Pertandingan yang Terus Menghantui Buffon: Saya Memikirkannya 4 Kali Seminggu

"Buffon pernah terkenal karena gol hantu Sulley Muntari. Tapi bukan pertandingan itu yang selalu dikenang Buffon. Ada satu nestapa lain."

Feature | 22 December 2020, 06:34
Pertandingan yang Terus Menghantui Buffon: Saya Memikirkannya 4 Kali Seminggu

Libero.id - Siapa yang tak kenal Gianluigi Buffon, laki-laki Italia setinggi 191 cm itu telah membukukan 1000 penampilan lebih bersama negaranya dan dengan sejumlah klub seperti Parma, Juventus, dan Paris Saint Germain. Buffon agaknya telah merasakan semua atmosfer dan emosi dalam sepak bola. Dia senang, sedih, jatuh, terpuruk, bangkit lagi, dan semua hal itu berbuah trofi untuk kesebelasan yang dibelanya.

Selama kariernya yang panjang dan termasyhur, Buffon telah memenangkan puncak pencapaian seorang pesepakbola profesional yakni trofi Piala Dunia 2006 bersama timnas Italia, di level klub, Buffon yang memulai debut profesiona; pada tahun 1995 telah mempersembahkan 3 trofi untuk Parma, masing-masing yakni Coppa Italia, Super Coppa Italia, dan UEFA Cup.

Sementara itu, ketika berseragam Juventus dari tahun 2001-2018, Buffon telah membawa si Nyonya Tua untuk mengangkat 15 trofi yang terdiri dari 7 Scudetto Serie-A, 2 Coppa Italia, 5 Super Coppa Italia. Dan di penghujung kariernya ia diambilalih oleh PSG, bermain puluhan kali di bawah mistar gawang dan ikut andil mempersembahkan gelar Ligue 1 untuk raksasa Perancis itu.

Belum lagi capaian indivudu. Semuanya. Hampir semua pernah Buffon genggam, kecuali satu trofi yakni  UEFA Champions League. Hingga usianya melebihi 40 tahun, Buffon tak kunjung berhasil mengangkat ‘Si Kuping Gajah’ itu.

Buffon dan Kesedihan yang Panjang

Seperti laki-laki romantis Italia pada umumnya, Buffon mewarisi sifat seorang pecinta yang ulung dan kadang terlihat ngeyel dan naif. Ia pernah menangis saat gagal menghantarkan timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2018. Ajang internasional paling bergengsi yang telah 6 kali ia ikuti –edisi terakhir bagi Buffon. Ia amat mencintai kemenangan dan piala.

Tapi cinta Buffon dalam beberapa kesempatan tak berbalas dan justru berujung air mata. Kesedihan Buffon adalah kesedihan untuk sepak bola Italia.

Namun bukan satu kali seorang Buffon harus menangis dan keluar lapangan dengan kepala tertunduk. Pada tahun 2019, saat membela PSG hati Buffon kembali berserak dan itu terjadi dalam momen perebutan tiket 8 besar dengan Manchester United.

Saat itu PSG cukup percaya diri karena hasil leg pertama adalah keunggulan 2 gol tanpa balas. Tapi semua berbalik ketika Manchester United membalas 3 gol dan PSG hanya mampu mencetak 1 gol tambahan di leg kedua. Sialnya lagi itu terjadi di Parc de Princes. PSG harus tersingkir karena gol kalah aggregate gol tandang.

Kilas balik, kemenangan United itu tak lepas dari kecerobohan seorang Buffon yang berulang kali melakukan blunder atau tangkapan tak sempurna. Entah apa yang terjadi pada Buffon di hari itu, tapi yang jelas ia harus memungut bola sebanyak 3 kali dan momen-momen buruk itu masih menghantuinya hingga saat ini.
 
"Itu adalah pertandingan yang menyedihkan, saya memikirkanyya tiga atau empat kali dalam seminggu. Itu menimbulkan banyak penyesalan," kata Buffon kepada L'Equipe.

Terlalu Percaya Diri

Adakalanya besar kepala alias terlampau percaya diri tak membawa kebaikan sama sekali. Dan tampaknya itu yang terjadi pada Buffon atas comeback  Manchester United.

"Saya yakin kami akan mencapai final musim itu. Di kandang Manchester, kami memenangkan pertandingan besar dengan unjuk kekuatan yang hebat. Saya menyalahkan diri saya sendiri atas kesalahan yang memalukan itu. Sebuah kesalahan yang lucu dengan pengalaman yang saya miliki, harusnya saya tak melakukan itu, "keluhnya.

Buffon lalu meneruskan kalimat kecewanya, "Kami pikir itu laga formalitas dan saya terbawa suasana. Seolah-olah pertandingan itu tidak bernilai karena kami telah menang 2-0 di leg pertama dan United ternyata  punya 9 pemain muda yang hebat dan kami jadi orang-orang malang."

Optimis Lagi

Namun, sekarang, Buffon merasa PSG kembali ke jalurnya, sebagian besar berkat direktur olahraga mereka yang kembali dijabat oleh Leonardo.

"PSG tidak kekurangan apa-apa. Mereka tim hebat yang bisa menang melawan siapa pun. Mereka adalah salah satu dari sedikit tim yang bisa mengalahkan semua lawan mereka.” Ungkap Buffon.

"Jika ada kelemahan, itu meremehkan beberapa hal. Tapi dengan kedatangan Leonardo, yang memiliki budaya Italia, jenis risiko ini telah hilang,” tutupnya.

Musim ini PSG kembali menembus babak 16 besar setelah edisi sebelumnya hampir saja mengangkat trofi liga Champions kalau saja tak dikalahkan oleh Bayern Munich. Akankah optimisme Buffon berbuah baik?

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network