Protti menjadi pencetak gol terbanyak, Bari harus turun kasta ke Serie B. Lalu, dia pindah ke Lazio pada 1996. Kemudian, pada 1997 dia bergabung dengan Napoli dengan status pinjaman sebelum kembali ke Lazio pada 1998. Di dua klub besar Serie A tersebut Protti gagal menunjukkan kemampuan terbaiknya sehingga pindah ke Reggiana di Serie B.

Hanya bertahan 1 musim, Protti bermain untuk Livorno di Serie C. Dalam waktu singkat, dia menjadi idola suporter Livorno.  Menjadi kapten Livorno, Protti mencetak 20 gol di Serie C 2000/2001 dan 27 gol pada 2001/2002. Itu adalah dua musim beruntun ketika dia menjadi pencetak gol terbanyak Serie C. Bahkan, pada akhir musim 2001/2002, Livorno promosi ke Serie B.

Di Serie B 2002/2003, Protti semakin menggila. Dia memborong 23 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak di kasta kedua. Protti menyamai prestasi Hubner sebagai pemain yang mampu meraih sepatu emas di 3 kasta berbeda di sepakbola Italia.

Berkat pengabdian di Livorno, nama Protti abadi. Dia dijadikan legenda klub selain Cristiano Lucarelli. Saat Protti pensiun pada 2005, nomor punggung 10 miliknya ikut dimuseumkan. Tapi, atas permintaan Protti, nomor 10 kembali digunakan pada 2007/2008 oleh Francesco Tavano.

"Itu nomor keramat yang menjadi impian banyak pemain muda. Saya ingin mengembalikan impian semua orang yang bermimpi mengenakan nomor punggung 10," ujar Protti saat itu, dikutip La Repubblica.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network