Kisah Ketika Elton John Lebih Dikenal Sebagai Pemilik Watford Dibanding Artis

"Sebagai LGBT, John memiliki dua anak, yaitu Zachary Jackson Levon Furnish-John, yang lahir pada 2010, dan Elijah Joseph Daniel Furnish-John (2013)."

Biografi | 25 January 2021, 09:09
Kisah Ketika Elton John Lebih Dikenal Sebagai Pemilik Watford Dibanding Artis

Libero.id - Sir Elton John dikenal sebagai pemusik jempolan. Dia juga aktivis LGBT yang kritis. Tapi, ada satu masa ketika pria asal Inggris tersebut lebih populer sebagai pemilik klub sepakbola dibanding seniman musik papan atas dunia.

Lahir sebagai Reginald Kenneth Dwight pada 25 Maret 1947, Sir Elton Hercules John adalah seorang penyanyi, penulis lagu, pianis, dan komposer ternama Inggris. Berkolaborasi dengan penulis lirik, Bernie Taupin, sejak 1967 telah lebih lebih dari 30 album yang mayoritas menjadi hit dan populer ke segala penjuru bumi.

John telah menjual lebih dari 300 juta rekaman. Itu menjadikan dirinya salah satu artis musik terlaris sepanjang masa. Dia memiliki lebih dari 50 hit Top 40 di UK Singles Chart dan US Billboard Hot 100.

Single penghormatannya, "Candle in the Wind", ditulis ulang pada 1997 atas kekagumannya kepada Putri Diana, Princess of Wales, yang meninggal secara tragis. Lagu itu terjual lebih dari 33 juta kopi di seluruh dunia dan merupakan single terlaris dalam sejarah tangga lagu UK dan AS.

Selain musik, John juga memproduksi lagu untuk penyanyi lain. Kadang-kadang, dia juga berakting dalam beberapa film layar lebar maupun televisi. John juga dikenal secara luas sebagai Presiden Kehormatan Watford. Status itu didapatkan atas dedikasi John terhadap The Hornets sebagai pemilik klub pada 1976-1987 dan 1997-2002. Namanya dijadikan nama salah satu tribun di Vicarage Road.

Petualangan John di sepakbola profesional dimulai pada 1976 ketika menjadi Ketua Eksekutif dan Direktur klub yang baru. Selanjutnya, dia menjadi pemilik klub pada 1977. Saat itu, John langsung memecat Mike Keen untuk digantikan Graham Taylor sebagai pelatih baru. Watford ketika itu masih belum beranjak dari Divisi IV.

John menginvestasikan banyak uang untuk membawa Watford melompati tiga divisi untuk berada di kasta tertinggi (Divisi I) pada 1982/1983 setelah menjadi runner-up Divisi II 1981/1982. Meski tidak diunggulkan, mereka mampu bersaing dengan tim-tim papan atas pada musim perdana di kasta tertinggi kompetisi Inggris.

Pada Divisi I 1982/1983, Watford benar-benar mengejutkan. Memulai musim dengan 4 kemenangan dari 5 pertandingan pembukaan, The Hornets benar-benar diperhitungan tim-tim besar Inggris saat itu seperti Liverpool, Arsenal, Manchester United, Tottenham Hotspur, atau Nottingham Forest.

Sepanjangan musim itu, Watford menjalani 42 pertandingan dengan 22 kemenangan, 5 skor imbang, dan 15 kekalahan. Dengan 71 poin poin, tim berseragam kuning itu bercokol di posisi 2 klasemen akhir di belakang Liverpool (82 poin). Artinya, Watford berhak menjadi wakil Inggris di Piala UEFA 1983/1984.

Bintang Watford, Luther Blissett, menyelesaikan musim sebagai pencetak gol terbanyak Divisi I. Lalu, dia menandatangani kontrak dengan AC Milan untuk transfer senilai 1 juta pounds.

Kepergian Blissett benar-benar melemahkan Watford. Meski ada John Barnes muda, Watford tidak bisa berbicara banyak pada musim 1983/1984. Akibatnya, John meminta Blissett pulang. Kebetulan, dia tidak tampil bagus di Serie A sehingga The Hornets melakukan buy back dengan hanya perlu membayar 550.000 pounds pada awal musim 1

Kembalinya Blissett hanya berselisih beberapa pekan dari penampilan Watford di final Piala FA 1983/1984. Saat itu, mereka bertemu Everton di Wembley. Di depan 100.000 pasang mata, The Toffees tampil lebih dominan dari The Hornets. Akibatnya, mereka menyerah 0-2.

Setelah era itu, prestasi Watford terus menurun. Puncaknya pada akhir musim 1987/1988 ketika menempati peringkat 20 klasemen akhir Divisi I. The Hornets harus kembali ke Divisi II setelah 6 musim berjibaku di kasta tertinggi sepakbola Inggris.

John kemudian memutuskan menjual sahamnya kepada Jack Petchey. Tapi, dia tetap dipercaya menjadi presiden klub. Sepuluh tahun kemudian, John kembali membeli mayoritas saham Watford dari Petchey. Sama seperti periode pertama, dia menjadi pemilik merangkap presiden klub.

Ketika Liga Premier bergulir dan menuntut persaingan ketat dari para peserta, kondisi Watford masih sebagai tim yoyo. Karena itu, John memilih mengundurkan diri pada 2002 untuk diserahkan kepada orang yang bisa bekerja penuh sebagai pemilik klub. Uniknya, John tetap mempertahankan statusnya sebagai presiden klub.

Meski bukan lagi pemegang saham mayoritas, John masih memegang kepentingan finansial yang signifikan dan orang yang sangat berpengaruh di klub. Pada 2005 dan 2010, John mengadakan konser di Vicarage Road dan menyumbangkan semua hasilnya untuk Watford.

Pada 13 Desember 2014, John muncul di Vicarage Road bersama "suami prianya", David Furnish, dan kedua putranya, Zachary serta Elijah. Mereka hadir untuk acara peresmian "Sir Elton John Stand" sekaligus penganugerahan status "Presiden Kehormatan seumur hidup". Dia menggambarkan momen itu sebagai salah satu hari terbesar dalam hidupnya.

"Watford selamanya ada di hati saya. Saya tidak pernah berpikir saya akan memiliki tribun yang dinamai menurut saya. Saya tidak pernah berpikir saya akan duduk di tribun itu. Kepada orang-orang di klub, termasuk mereka yang ada di belakang, kalian telah memperlakukan saya dengan banyak cinta," kata John saat itu, dilansir BBC Sport.

Sebagai LGBT, John memiliki dua anak, yaitu Zachary Jackson Levon Furnish-John, yang lahir pada 2010, dan Elijah Joseph Daniel Furnish-John (2013). Pertanyaannya, apakah keduanya putranya menyukai sepakbola dan menimba ilmu di Akademi Watford?

Pada 2018 saat berusia 7 tahun, Zachary menandatangani kesepakatan untuk bergabung dengan sistem pembinaan pemain muda The Hornets. "Mereka berkembang pesat. Zachary sangat menyukai sepak bola. Dia bermain untuk Akademi Watford," kata John dalam sebuah kesempatan, dilansir ESPN.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network