Libero.id - Generasi 90-an Iran adalah salah satu generasi terbaik dalam khasanah sepakbola Team Melli (julukan timnas Iran). Di sana berkumpul pemain-pemain hebat seperti Ali Daei, Karim Bagheri, Mehdi Mahdavikia, dan tentu saja Khodadad Azizi.
Sosok Khodadad Azizi menarik perhatian karena perawakannya yang kecil. Tingginya hanya 169 centimeter. Wajahnya mengingatkan orang pada bintang film Hong Kong, Jackie Chan. Banyak yang menyebut dia kembaran Jackie Chan.
Bersama Ali Daei (Arminia Bielefeld, Bayern Muenchen, Hertha Berlin) dan Karim Bagheri (Arminia Bielefeld) pula, Khodadad Azizi berkelana hingga Eropa memperkuat FC Koln pada kurun 1997-2000.
Karier tim nasional Khodadad Azizi juga sangat berwarna. Di antaranya memperkuat Iran di Piala Dunia 1998. Salah satu momen paling berharga Khodadad Azizi adalah saat membawa Iran lolos ke Prancis 1998.
Ketika itu, untuk bisa bermain di Piala Dunia 1998, timnas Iran harus berjuang keras melewati fase kualifikasi zona Asia. Setelah bermain imbang 1-1 dengan Australia di leg pertama play-off kualifikasi zona Asia di Teheran, mereka tertinggal 0-2 di Melbourne dengan waktu tersisa kurang dari 20 menit. Penggemar Persian Stars saat itu benar-benar berharap Ali Daei yang ikonik menjadi juru penyelamat mereka meskipun sadar bahwa itu sangat tidak mungkin.
Pada saat itu, hasil imbang 2-2 adalah hal yang sangat ideal untuk Iran bisa lolos, dan nama Khodadad Azizi keluar sebagai pahlawan. Penyerang FC Koln itu memberi umpan kepada Karim Bagheri untuk memperkecil ketertinggalan pada menit 71, sebelum membungkam lebih dari 85.000 pendukung tim Kanguru dengan gol penyeimbangnya di menit ke-75.
“Gol yang saya cetak melawan Australia adalah yang paling berkesan dalam karir saya,” ujar Azizi yang sukses mencetak 11 gol dalam 47 pertandingan untuk Iran antara 1992 dan 2005, mengatakan kepada FIFA.com. Begini proses gol Azizi.
“Bukan hanya karena gol itu penting bagi kami, tetapi juga karena apa yang dipertaruhkan.”
Sebelum bertemu Australia, sebenarnya Iran nyaris lolos. Mereka unggul empat poin atas Arab Saudi dan China, tetapi di tiga pertandingan terakhir, Ali Daei dan kawan-kawan justru hanya mampu mengumpulkan satu poin dan akibatnya anak-anak Persian Stars harus rela menyaksikan Saudi lolos dan mereka harus memainkan pertandingan hidup mati di babak play-off melawan Australia.
“Gol yang saya cetak melawan Australia adalah yang paling berkesan dalam karir saya. Kami tidak kehilangan harapan bahkan ketika kami tertinggal dua gol, dan upaya kami akhirnya membuahkan hasil.”
"Ali Daei membuat assist sempurna, yang memungkinkan saya untuk berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang," kenang Azizi, menikmati momen yang mengukir namanya dalam cerita rakyat Negri Asia Barat Daya tersebut.
“Kami tidak kehilangan harapan bahkan ketika kami tertinggal dua gol, dan upaya kami akhirnya membuahkan hasil.”
Namun, ini bukan kali pertama Azizi bersinar di kancah internasional. Dia pertama kali membuat penampilan di Piala Asia AFC 1996, di mana dia dinobatkan sebagai Most Valuable Player turnamen saat Iran finis ketiga - sebuah pencapaian yang membantunya mendapatkan Penghargaan Pemain Terbaik AFC tahun itu.
Di level klub, setelah bermain untuk raksasa domestik FC Teheran dan Persepolis, ia bergabung dengan FC Koln pada 1997, bergabung dengan Daei dan Bagheri di antara perintis pemain Iran di Bundesliga. Ia kemudian menikmati satu tahun yang singkat bersama San Jose Earthquakes di AS pada 2000, dan ia masih menjadi satu-satunya orang Iran yang bermain di Major League Soccer.
Setelah gantung sepatu pada 2006 lalu, ia memulai karier kepelatihan, memimpin tim kampung halamannya, Aboomoslem, kemudian bekerja sebagai penasihat teknis di beberapa klub Iran, termasuk Sanat Naft dan sempat melatih Sepidrood Rasht pada tahun 2018.
“Orang-orang kami menyukai sepak bola dan kami tidak pernah kekurangan pemain bertalenta,” ujarnya.
“Tapi kami harus menerapkan rencana pengembangan jangka panjang dan menjaga konsistensi di tingkat organisasi untuk kesuksesan di masa depan,” tutup Azizi.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini