Libero.id - Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, atau Neymar da Silva Santos Junior boleh saja menjadi pesepakbola dengan bayaran terbesar di dunia. Tapi, mereka bukanlah yang terkaya. Predikat itu justru menjadi milik Mathieu Flamini. Kok bisa?
Flamini baru saja pensiun sebagai pemain pada 2019 setelah membela Getafe sepanjang musim 2018/2019. Getafe menjadi klub kelima gelandang berkebangsaan Prancis tersebut sepanjang karier profesional.
Tapi, selama ini orang lebih mengenal Flamini sebagai salah satu legenda Arsenal. Flamini bergabung dengan Arsenal pada 23 Juli 2004. The Gunners membayar Olympique Marseille 480.000 euro dan segera setelahnya menjalani debut pada 15 Agustus 2004 melawan Everton.
Selama bermain untuk The Gunners, Flamini dikenal sebagai tandem sehati Cesc Fabregas di lini tengah. Dia adalah orang yang membuat Gilberto Silva terlempar dari starting line-up. Flamini juga membantu Arsenal menjuarai Piala FA (2004/2005, 2013/2014, 2014/2015), Community Shield (2014), serta runner-up Liga Champions (2005/2006).
"Arsenal ada di hati saya dan mereka (fans) akan ada di hati saya selamanya. Saya akan selalu menjadi penggemar Arsenal dan pergi itu tidak mudah," kata Flamini, dilansir Sky Sports, saat meninggalkan Arsenal menuju AC Milan pada musim panas 2008.
Lima tahun di Milan, Flamini juga menjadi pemain penting di lini tengah. Dia bermain ketika I Rossoneri diperkuat David Beckham dan Filippo Inzaghi. Hasilnya, Flamini membantu Milan mendapatkan Scudetto 2010/2011.
Meski hanya mendapatkan 1 piala, keputusan bermain di Milan mengubah peruntungan Flamini seumur hidup. Di Italia, dia bertemu Pasquale Granata. Bekerjasama dengan University of Pisa, Granata dan Flamini mendirikan GF Biochemicals pada 2008. Nama perusahaan itu diambil dari "Granata" dan "Flamini".
"Saat itu, dia (Pasquale Granata) sudah tertarik dengan masalah perubahan iklim dan kami sangat ingin melakukan sesuatu. Jadi, setelah bertemu dengan seorang ilmuwan, kami bersama-sama mengembangkan bioteknologi ini," kata Flamini ketika berbicara dengan BBC pada 2016.
Apa GF Biochemicals? Itu adalah perusahaan biokimia. Mereka adalah organisasi pertama di dunia yang mampu memproduksi Asam Levulinat secara massal. Asam Levulinat atau yang dikenal sebagai 4-oxopentanoic adalah senyawa organik dengan rumus kimia CH3C(O)CH2CH2CO2H.
Asam Levulinat diklasifikasikan sebagai asam keto. Padatan kristal putih ini larut dalam air dan pelarut organik polar. Ini berasal dari degradasi selulosa dan merupakan prekursor potensial untuk biofuel, seperti etil levulinat. Senyawa ini pertama kali dibuat oleh ahli kimia Belanda, Gerardus Johannes Mulder, dengan memanaskan fruktosa dan asam klorida. Tapi, Asam Levulinat belum mencapai penggunaan komersial dalam volume yang signifikan.
Produksi komersial pertama Asam Levulinat dimulai oleh A.E. Statey pada 1940-an. Lalu, pada 1953, Quaker Oats mengembangkan proses berkelanjutan untuk produksi Asam Levulinat. Selanjutnya, pada 1956 diidentifikasi sebagai bahan kimia platform dengan potensi tinggi. Kemudian, pada 2004 Departemen Energi AS (US DoE) mengidentifikasi Asam Levulinat sebagai salah satu dari 12 bahan kimia platform potensial dalam konsep biorefinery.
Banyak konsep untuk produksi Asam Levulinat secara komersial didasarkan pada teknologi asam kuat. Proses dilakukan secara terus menerus pada tekanan dan suhu tinggi.
Lignoselulosa adalah bahan awal yang murah. Asam levulinat dipisahkan dari katalis asam mineral dengan ekstraksi. Asam levulinat dimurnikan dengan destilasi. GF Biochemicals memulai produksi komersial Asam Levulinat pada 2015 dengan skala produksi 2.000 MT/a di Caserta, Italia.
Asam Levulinat digunakan sebagai prekursor untuk obat-obatan, plasticizer, dan berbagai zat aditif lainnya. Asam Levulinat juga digunakan di industri kosmetik dan parfum. Senyawa ini juga mulai banyak digunakan di industri rokok untuk mengurangi kadang nikotin dalam tembakau.
Dengan Asam Levulinat, industri akan semakin ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Sehingga, pada 2017, GF Biochemicals mengumumkan membangun penyulingan bioteknologi selulosa di AS, bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi lokal, American Process.
"Ini akan membantu mengurangi pencemaran udara. Asam ini memiliki potensi kuat karena bereaksi persis seperti minyak bumi, yang berarti dapat menggantikan bahan bakar minyak," ucap Flamini.
Flamini juga merupakan bagian dari tim yang menciptakan BIOCIRCE (Bioeconomy in the Circular economy). Itu gelar master pertama di Eropa yang didedikasikan untuk mempromosikan pendidikan bioekonomi. Ini diluncurkan bekerja sama dengan salah satu bank di Italia, Intesa Sanpaolo, Novamont (produsen bioplastik), dan University of Napoli
Selain itu, Flamini juga ikut mendirikan The BioJournal. Itu adalah majalah digital pertama di dunia yang didedikasikan sepenuhnya untuk dunia bioteknologi dan kelestarian lingkungan, yang dikelola oleh jurnalis lingkungan Italia, Mario Bonaccorso.
GFBiochemicals won John Sime Award EFIB2015 Best Innovative Biotechnology.#arsenal #earth #sustainable #environment pic.twitter.com/YLRCT9dMcn
— Mathieu flamini (@mathieuflamini) December 2, 2015
"Saya sangat beruntung. Untuk operasi sehari-hari kami memiliki tim yang sangat kuat di lapangan yang berasal dari perusahaan kimia yang sangat besar. Kami punya 80 pegawai yang langsung bekerja untuk kami dan 400 lainnya terkait dengan perusahaan kami. Saya lebih fokus pada strategi perusahaan," ungkap Flamini.
Lalu, berapa keuntungan Flamini dan perusahaannya? Analis menyebut angka 20 miliar pounds! Bahkan, ada yang menyatakan Flamini dan partnernya seperti Mark Zuckerberg, Jack Ma, atau Bill Gates di dunia bioteknologi.
Menurut Forbes, kekayaan bersih Mathieu Flamini adalah USD 14 miliar atau sekitar Rp 198,7 triliun. Wow.
"Saya ingin memperjelas kepada anda bahwa prioritas saya adalah sepakbola. Saya ingin dikenal sebagai pesepakbola karena itu cita-cita saya sejak kecil. Tapi, seperti yang bisa anda bayangkan, seorang pemain sepakbola boleh memiliki minat lain di luar lapangan bukan? Dan, minat saya adalah bioekonomi," pungkas pria kelahiran Marseille, 7 Maret 1984, itu.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini