Libero.id - Anak-anak yang tumbuh di awal 2000-an dan menjadikan PlayStation aktivitas utama sepulang sekolah pasti mengenal Roberto Carlos. Menggunakan plesetan nama Roberto Carlos, Larcos adalah pemain yang paling banyak digunakan sebagai striker, meski posisi aslinya bek sayap kiri.
Dulu, Winning Eleven merupakan permainan yang dirilis Konami dalam Bahasa Jepang untuk dijual di Asia, termasuk Indonesia. Ketika dijual di pasar Amerika, Konami merilis World Soccer Winning Eleven. Sekarang, semua permainan tersebut dikenal dengan Pro Evolution Soccer (PES).
Berhubung di Indonesia PES memiliki penggemar yang unik, yang populer justru yang versi Bahasa Jepang. Meski tidak paham maksudnya, anak-anak dan remaja pada masa itu sangat menikmatinya.
Perbedaan bahasa yang ekstrim tersebut juga memunculkan sejumlah fenomena lucu. Meski tulisannya bisa diedit menjadi Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia sesuai kebutuhan, hal berbeda dengan bahasa lisan. Suara yang keluar dari mulut dari komentator pertandingan tetap original dalam Bahasa Jepang.
Akibatnya, muncul kelucuan-kelucuan spontan yang justru melegenda dan ikonik. Beberapa ucapan komentator seperti “shuuto” (shoot), “konakikis” (corner kick), “wan cu” (one two), atau “gor gor gor gor” (gol gol gol gol) menjadi sangat populer di kalangan penggemar PlayStation saat itu.
Selain ucapan-ucapan komentator yang menggelitik, nama-nama beberapa pemain juga terkesan aneh dan tidak umum. Lantaran aturan hukum terkait hak paten yang sangat ketat dan tidak mudah didapatkan, nama-nama asli pesepakbola terkadang harus diplesetkan.
I’m not saying EA losing the license to Juve is good
But there is a special place in my heart for Roberto Lacros from PES 2 pic.twitter.com/uKVGfWVRjk
— Andy Castell (@AJ3) July 16, 2019
Contohnya, Roberto Larcos (Roberto Carlos), Van Nistelroom (Ruud van Nistelrooy), Bekap atau Backham (David Beckham), Ronarid (Ronaldo), Naldorinho (Ronaldinho), Calcoma (Eric Cantona), dan masih banyak lagi. Bahkan, Larcos menjadi sosok legendaris yang paling banyak dibicarakan anak-anak pada masa itu karena kemampuan yang luar biasa.
Sebagai full back kiri modern, Larcos memiliki kecepatan di atas rata-rata. Sepakan kaki kirinya sangat keras. Keterampilan teknik dan kekuatan fisik yang dimiliki juga nyaris sempurna.
Dengan semua keunggulan yang dimiliki, Larcos sering ditempatkan sebagai penyerang tengah. Sebagai striker di dunia maya, Larcos adalah hantu paling menakutkan bagi para kiper. Dia bisa menendang dari luar maupun dalam kotak penalti dengan sangat keras. Cukup berikan bola kepada pria berkepala plontos itu, gol jadi jaminannya.
Oleh penciptanya, Larcos memang diakui sebagai gambaran Roberto Carlos di dunia nyata. Konami harus mengubah nama Carlos karena urusan right image. Pasalnya, saat itu FIFA hanya memberikan lisensi kepada EA Sports.
Meski dengan nama yang disamarkan, Konami tetap mengacu pada karier Carlos yang sebenarnya. Mantan bintang Real Madrid itu menuai sukses besar sepanjang karier profesionalnya. Di level klub, Carlos mendapatkan banyak trofi. Sebut saja La Liga (1996/1997, 2000/2001, 2002/2003, 2006/2007), Supercopa de Espana (1997, 2001, 2003), Liga Champions (1997/1998, 1999/2000, 2001/2002), Piala Intercontinental (1998, 2002), hingga Piala Super Eropa (2002). Semuanya bersama Los Blancos.
Carlos juga bersinar bersama Palmeiras dan Fenerbahce. Dia juga sempat merumput di Inter Milan, Anzhi Makhachkala, Corinthians, hingga Delhi Dynamos dengan prestasi yang layak dibanggakan.
Ketika berganti seragam timnas, Carlos juga hebat. Dia membantu Brasil menjuarai Piala Dunia 2002, Copa America 1997, 1999, Piala Konfederasi 1997, hingga medali perunggu Olimpiade 1996. Di eranya, Brasil selama bertahun-tahun menduduki peringkat 1 FIFA.
Salah satu gol legendaris Carlos bersama tim Samba tercipta di Tournoi de France. Itu merupakan ajang pemanasan Piala Dunia 1998. Gol pisang Carlos yang menjebol jala Fabian Barthez dikenang hingga detik ini. Gol itu seperti melawan teori fisika.
Setelah pensiun pada pada 2012, Carlos langsung menjadi pelatih di Anzhi Makhachkala, Sivasspor, dan Akhisarspor. pada 2015, dia kembali menjadi pemain merangkap pelatih Delhi Dynamos. Tapi, semuanya tidak berjalan sebagus saat menjadi pemain.
Carlos saat itu memiliki pekerjaan baru di manajemen Madrid. Dia adalah Direktur Hubungan Antarlembaga. Carlos juga menjadi duta besar Los Blancos yang bertugas mempromosikan klub ke seluruh dunia.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini