Unik dan Langka! Kartu Kuning Loloskan Jepang ke 16 besar Piala Dunia 2018

"Biasanya, tim yang lolos dari fase grup ke fase knock-out dalam sebuah turnamen ditentukan lewat poin dan selisih gol. Tapi tidak dengan Jepang."

Feature | 08 January 2021, 16:57
Unik dan Langka! Kartu Kuning Loloskan Jepang ke 16 besar Piala Dunia 2018

Libero.id - Biasanya, tim yang lolos dari fase grup ke fase knock-out dalam sebuah turnamen ditentukan lewat poin dan selisih gol. Tapi, yang terjadi dengan Jepang pada Piala Dunia 2018 cukup unik. The Samurai Blue mencapai babak 16 besar karena kartu kuning.

Pada turnamen di Rusia tersebut, Jepang tergabung bersama Polandia, Senegal, dan Kolombia di Grup H. Pada pertandingan pertama, 19 Juni 2018, wakil Asia itu bertemu Kolombia di Mordovia Arena, Saransk. Jepang unggul 2-1 dan Eiji Kawashima dikartu kuning pada menit 90+4 karena membuang-buang waktu.

Selanjutnya, pada pertandingan kedua, Jepang bermain imbang 2-2 dengan Senegal. Takashi Inui dan Makoto Hasebe mendapatkan kartu kuning dari wasit asal Italia, Gianluca Rocchi. Kemudian, pada pertandingan terakhir, Jepang menyerah 0-1 dari Polandia. Pada duel di Volgograd, 28 Juni 2018, itu Tomoaki Makino mendapatkan kartu kuning.

Di lain pihak, Kolombia mengalahkan Polandia dan Senegal setelah menyerah dari Jepang pada pertandingan pertama. Dengan koleksi 6 poin, Los Cafeteros melaju ke babak 16 besar sebagai juara Grup H.

Lalu, bagaimana dengan tim yang menjadi runner-up Grup H? Terjadi kebingungan diantara para penonton. Pasalnya, Jepang dan Senegal memiliki poin yang sama, 4. Mereka juga memiliki selisih maupun jumlah gol yang sama, 4-4 (0). Saat Jepang dan Senegal bertemu di Yakaterinburg, 24 Juni 2018, pertandingan berakhir imbang 2-2.

Untuk menentukan tim yang mendampingi Kolombia ke fase knock-out, FIFA sudah menentukan aturannya. Mekanisme itu dikenal sebagai "Fair play points". Itu adalah pemberian poin kepada tim berdasarkan jumlah kartu kuning dan kartu merah yang didapatkan dalam sebuah pertandingan.

Kartu kuning bernilai -1. Untuk kartu merah tidak langsung atau 2 kartu kuning sama dengan -3. Lalu, kartu merah langsung berujung -4. Selanjutnya, kartu kuning dan kartu merah langsung diberi -5. Jika ternyata poin fair play masih sama, maka jalan terakhir yang diambil adalah drawing.

Beruntung, dalam sistem poin fair play, Jepang mendapatkan -4. Sementara Senegal -6. Kartu kuning Les Lions de la Teranga disumbangkan Salif Sané dan Idrissa Gueye di laga pertama versus Polandia. Lalu, Youssouf Sabaly, M'Baye Niang, dan Cheikh N'Doye di laga kedua (Jepang). Terakhir, Niang saat melawan Kolombia.

"Itulah aturannya. Kami tidak lolos karena kami mendapatkan lebih banyak kartu kuning. Aturan telah ditetapkan FIFA. Kami harus bisa menghormatinya, meski kami ingin tersingkir dengan cara lain," kata Pelatih Senegal, Aliou Cisse, ketika itu, dilansir AFP.

"Para pemain tahu semua tentang itu. Saya tidak akan meminta para pemain saya untuk pergi ke lapangan dan mencoba untuk menghindari kartu kuning. Sepakbola adalah permainan kontak fisik," tambah mantan gelandang Girondins Bordeaux tersebut.

Sayang, keberuntungan tidak menyapa Jepang di babak 16 besar. Bertemu Belgia, The Samurai Blue sempat memimpin 2-0 lewat Genki Haraguchi pada menit 48 dan Takashi Inui (52). Tapi, keunggulan Jepang ternyata hanya bertahan hingga menit 73. Semuanya berawal dari gol Jan Vertonghen (69) yang disusul Marouane Fellaini (74).

Saat Jepang sedang bersiap untuk babak perpanjangan waktu, Nacer Chadli menjebol jala Eiji Kawashima di menit 90+4. Bermula dari sepak pojok yang gagal, bola justru ditangkap Thibaut Courtois.

Ketika menguasai bola, Courtois tidak berpikir panjang dengan langsung melemparkan kepada Kevin de Bruyne, yang mengiring bola sebelum diumpan ke Thomas Meunier. Umpan silang dilepaskan Meunier ke tengah. Romelu Lukaku bermanuver untuk mengecoh bek Jepang dan bola menemui kaki Chadli, yang langsung disontek ke gawang.

"Saya hancur. Kami memimpin, tapi kami tidak bisa menang. Ini mungkin perbedaan yang sangat kecil. Tapi, saya merasa tidak ada apa-apa di dalamnya. Mungkin itu keputusan saya sebagai pelatih atau taktik saya yang salah. Saya merasa itu adalah tragedi. Saya harus menerima kekalahan itu sebagai fakta," ungkap Pelatih Jepang, Akira Nishino, dikutip BBC Sport.

Seusai laga bersejarah itu, Nishino memilih meletakkan jabatan. Dia mengaku bertanggung jawab atas kekalahan dari Belgia. Sekarang, Nishino memiliki pekerjaan baru sebagai pelatih tim nasional Thailand, baik senior, U-23, maupun U-19.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network