Kisah Juan Roman Riquelme, Nomor 10 Sejati yang Spesiesnya Kini Nyaris Punah

"Umpan-umpan terukurnya sungguh menghibur. Gagal di Barcelona tapi bersinar bersama Villarreal."

Biografi | 15 January 2021, 18:59
Kisah Juan Roman Riquelme, Nomor 10 Sejati yang Spesiesnya Kini Nyaris Punah

Libero.id - Argentina punya banyak legenda bernomor punggung 10. Selain Diego Maradona, Negeri Tango pernah memiliki Juan Roman Riquelme yang diplot salah satu terbaik dan paling sejati mengenakan nomor tersebut.

Riquelme memang tidak sempurna, tapi tak ada pemain paling menghibur melalui penampilannya di lapangan selain Riquelme. Pria yang kini berusia 42 tahun tersebut mampu menjelaskan apa artinya memakai nomor 10.

Di Argentina, nomor itu memiliki makna dan sejarah yang panjang. Pemain yang mengenakan nomor itu terkadang dipenuhi kegembiraan, tapi tak jarang juga menyiksa. Pemain yang mengenakan nomor itu dianggap masyarakat sebagai pemain bagus. Di sisi lainnya, anggapan itu membuat si pemain mendapat tekanan besar.

Hal itu terbukti di tim nasional. Maradona dianggap sebagai pemain tersukses yang menggunakan nomor tersebut, tapi keberuntungannya tak diikuti Marcelo Gallardo, Ariel Ortega, Andres D’Alessandro dan Pablo Aimar. Hingga pilihan tepat jatuh ke tangan Lionel Messi sebagai pewaris sebenarnya.

Riquelme sempat terjebak di antara keduanya, apalagi melihat gaya bermainnya yang dianggap lambat. Namun, Riquelme berhasil keluar menghadapi cobaan itu saat pertama kali membela Boca Juniors menghadapi River Plate di laga superclasico pada 25 Oktober 1997.

Uniknya, dia tampil sebagai pemain pengganti di babak kedua. Riquelme yang baru berusia 19 tahun saat itu tampil menggantikan Maradona. Dia akhirnya membawa Boca bangkit dari ketinggalan untuk mengklaim kemenangan 2-1.

Dia menikmati tujuh musim di La Bombonera, termasuk enam gelar, serta Copa Libertadores. Prestasi ini membuatnya mengikuti jejak Maradona, yakni mencoba berkarier di Benua Eropa.

Riquelme saat itu yakin dengan kemampuannya, apalagi setelah mencetak 44 gol serta assist yang tak terhitung jumlahnya saat membela Boca. Dia percaya diri dapat menggetarkan Camp Nou setelah dibajak senilai 10 juta pounds pada 2002.

Sayang, prediksinya di luar ekspektasi. Meski lebih tenang dan taktis, Liga Spanyol membutuhkan intensitas dan stamina lebih tinggi. Kompetisi terbaik di Negeri Matador itu tak cukup mengandalkan teknik semata.

Imbasnya, Riquelme tersisih. Pelatih Barcelona saat itu, Louis van Gaal, menilai Riquelme tak cocok dengan skema yang diterapkannya, meski dirinya pernah ditempatkan di berbagai posisi.

Pemain kelahiran San Fernando, 24 Juni 1978, tersebut kemudian menemukan jati dirinya ketika dipinjamkan ke Villarreal. Bermain di kota kecil di pesisir laut Mediterania, Riquelme membawa Villarreal finis di peringkat kedelapan saat menjalani debut di La Liga musim 1998/1999. Sementara posisi tertinggi digapai Riquelme pada musim 2004/2005, yakni finis di peringkat ketiga.

Setelah membela Villarreal, Riquelme memutuskan kembali memperkuat Boca hingga pensiun bersama Argentinos Junior pada 2014. Masa pensiun itu lebih lama ketimbang kariernya di timnas. Riquelme memutuskan meninggalkan skuad La Albiceleste setelah mengalami debat dengan Maradona, pelatih Argentina saat itu, pada 2009.

“Kami tidak berpikir dengan cara yang sama dan kami tidak memiliki kode etik yang sama,” kata Riquelme, seperti dilansir PlanetFootball. “Kami tak bisa bekerja sama lagi.”

Yang jelas, Riquelme penuh dengan kontradiksi. Dia menjadi simbol perdebatan tentang figure pengguna nomor punggung 10 di Argentina. Apakah memiliki gaya yang mengandalkan kecepatan atau menghibur melalui permainannya. 

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network