Kisah Langka Evaristo, Main Buat Barcelona dan Real Madrid Tanpa Dimusuhi Fans

"Sudah menjadi rahasia umum jika pemain Barcelona dilarang pindah ke Real Madrid. Begitu pula sebaliknya. Tidak dengan Evaristo!"

Biografi | 18 January 2021, 20:24
Kisah Langka Evaristo, Main Buat Barcelona dan Real Madrid Tanpa Dimusuhi Fans

Libero.id - Sudah menjadi rahasia umum jika pemain Barcelona dilarang pindah ke Real Madrid. Begitu pula sebaliknya. Jika nekat, label pengkhianat akan disematkan layaknya Luis Enrique dan Luis Figo. Tapi, hal berbeda dialami Evaristo de Macedo Filho.

Evaristo adalah striker Brasil pertama yang bermain untuk Barcelona. Dia mencetak lebih banyak gol daripada gabungan Ronaldo dan Romario. Rasio golnya juga lebih baik daripada Neymar atau Rivaldo. Evaristo juga menjadi pencetak gol yang membuat Madrid tersingkir dari Piala Eropa 1960/1981 untuk pertama kalinya.

Sekarang, Evaristo sudah berusia 87 tahun dan hanya bisa mengenang kariernya yang luar biasa di sepakbola. Lahir pada 22 Juni 1933, Evaristo dibesarkan di utara Rio de Janeiro. Itu wilayah yang jauh dari pantai yang terkenal di Negeri Samba.

Bermula dari bermain sepakbola untuk bersenang-senang di jalanan, peruntungan Evaristo berubah setelah mengantarkan temannya mengikuti seleksi di klub lokal Madureira pada 1950. Saat itu, para pelatih klub justru meminta Evaristo ikut bermain karena kekurangan pemain ketika game internal dilaksanakan.

Tanpa disangka, Evaristo justru terpilih mengalahkan temannya itu. Dalam 2 tahun, dia telah mencetak 18 gol dalam 35 pertandingan untuk Madureira, termasuk 1 gol melawan tim besar Rio de Janeiro, Fluminense, di Estádio Maracanã. Akibatnya, panggilan datang untuk membela Brasil di Olimpiade Helsinki 1952.

Di kompetisi itu, Evaristo mencetak 9 gol dalam 3 pertandingan sebelum Brasil menyerah dari Jerman Barat, yang lebih berpengalaman, di perempat final. Lalu, ketika kembali ke Negeri Samba, Evaristo mendapat telepon dari Flamengo. Dia setuju bergabung dan menandatangani kontrak 3 tahun.

"Flamengo selalu menjadi tim di hati saya. Saya tumbuh besar dengan menonton mereka bersama paman saya sehingga hanya ada satu tim untuk saya saat itu. Saya mendapat tawaran dari Vasco da Gama dan Fluminense. Tapi, Flamengo memberi saya banyak hal dan saya sangat berterima kasih," kata Evaristo kepada BBC Sport.

Saat bermain untuk Brasil di Kualifikasi Piala Dunia 1958, aksi Evaristo sampai ke telinga Barcelona. Mereka segera mengutus Sekretaris Teknik, Josep Samitier, ke Amerika Selatan untuk menemui Evaristo. Tahu mendapat saingan dari beberapa klub Italia, Samitier langsung mengajukan proposal kepada ayah Evaristo. Tawaran disetujui dan Evaristo dibayar 6.000 pounds (140.000 pounds saat ini).

"Kehidupan di Barcelona normal, sangat tenang, dan tidak pernah bermasalah. Sangat mirip dengan kehidupan di Rio. Setiap pemain memiliki klub penggemar. Jadi, kami banyak diminati. Tapi, tidak seperti sekarang karena tidak ada ponsel. Klub memberi saya segalanya. Rumah, Mercedez, banyak. Mereka juga sepenuhnya mempercayai kami. Itu luar biasa," ungkap Evaristo.

Bahagia di kehidupan membuat Evaristo dengan cepat beradaptasi di lapangan. Dia bermain dan mencetak gol pada pertandingan resmi pertama di Nou Camp pada September 1957. Enam bulan kemudian, dia sudah mencetak hattrick di sana. Dan, pada musim berikutnya, dia mencetak 3 gol di El Clasico.

Media-media di Katalunya saat itu menggambarkan Evaristo sebagai salah satu pemain asing terbaik yang pernah membela Barcelona. Dia juga disebut sebagai pemain Brasil dengan naluri mematikan di depan gawang, tembakan hebat dengan kedua kaki, kepala yang kuat, serta memiliki kecepatan dan keberanian.

Di tim yang ketika dikelola Helenio Herrera, Evaristo bermain bersama Laszlo Kubala dan Luis Suarez. Evaristo memenangkan dua gelar liga, satu Copa del Rey, dan Piala Fairs (Piala UEFA) dua kali. Dalam pertandingan resmi dia mencetak 105 gol pada 151 pertandingan. Sementara di situs resmi klub tercatat 181 gol dalam 237 duel.

"Evaristo memiliki lebih banyak gol dari saya untuk Barcelona. Tapi, saya memiliki lebih banyak gol resmi karena dia mencetak banyak gol dalam pertandingan persahabatan," ujar Rivaldo.

"Dia mendapat banyak pengakuan di Barcelona. Ada foto dirinya di ruang ganti. Dia adalah pemain hebat yang melakukan banyak hal untuk sepakbola Brasil dan di Barcelona. Saya menyadari kehebatan itu karena begitu banyak orang membicarakannya," tambah pemain yang mencetak 129 gol dalam 235 laga pada 1997-2002 untuk Barcelona itu.

Salah satu momen yang diingat fans Barcelona ada pada 23 November 1960. Itu adalah pertandingan Piala Eropa melawan Madrid di depan 120.000 pengunjung Nou Camp. Evaristo mencetak gol sundulan menakjubkan dengan 8 menit tersisa. Gol tersebut, diabadikan dalam foto hitam-putih dan masih dipajang di dalam stadion 60 tahun kemudian

Gol itu dikenang karena menyingkirkan rival paling sengit Barcelona dari kompetisi Eropa untuk pertama kalinya sekaligus mengakhiri harapan Los Blancos untuk gelar keenam berturut-turut. "Terjadi persaingan hebat antara kedua klub karena Madrid adalah ibu kota dan Barcelona selalu berjuang untuk kemerdekaan (Katalunya)," kata Evaristo.

"Madrid dipandang oleh banyak orang sebagai tim Jenderal Franco. Jadi, Madrid juga memiliki persaingan politik yang hebat, meski saya tidak pernah merasakan campur tangan politik. Gol itu mematahkan hegemoni Madrid. Rasanya seperti gelar bagi Barcelona karena persaingan dan fakta itu tersingkir. Itu gila. Kami merayakan banyak hal setelah pertandingan itu," beber Evaristo.

Barcelona melaju ke final untuk pertama kalinya dalam sejarah dengan Evaristo mencetak total 6 gol, termasuk 2 gol di semifinal. Sayang, di Stadion Wankdorf, Bern, mereka kalah 2-3 dari Benfica dalam laga yang dikenal sebagai "square-posts final". Julukan itu mengacu pada tiang gawang yang persegi (bukan bulat seperti di era modern).

"Itu adalah hari yang sangat menyedihkan bagi Barcelona karena kami memiliki segalanya untuk menjadi juara Eropa. Semuanya. Kecuali, keberuntungan. Tiang gawang persegi dan kami mengenai mereka empat atau lima kali. Jika mereka bulat, bola akan masuk. Tapi, Benfica memiliki tim yang hebat," jelas Evaristo.

Meski bergelimang sukses bersama Barcelona, Evaristo justru membuat keputusan mengejutkan. Pada 1962, dia pindah ke Madrid. Penyebabnya, kekecewaan Evaristo terkait rencana naturalisasi menjadi warga negara Spanyol.

Apa reaksi suporter? Sangat kontras dengan yang terjadi pada Luis Figo 38 tahun kemudian, pendukung tidak marah. Mereka tetap memuja Evaristo dan menyalahkan manajemen. "Barcelona ingin saya menjadi orang Spanyol untuk membuka kemungkinan mendatangkan pemain asing lain. Saya tidak menginginkan itu," jelas Evaristo.

Itu bukan kali pertama dewan direksi Barcelona mengecewakan Evaristo. Ketika dia menandatangani kontrak pada 1957, ada kesepakatan bahwa jika terpilih untuk mewakili Brasil di Piala Dunia 1958, Barcelona tidak akan melarangnya bergabung.

Saat itu, akibat Spanyol tidak lolos ke Piala Dunia, Asosiasi Sepakbola Spanyol (RFEF) memutuskan menggelar Copa de Espana (Copa del Rey) bersamaan dengan turnamen di Swedia itu. Barcelona, yang terlanjur berjanji mengizinkan Evaristo bermain di Piala Dunia, mengingkarinya.

Sial, Brasil justru memenangkan Piala Dunia pertamanya dengan Pele yang berusia 17 tahun mencetak hattrick di semifinal dan 2 gol lainnya di final. "Saya sangat kecewa tidak berada di sana. Pada hari pertandingan saya ada di kamp Barcelona untuk pertandingan keesokan harinya. Tapi, saya mengikuti pertandingan itu di radio," kenang Evaristo.

"Saat ini lebih mudah bagi pemain untuk menonjol dengan TV, internet, dan media sosial. Jika Evaristo telah bermain di era terkini, reputasinya akan sangat berbeda dari yang akhirnya dia miliki di pada 1950-an dan 1960-an," ucap Rivaldo.

Ketika Evaristo keluar dari Barcelona, tawaran datang dari Italia dan Prancis. Tapi, memilih tinggal di Spanyol. Meski tidak sehebat saat di Barcelona, Evaristo tetap menjadi pemain penting untuk Madrid. Mereka mencantumkan Evaristo sebagai legenda layaknya Alfredo di Stefano, Ferenc Puskas, dan Raul Gonzalez.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network