Libero.id - Tahun lalu, Luis Manuel Blanco mendapatkan kesempatan hidup kedua dari Tuhan. Pria asal Argentina itu berhasil sembuh dari Covid-19 setelah sempat kritis di sebuah rumah sakit di Spanyol. Di Indonesia, Blanco pernah punya memori menyakitkan terdepak dari kursi pelatih tim nasional akibat konspirasi jahat para pemain.
Blanco mengawali karier sepakbola sebagai pemain. Memulai dari Lanus pada 1972, pria kelahiran 13 Desember 1953 itu melanjutkan petualangannya ke Boca Juniors (1973-1974), Petroleum East (1975-1976), Club Jorge Wilstermann (1977), Toronto Metros-Croatia (1978-1979), Chicago Sting (1979-1980), Atlético Tigre (1980-1981), dan pensiun di Wilstermann (1982).
Selepas gantung sepatu, Blanco memutuskan mengikuti kursus kepelatihan. Memulai dari sertifikat terendah, dia terus memperbarui ilmunya hingga mendapatkan lisensi profesional dari Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan (CONMEBOL).
Blanco memulai karier kepelatihan di Meksiko bersama Cobras de Ciudad Juárez pada 1991. Lalu, pindah ke Platense, Tiburones Rojos de Veracruz (Meksiko), Belgrano, Deportivo Español, Independiente Rivadavia, Godoy Cruz, Gimnasia y Esgrima de Jujuy, Club Jorge Wilstermann (Bolivia), Huracán de Tres Arroyos, San Martín de Mendoza, Luján de Cuyo, Cartaginés (Kosta Rika), serta Universidad de Los Andes.
Pada 2010, Blanco meninggalkan Amerika untuk berkelana ke Eropa. Dia ditunjuk melatih Dinamo Tirana di Albania. Sempat melatih China U-20 dan klub asal Paraguay, Atlético 3 de Febrero, Blanco terdampar ke Indonesia pada 2013.
Ketika itu, pada 7 Februari 2013, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, memperkenalkan Blanco kepada media sebagai pelatih baru tim Garuda. Dia mengisi tempat Nil Maizar yang dianggap gagal total pada Piala AFF 2012 akibat konflik kepengurusan PSSI terkait Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL).
Tidak main-main, keberadaan Blanco di kantor PSSI berdasarkan tindak lanjut pertemuan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), satu bulan sebelumnya. Saat itu, Presiden Argentina mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
Salah satu materi yang dibahas pada pertemuan kedua pemimpin negara itu adalah sepakbola. Negeri Tango bersedia membantu Indonesia mengembangkan sepakbola dengan mengirimkan pelatih dan pemain. "Pelatih (Blanco) datang ke sini atas persetujuan Presiden SBY," ujar Djohar saat itu ketika memperkenalkan Blanco ke media.
Target besar langsung diberikan PSSI kepada Blanco. Dia dipercaya melatih timnas U-23 yang dipersiapkan untuk SEA Games 2013. Target medali emas menjadi harga mati. Blanco juga diminta memimpin timnas senior menjuarai Piala AFF 2014 serta lolos ke Piala Asia 2015.
Sayang, Blanco datang pada saat yang tidak tepat. Dia bekerja di Indonesia ketika internal PSSI belum solid. Residu konflik antara Nurdin Halid dengan Arifin Panigoro masih ada di otoritas tertinggi sepakbola Indonesia itu. Perasaan saling curiga juga masih tergambar jelas di wajah para pemain. Ego IPL dan ISL mengalahkan kepentingan negara.
Akibatnya sangat fatal bagi Blanco. Saat hendak memulai latihan untuk persiapan Kualifikasi Piala Asia 2015 melawan Arab Saudi, Blanco tidak dianggap oleh staf PSSI maupun pemain-pemain senior tim Merah-Putih.
Oknum PSSI sempat menyatakan kepada Blanco bahwa latihan digelar di Lapangan Lanud Halim Perdanakusuma. Padahal, semua pemain ada di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ketika datang ke Halim, Blanco hanya mendapati lapangan yang kosong. Saat itu, dia marah besar.
Entah masih kesal atau memang menjadi gaya melatihnya, Blanco kemudian menggunakan pendekatan keras dan disiplin kepada pemain. Dia langsung menggeber latihan fisik berat. Tidak ada internal game maupun latihan dengan bola. Para pemain hanya diminta berlari mengelilingi lapangan belasan kali dalam cuaca panas dan sinar matahari terik.
Terkejut dengan metode Blanco yang keras, para pemain senior yang dimotori Hamka Hamzah, Boaz Solossa, dan Firman Utina tidak sepakat. Mereka menolak Blanco. Saat latihan digelar, para pemain sengaja berdiri di pinggir lapangan. Lalu, menggelar konferensi pers di hotel.
"Mewakili teman-teman yang gelisah melihat sikap pelatih, kami sepakat meminta PSSI untuk memecat Blanco dan mencari pelatih baru," kata Firman selaku kapten timnas di depan puluhan awak media.
Tahu ada perlawanan terhadap pelatih timnas yang sah, Blanco melancarkan serangan balik. Dia mencoret dan memecat 14 dari 21 pemain timnas. Blanco menganggap para pemain tersebut melakukan tindakan indisipliner yang tidak bisa dibenarkan dalam permainan sepakbola.
Sayang, Blanco tidak memiliki kekuatan dan dukungan politik yang cukup di PSSI. Pasalnya, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) saat itu, La Nyalla Mattalitti, justru berpihak kepada pemain. Meski Djohar selaku Ketua Umum PSSI tidak setuju, La Nyalla menggeser Blanco menjadi pelatih timnas U-19.
Posisi Blanco digantikan Rahmad Darmawan dan Jacksen Tiago sebagai caretaker. Keduanya memimpin Indonesia menghadapi Arab Saudi, 23 Maret 2013. Hasilnya, Indonesia kalah 1-2 di depan 75.000 penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
"Saat pertama datang, berat badan saya 87 kg. Lalu, hanya menjadi 81 kg. Turun 6 kg di sini. Bagaimana tidak? Hari ini saya jadi pelatih. Tapi, besok tidak. Jadi, pelatih lagi. Tapi, tidak lagi," keluh Blanco ketika itu saat melaporkan perlakuan yang didapatnya dari PSSI ke Kedutaan Besar Argentina di Jakarta.
Jera melatih di Indonesia, Blanco akhirnya pergi. Dia tidak pernah lagi kembali, meski sekedar berlibur ke Bali atau Jakarta. Karier kepelatihan Blanco tetap berlanjut hingga musim 2020/2021. Sekarang, dia tercatat sebagai pelatih Mons Calpe di Liga Premier Gibraltar.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini