Libero.id - Liverpool memiliki sejumlah pemain dan pelatih yang mengalami masa sulit di waktu kecil. Mereka harus mengungsi, menjalani perjalanan jauh, bermain tanpa sepatu, hidup dalam keluarga broken home, mengalami kecelakaan, hidup di daerah kumuh, hingga menahan rasa lapar.
Mereka melalui tahapan itu sebelum mendapatkan popularitas hingga bayaran besar sebagai pesepak bola top dunia, khususnya saat berseragam The Reds.
1. Dejan Lovren
Lovren lahir di Kota Zenica, Yugoslavia (sekarang Bosnia dan Herzegovina). Ketika dia berusia tiga tahun, keluarga pemain yang kini membela Zenit Saint Petersburg itu harus melarikan diri dari daerah yang dilanda perang di sekitar rumahnya. Mereka memutuskan melarikan diri ke Jerman.
“Saya berada di rumah dengan ibu saya dan kami mendengar suara sirene akibat serangan udara. Itu sangat menakutkan. Dia memeluk saya untuk melindungi saya dan kami turun ke ruang bawah tanah,” kenang Lovren.
“Ibu saya menangis dan yang bisa kami lakukan hanyalah bersembunyi. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan. Bagaimana saya bisa?” paparnya.
Perang Yugoslavia akhirnya menyebabkan pecahnya negara itu menjadi beberapa negara merdeka. Itu juga yang menghancurkan kehidupan jutaan anak seperti Lovren selama lebih dari satu dekade.
Di Jerman, Lovren menemukan rumah baru dan hidupnya menjadi lebih baik di sana. Beruntung bagi Lovren karena dirinya berhasil menjadi pemain sepak bola profesional.
2. Mohamed Salah
Selama masa kecilnya, Salah melakukan perjalanan empat jam selama lima hari per minggu. Dia sengaja menjalani itu untuk mendapatkan pelatihan. Masa kecilnya selalu dihabiskan dengan banyak perjalanan, belajar, dan kerja keras.
Salah mencontohkan saat dirinya kembali dari pelatihan pada malam hari , makan malam, dan pergi tidur. Dia melakukan itu kembali keesokan harinya dan siklus ini berlanjut selama empat tahun.
Pemain sayap itu mengatakan bahwa dirinya akan meninggalkan sekolah untuk melakukan perjalanan jauh hanya untuk berlatih. Dia tidak punya pilihan lain karena dia ingin memenuhi mimpinya menjadi pemain bola.
“Itu adalah waktu yang sulit, tapi saya masih muda. Saya ingin menjadi pesepak bola. Saya ingin menjadi pemain besar. Saya ingin menjadi sesuatu yang istimewa,” tuturnya.
Mimpi Salah terwujud setelah mantan pemain Chelsea dan AS Roma ini tercatat sebagai pencetak gol terbanyak The Reds setiap musim sejak tiba di Anfield pada 2017.
3. Sadio Mane
Mane dibesarkan di desa kecil Bambali, wilayah selatan Senegal. Ada kurang dari 25.000 orang di kampung halamannya. Mane menjelaskan orang tuanya tidak punya uang untuk mengirimnya ke sekolah dan masa kecilnya dihabiskan untuk bermain sepak bola dengan teman-temannya di jalanan. Itu bukan saat terbaik untuk keluarganya.
Namun, setelah Piala Dunia 2002, sepak bola di wilayahnya berkembang pesat. Mane mulai melakukan lebih banyak upaya untuk memainkan permainan tersebut karena dia bermimpi menjadi seorang pesepak bola.
Awalnya, orang tua Mane menentang gagasan ini. Tapi, mereka menerimanya dan sebagian besar pendapatan mereka digunakan untuk perkembangan Mane.
Keberuntungan berpihak kepada Mane setelah pemandu bakat Prancis melihat bakat Mane saat bermain bersama klub lokal. Mane akhirnya terpaksa meninggalkan keluarganya untuk berlatih di luar negeri. Lima tahun setelah meninggalkan negara asalnya, Mane tiba di Anfield, dan sisanya adalah sejarah.
4. Luis Suarez
Suarez menghabiskan tahun-tahun pertama hidupnya di Salto, Uruguay, dengan bermain sepak bola tanpa sepatu di jalanan. Orang tuanya miskin dan ayahnya adalah seorang porter yang harus menghidupi tujuh anak.
Ketika dia masih kecil, sebuah mobil menabrak kaki Suarez, mematahkan tulang metatarsal. Meski mengalami cedera, dia terus bermain.
Kehidupan Suarez makin kacau setelah kedua orang tuanya berpisah saat berusia sembilan tahun. Dia dia sangat merasakannya, bahkan memengaruhi mentalitas Suarez dan saudara-saudaranya. Secara emosional, Suarez mengalami kecelakaan selama beberapa tahun meskipun bakat sepak bolanya begitu luar biasa.
Hingga usia 15 tahun, Suarez bekerja paruh waktu menyapu jalan-jalan kotanya untuk mencari nafkah. Itu terpaksa dilakukannya karena sang ayah tidak lagi ada untuk mendukung mereka.
Kehidupan Suarez saat itu dihabiskan dengan minum dan berbenturan dengan kenakalan remaja. Namun, bantuan datang ketika Suarez direkrut ke Groningen. Dia terus berkembang dan menjadi penyerang kelas dunia. kita mengenalnya seperti hari ini.
5. Roberto Firmino
Firmino lahir di Maceio, sebuah kota di Brasil dengan tingkat kejahatan merajalela dan geng-geng biasa berkeliaran di jalanan. Orang tuanya sangat miskin dan tinggal di daerah kumuh kota. Khawatir akan nyawa anak mereka, Firmino hampir tidak pernah diizinkan meninggalkan rumahnya di tengah kejahatan dan pengaruh buruk di kota.
Seperti kebanyakan anak Brasil, Firmino mengembangkan kegemarannya pada sepak bola dan bakatnya terlihat jelas di usia muda. Begitulah hasratnya pada permainan yang dia gunakan untuk menyelinap keluar rumah untuk bermain sepak bola dan orang tuanya memutuskan bahwa mengurung Firmino tidak akan ada gunanya.
Firmino diizinkan untuk mengejar hasratnya menjadi pesepak bola dan bangkit saat membela Figueirense. Selama masa peminjamannya di sana, ibu Firmino mengatakan bahwa putranya sangat rindu dan sering menangis walau Firmino memberikan semua yang dimilikinya di lapangan.
Namun, semua gejolak emosionalnya terbayar pada akhirnya karena kerja keras dan usaha Firmino membawanya ke Hoffenheim di Bundesliga. Sisanya, seperti yang kita semua tahu, adalah sejarah!
6. Bill Shankly
Bill Shankly lahir di desa tambang batu bara kecil di Skotlandia, Glenbuck, Ayrshire, yang populasinya pada 1913 sekitar 700 orang.
Dia memiliki sembilan saudara kandung dan Shankly adalah anak bungsu. Ayahnya adalah seorang tukang pos yang menjadi penjahit jas buatan tangan.
Itu bukanlah kehidupan yang mudah bagi pria yang mengubah Liverpool menjadi tim disegani. Shankly menulis dalam otobiografinya bahwa masa-masa sulit selama masa kecilnya adalah menahan rasa lapar.
Dia mengaku biasa mencuri sayur-mayur dari ladang terdekat bersama teman-temannya. Mantan pelatih The Reds itu menyadari kegiatannya itu salah, tapi kelaparan menguasai hidupnya.
Shankly tidak punya pilihan saat itu, karena dirinya tidak menyukai pekerjaan penambangan. Dia enggan bersinggungan dengan kondisi keras, berurusan dengan tikus, kesulitan mengonsumsi makanan di sana, hingga kelelahan yang terus-menerus.
Dia biasa bermain sepak bola di samping rumah dan Shankly beruntung bakatnya diterima Carlisle United. Setelah itu, dia terus bekerja dalam olahraga tersebut dan menjadi legenda seperti yang kita kenal sekarang.
17-12-2023 | ||
Liverpool | 0 - 0 | Manchester United |
09-12-2023 | ||
Crystal Palace | 1 - 2 | Liverpool |
07-12-2023 | ||
Sheffield United | 0 - 2 | Liverpool |
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini