Kredit: instagram.com/liverani.fabio dan uslecce.it
Libero.id - Fabio Liverani berpotensi menjadi pelatih ketiga di Serie A 2020/2021 yang dipecat setelah Giuseppe Iachini (Fiorentina) dan Rolando Maran (Genoa). Penyebabnya, Parma hanya menang 2 kali dari 14 pertandingan!
Sebagai pemain, Liverani pernah menjadi sosok yang menyita perhatian pecinta Serie A di seluruh dunia, khususnya pada dekade 2000-an. Pria keturunan Somalia itu tercatat sebagai pesepakbola kulit hitam pertama yang berhasil mendapatkan kesempatan memperkuat tim nasional Italia di level senior.
Momen bersejarah tersebut didapatkan Liverani pada 25 April 2001. Dia melakukan debut dengan Gli Azzurri dalam pertandingan persahabatan melawan Afrika Selatan di Perugia. Saat itu, Italia berada di bawah arahan Giovanni Trapattoni.
Panggilan yang didapatkan dari Italia lantaran Liverani merupakan tulang punggung Perugia, Lazio, Fiorentina, hingga Palermo. Sebagai gelandang tengah, Liverani dikenal dengan ketenangan dan kemampuan mengendalikan rekan-rekannya. Dia mampu memerankan deep-lying playmaker dengan baik. Liverani punya jiwa kepemimpinan yang bagus.
Tapi, sejumlah kontroversi juga sempat mengiringi langkah Liverani di lapangan, khususnya terkait rasialisme. Bahkan, saat memperkuat Lazio, dia sering dihina oleh suporter garis keras klubnya sendiri, yang memang dikenal sebagai pendukung fasisme.
Setelah gantung sepatu pada 2011, Liverani seperti hilang tertelan bumi. Tidak banyak media membicarakan kiprah pria kelahiran Roma, 29 April 1976 tersebut. Lalu, pada musim 2013/2014, Liverani kembali dari tempat pengasingannya. Ternyata, selama 2 tahun Liverani mengikuti kursus kepelatihan sambil melatih anak-anak di akademi Genoa. Dia akhirnya lulus dan memiliki sertifikat UEFA Pro.
Kemudian, Enrico Preziosi menunjuk Liverani menjadi pelatih Genoa yang baru pengganti Davide Ballardini. Tapi, petualangan Liverani hanya berumur 7 pertandingan. Dia dipecat setelah Genoa hanya menang 1 kali.
Dari Genoa, Liverani melatih Leyton Orient dan Ternana. Kemudian, Liverani dibicarakan publik saat Lecce menunjuknya menjadi pelatih pada 17 September 2017. Saat itu, Lecce masih berkutat di Serie C. Mereka berjuang sangat keras sebelum kedatangan Liverani.
Bergabungnya Liverani ke Lecce benar-benar membawa dampak yang sangat positif. Pada 2017/2018, Lecce dibawa promosi dari Serie C ke Serie B. Hanya satu musim di Serie B (2018/2019), klub berseragam kuning-merah tersebut langsung naik kasta ke Serie A. Penantian 7 tahun terbayar lunas.
Namun, Serie A memang berbeda dengan Serie B. Apalagi Serie C. Petualangan Liverani bersama Lecce pada 2019/2020 tidak berlangsung mulus. Menjalani 38 pertandingan, mereka hanya mengoleksi 35 poin dengan hanya sanggup memperoleh 9 kemenangan. Lecce terdegradasi ke Serie B lewat kekalahan 3-4 dari Parma.
Kegagalan bertahan di Serie A membuat Liverani dipecat pada 19 Agustus 2020. Sepekan berselang, Liverani ditunjuk menjadi pelatih Parma untuk musim 2020/2021. Dia mengisi tempat yang ditinggalkan Roberto D'Aversa.
Sama seperti saat menukangi Lecce, Liverani harus tertatih-tatih selama berada di Stadio Ennio Tardini. Hingga libur Natal-Tahun Baru, Parma berada di posisi 16 klasemen sementara. Dari 14 laga, mereka hanya menang 2 kali, imbang 6 kali, dan kalah 6 kali. Parma hanya unggul 2 poin dari posisi 18, Genoa.
Posisi itu sangat mengkhawatirkan karena musim lalu Parma berhasil finish di posisi 11 klasemen akhir. Poin mereka, 49, sama dengan Hellas Verona dan Fiorentina yang bertengger di baris 9 dan 10.
"Kami tidak senang dengan hasil dua pertandingan terakhir ini (dikalahkan Juventus dan Crotone). Kenyataannya begini dan pasti membuat kita merasa buruk. Sayangnya kita akan mengalami Natal yang buruk. Kami akan libur 2-3 hari. Ketika kami kembali, kami akan masuk TC (musim dingin) karena kami harus memperbaiki sikap kami," kata Direktur Olahraga Parma, Marcello Carli, kepada Tuttomercatoweb.
Apakah itu termasuk pergantian pelatih? Carli tidak memberikan jawaban yang spesifik. Tapi, potensi surat pemutusan hubungan kerja kepada Liverani tetap besar, khususnya jika kalah di laga pertama setelah libur melawan Torino, 3 Januari 2021.
"Serie A musim ini berbeda. Apa pun bisa terjadi dalam pertandingan karena klub telah banyak berubah. Secara efektif tidak ada latihan pramusim sehingga semuanya langsung bertanding dalam ritme tinggi. Saya senang dengan skuad di lini pertahanan dan tengah. Tapi, kami kekurangan pemain depan," ungkap Liverani, dilansir Football Italia.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini