Libero.id - Luciano Leandro pernah menjadi pemain yang dihormati di Liga Indonesia saat membela PSM Makassar dan Persija Jakarta. Setelah gantung sepatu, pria asal Brasil itu berbisnis perhotelan sembari menanti tawaran melatih. Dia menamakan hotelnya "Makassar".
Lahir di Macaé di negara bagian Rio de Janeiro pada 1 Februari 1966, pemilik nama lengkap Luciano Gomes Leandro itu adalah anak keempat dari lima bersaudara hasil perkawinan Cecilio Leandro dan Luci dos Santos Gomes. Sebagai orang Brasil pada umumnya, Luciano juga menjadikan sepakbola agama kedua.
Memulai karier dari kecil, Luciano bergabung ke Goytacaz di Divisi III Liga Brasil. Lalu, dia membela klub di kota kelahirannya, Macaé Esporte, sebelum pindah ke Valério dan Bangu.
Ketika Liga Indonesia digulirkan pada 1994 dan keran pemain asing dibuka lebar-lebar, Luciano menjadi gelombang pertama pesepakbola Brasil yang datang. Dalam barisan itu ada Jacksen Tiago, Carlos de Mello, Gomes de Oliveira, Claudio Luzardi, hingga Antonio Claudio.
Tapi, Luciano baru bermain pada 1995 saat dikontrak PSM untuk musim 1995/1996. Saat itu, Nurdin Halid yang mengajak Luciano datang ke Makassar. Pria yang di kemudian hari menjadi Ketua Umum PSSI, ketika itu berstatus manajer PSM.
Bersama Jacksen dan satu pemain Brasil lainnya, Marcio Novo, Luciano membawa Juku Eja tampil perkasa di Wilayah Timur. Ditangani Muhammad Basri, mereka mampu menguasai klasemen akhir. Di babak 12 besar, langkah PSM semakin mantap untuk menggapai tiket semifinal.
Setelah menyingkirkan Persipura Jayapura di babak 4 besar, PSM menantang Bandung Raya pada pertandingan puncak di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Sayang, Juku Eja harus menyerah 0-2 .Meski gagal juara, Luciano tetap bertahan. Dia membawa PSM menjadi semifinalis 1996/1997. Sayang, kompetisi 1997/1998 dihentikan karena situasi politik yang tidak stabil.
Dari Makassar, Luciano membela Persija pada 2001. Uniknya, dia membawa Macan Kemayoran ke final. Pada pertandingan penentuan di SUGBK, Luciano harus melawan klub dicintainya, PSM. Tapi, dia tetap profesional. Luciano menolong Persija menang 3-2. Itu gelar pertama Macan Kemayoran di era Liga Indonesia yang baru berhasil diulang pada 2018.
Meski gagal membawa PSM juara Liga Indonesia, Luciano ternyata jatuh cinta pada Makassar. Kecintaannya dibuktikan dengan hotel yang dia bangun dari uang hasil bermain sepakbola di Indonesia. Hotel yang berlokasi di Macaé (berjarak 180 km timur laut Rio de Janeiro) itu diberi nama "Makassar".
Bukan hanya nama. Hotel Makassar juga memiliki desain lengkap berbau Makassar, Sulawesi Selatan, dan Indonesia. Nama-nama ruangan dan kamar memakai istilah khas Sulawesi. Beberapa makanan Makassar dan Indonesia juga selalu tersaji di restoran hotelnya. Tidak lupa, peta besar Sulawesi.
"Ini hotel kita. Kita semua orang Brasil yang punya. Kalau nanti datang ke Brasil jangan lupa datang ke sini, oke?" ujar Luciano di akun media sosial Facebook miliknya mempromosikan penginapan berlantai tiga tersebut.
Karier Luciano sebagai pengusaha perhotelan sepertinya lebih menjanjikan dibanding pelatih sepakbola. Pasalnya, dia sempat kembali ke Indonesia untuk menjadi pelatih dan berujung kegagalan.
Pada 2007, Luciano kembali ke Indonesia dan menjadi pelatih Persma Manado. Sulawesi Utara, dia tidak bertahan lama karena masalah lisensi kepelatihan. Luciano hanya memegang lisensi kepelatihan dari negara asalnya, Brasil, dan bukan lisensi FIFA sesuai aturan saat itu.
Dari Manado, Luciano berlabuh ke Medan sebagai pelatih PSMS Medan. Tapi, nasib kepelatihan Luciano juga berakhir dengan alasan yang sama seperti saat di Persma. Hanya 3 bulan, Luciano berhenti untuk ditunjuk sebagai Direktur Teknik Ayam Kinantan.
Tidak puas dengan karier kepelatihannya, Luciano kembali lagi ke Indonesia pada 2011. Saat itu, dia menjadi asisten pelatih Persibo Bojonegoro mendampingi Sartono Anwar di Indonesia Premier League (IPL). Kemudian, pada 2016 Luciano ditunjuk melatih PSM. Tapi, usianya hanya seumur jagung.
Luciano dinilai gagal mengangkat PSM di Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016. Dia hanya mendampingi tim pada 3 pertandingan dengan hasil 1 menang atas Persela Lamongan dan 2 kalah dari Semen Padang serta Perseru Serui. Akibatnya, pada 18 Mei 2016, manajemen memecat Luciano.
Gagal dengan PSM, Luciano kembali ke Brasil. Lalu, pada 2019, tawaran datang dari Persipura. Mulai bekerja pada 22 Januari 2019, Luciano harus berhenti pada 30 Juni 2019. Dia dipecat setelah Mutiara Hitam terdampar di posisi 15 klasemen sementara.
Manajemen tidak puas karena Persipura belum meraih kemenangan dari 5 pertandingan pada awal kompetisi. Persipura menderita 3 skor imbang dan 2 kekalahan. Dua hari sebelum diberhentikan, Persipura hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan tim promosi Semen Padang di Stadion Mandala, Jayapura.
"Kami sudah bertemu dan berbicara. Coach (Luciano) juga sangat mengerti dan memahami keadaan yang kami alami. Beliau paham bahwa hasil pertandingan belum memuaskan,meski ada perbaikan dan perkembangan," ujar Ketua Umum Persipura, Benhur Tomi Mano, dalam pernyataan resminya saat itu.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini