Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Kredit: instagram.com/xavi dan instagram.com/andresiniesta8
Libero.id - Setelah tertunda akibat pandemi Covid-19, Liga Champions Asia (LCA) sudah memasuki pertandingan final. Persepolis dari Iran akan melawan tim Korea Selatan, Ulsan Hyundai, di Al Janoub Stadium, Al Wakrah, Qatar, 19 Desember 2020.
Awalnya Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) memastikan LCA tetap menggunakan format normal home and away sejak fase grup hingga final. Semuanya berlangsung lancar pada 2-3 pertandingan awal. Semua tim bertanding normal di kandang maupun menjalani perjalanan tandang.
Namun, skenario berubah total ketika Covid-19 menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia. Awalnya, pemerintah Australia melarang orang-orang asing yang baru saja bepergian dari China. Mereka meminta Asosiasi Sepakbola Australia (FFA) mengatakan kepada AFC bahwa Australia tidak dapat lagi menyelenggarakan pertandingan melawan tim dari China.
AFC kemudian mengadakan pertemuan darurat pada 4 Februari 2020 untuk menentukan rencana turnamen, termasuk penjadwalan ulang pertandingan di Wilayah Timur. Setelah pertemuan tersebut, AFC memutuskan untuk menunda pertandingan yang melibatkan klub-klub China, kecuali Chiangrai United versus Beijing FC.
Ternyata, kondisinya tidak membaik dan justru semakin parah. Setelah pertemuan dengan perwakilan dari asosiasi anggota dari Wilayah Barat yang diadakan pada 7-8 Maret 2020, disepakati bahwa semua pertandingan penyisihan grup Wilayah Barat ditunda ke tanggal baru yang belum dikonfirmasi. Langkah itu diikuti Wilayah Timur.
AFC kemudian mengumumkan pada 14 April 2020 bahwa semua pertandingan yang dijadwalkan pada Mei 2020 dan Juni 2020 akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut. Lalu, pada 9 Juli 2020, AFC mengumumkan jadwal baru untuk sisa pertandingan, dengan semua pertandingan dimainkan di satu tempat.
Berikut ini 5 fakta terkait kompetisi sepakbola antarklub paling prestisius di kawasan Asia tersebut:
1. Pertandingan dilanjutkan dan terpusat di Qatar
Pada 16 Juli 2020, AFC mengumumkan Qatar menjadi tuan rumah semua pertandingan Wilayah Barat. Lalu, pada 27 Juli 2020 AFC mengumumkan Malaysia akan menjadi tuan rumah pertandingan Wilayah Timur.
Tapi, pada 9 Oktober 2020, AFC mengumumkan terjadi kesepakatan dengan Asosiasi Sepakbola Qatar (QFA) bahwa semua pertandingan Wilayah Timur juga dimainkan di Qatar. QFA ingin menjadikan pertandingan-pertandingan LCA sebagai gladi bersih penyelenggaraan Piala Dunia 2022.
AFC dan QFA langsung membagi tempat pertandingan, yaitu Al Janoub Stadium (Al Wakrah), Education City Stadium (Doha), Jassim bin Hamad Stadium (Doha), serta Khalifa International Stadium (Doha). Untuk final, Al Janoub dipilih. Ini stadion yang baru dibuka pada 16 Mei 2019 dan memiliki kapasitas 40.000 kursi.
2. Tiga tim mengundurkan diri karena Covid-19
Meski dipastikan berlangsung di satu tempat dan berlaku protokol kesehatan ketat, termasuk karantina berkelompok, tetap saja ada klub yang tidak bisa melaksanakan pertandingan. Ada 3 tim peserta yang memastikan mundur setelah para pemainnya terkena Covid-19. Ada juga yang tidak mendapatkan izin bepergian dari pemerintahnya.
Tim pertama yang mundur adalah Al-Wahda. Klub dari Uni Emirat Arab (UEA) itu tidak dapat melakukan perjalanan ke Qatar untuk memainkan 4 pertandingan terakhir babak grup karena beberapa anggota tim dinyatakan positif terpapar Virus Corona.
AFC bisa menerima alasan Al-Wahda. Mereka dianggap telah mengundurkan diri dari kompetisi dan semua pertandingan sebelumnya yang dimainkan dianggap "batal demi hukum". Poin mereka juga tidak akan dipertimbangkan dalam menentukan peringkat terakhir grup dengan tim peserta lainnya.
Setelah Al-Wahda, ada Al-Hilal. Wakil Arab Saudi itu gagal menyerahkan daftar tambahan 13 pemain yang dibutuhkan untuk memainkan pertandingan terakhir penyisihan grup melawan Shabab Al-Ahli. Mereka hanya memiliki 11 pemain karena sisanya terpapar Covid-19.
Klub terakhir yang mundur adalah Johor Darul Ta'zim (JDT). Tim kaya asal Malaysia itu tidak dapat melakukan perjalanan ke Qatar untuk memainkan empat pertandingan terakhir babak penyisihan karena pembatasan perjalanan. Izin bepergian mereka ditolak pemerintah Malaysia.
Sama seperti Al-Wahda, status Al-Hilal dan JDT sama. Mereka dianggap mengundurkan diri dari kompetisi dan semua pertandingan sebelumnya yang dimainkan oleh mereka akan dianggap "batal demi hukum". Poin mereka tidak akan dipertimbangkan dalam menentukan peringkat terakhir grup.
3. Batalnya reuni Xavi Hernandez dan Andres Iniesta
Keberadaan Xavi Hernandez sebagai pelatih Al-Sadd dan Andres Iniesta sebagai pemain Vissel Kobe sempat membuat pasar taruhan di Asia menempatkan reuni legenda Barcelona itu akan terjadi final. Fakta kompetisi menunjukkan, Al-Sadd hanya mampu menjadi runner-up Grup D di belakang Al-Nassr. Sementara Vissel memuncaki Grup G.
Sayang, perjalanan Al-Sadd harus terhenti di babak 16 besar. Klub elite Qatar itu dikalahkan Persepolis 0-1. Sedangkan Vissel melaju hingga semifinal sebelum disingkirkan Ulsan Hyundai 1-2 lewat babak perpanjangan waktu. Menariknya, Persepolis dan Ulsan justru yang akan bertemu di final.
4. Final kedua bagi Persepolis dan Ulsan Hyundai
Keberadaan Persepolis dan Ulsan Hyundai di pertandingan puncak sudah dinantikan suporter kedua klub. Pasalnya, final musim 2020 menjadi yang kedua bagi mereka. Ulsan pada 2012 dan Persepolis pada 2018.
Hanya saja peruntungan kedua klub pada pertandingan final berbeda 180 derajat. Pada 2012, Ulsan menjadi juara setelah mengalahkan Al-Ahli (Arab Saudi) 3-0 lewat Kwak Tae-hwi, Rafinha, dan Kim Seung-yong. Pada musim tersebut, final hanya berlangsung satu kali di kandang Ulsan.
Sebaliknya, Persepolis kurang beruntung saat bermain di pertandingan puncak 2018. Bertemu Kashima Antlers dalam format home and away, Persepolis menyerah 0-2 dan bermain imbang tanpa gol.
"Ulsan adalah tim yang kuat dan pantas berada di pertandingan final. Mereka adalah tim yang disiplin dan memainkan sepakbola menyerang. Kami akan tampil tanpa tiga pemain kunci (Issa Alekasir, Vahid Amiri, dan Ehsan Pahlevan) di pertandingan ini. Tapi, kami ingin mengangkat trofi. Makanya kami ada di sini," ungkap Pelatih Persepolis, Yahya Golmohammadi, dikutip Tehran Times.
5. Dominasi klub-klub Korea Selatan
Jika mampu mengalahkan Persepolis di final, Ulsan Hyundai akan menancapkan dominasi Korea Selatan di LCA. Sejauh ini, tim-tim Negeri Ginseng sudah memiliki 11 piala dan 6 runner-up dari 17 final yang sudah dijalani. Sementara Iran baru 3 juara dan 5 runner-up dari 8 final.
Catatan Korea mengalahkan tetangga sekaligus rival abadinya, Jepang. Sejauh ini, klub-klub J-League mempunyai 7 gelar juara dan 4 runner-up dari 11 final. Selanjutnya, Arab Saudi dengan koleksi 5 piala dan 9 runner-up dari 14 pertandingan puncak.
Yang pasti, sang pemenang akan mewakili Asia di Piala Dunia Antarklub 2020, yang rencananya baru bisa dilaksanakan pada 1-11 Februari di Qatar.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini