Steven Gerrard dan Paul Scholes. Kredit: instagram.com/stevengerrard dan premierleague.com
Libero.id - Dalam membangun sebuah tim yang hebat, terkadang pemilik maupun pengurus mengesampingkan pembinaan pemain. Mereka hanya mengejar prestasi sekejap melalui pembelian pemain mahal, meski jebolan akademi sebenarnya memiliki kualitas tak kalah bersaing.
Membangun tim melalui jalur singkat dengan membeli pemain-pemain berkualitas sebenarnya tak disalahkan. Itu sudah dilakukan beberapa tim di Inggris, seperti Chelsea dan Manchester.
Dengan suntikan dana melimpah yang dimiliki sang big boss, tim-tim tersebut menjelma sebagai kekuatan menakutkan. Tak hanya di tanah Britania Raya, Eropa, tapi juga dunia.
Kebiasaan membeli pemain jadi ini pula yang ditengarai sebagai tindakan pemborosan, sekaligus meninggalkan gaya lama yang biasa mengorbitkan pemain jebolan akademi. Aktivitas ini membuat pemain muda potensial seakan sulit menembus skuad senior.
Walau kegiatan ini tak lagi dapat terbendung, tapi setidaknya pembinaan di tingkat grass root atau dasar masih menjadi kebanggaan bagi sebagian tim di Inggris. Keberhasilan pemain lulusan akademi tentunya dapat memberikan kebanggaan mendalam bagi penggemar maupun pengurus itu sendiri.
Bicara pembinaan di tingkat akademi Liga Premier, berikut ini akademi yang dianggap membanggakan karena memiliki sistem pendidikan terbaik. Anda dapat menganalisa sendiri melalui sudut pandang penilaian akademi terbaik Liga Premier versi Givemesport.
Ada beberapa kriteria penting dalam menentukan setiap line-up, khususnya penilaian peringkat dari yang terendah hingga menuju predikat terbaik. Hanya individu yang tiba di akademi saat berusia 16 atau lebih muda yang memenuhi syarat untuk seleksi.
Ini sebenarnya bukan metode yang mudah untuk menetapkan pemenang, tapi kondisi dalam tim mampu memberikan indikasi kuat tentang gambaran mereka melalui kualitas akademi yang terbaik.
6. Tottenham Hotspur
Selain menghasilkan salah satu striker terhebat yang pernah ada di Liga Premier, raksasa London Utara ini tidak memiliki banyak hal untuk dipamerkan selain Troy Parrott tentang kasus anomali pemenang Sepatu Emas Piala Dunia.
Dengan kurangnya pemain berbakat yang dilahirkan Spurs, Andros Townsend terpilih menjadi harapan agar menjadi terobosan brilian. Hal itu berlaku untuk Harry Winks, Oliver Skipp, dan Nabil Bentaleb, yang kontraknya dengan Schalke berakhir di musim panas.
Satu kekurangan akademi Spurs, yakni tak melahirkan pemain bagus di lini pertahanan. Kekurangan ini tentunya dimaksimalkan Spurs melalui pembelian pemain jadi.
5. Liverpool
Namun, lulusan akademi generasi emas itu telah menjadi cerita lama yang sudah lama terkubur. Anggapan itu masuk akal karena akademi Liverpool tak lagi menciptakan legenda selain Trent Alexander-Arnold dan Raheem Sterling yang masih merumput.
Lulusan akademi The Reds dianggap masih kesulitan bersaing, seperti Caoimhin Kelleher sebagai kiper cadangan Liverpool. Ada lagi Paul Glatzel, Jack Robinson (Sheffield United), dan Pedro Chirivella (Nantes). Sayang, mereka belum masuk dalam daftar pemain alternatif berkualitas. Kiper pilihan pertama RB Leipzig, Peter Gulasci, bahkan gagal lolos ke tim setelah pindah ke Anfield saat berusia 18 tahun.
4. Arsenal
Arsenal sedang membangun reputasi yang justru tidak diinginkan. Mereka rela membuang permata dari lulusan akademi hanya untuk kepentingan mempertahankan gengsi The Gunners.
Donyell Malen dan Serge Gnabry adalah dua contoh paling terkenal. Mereka sempat menjadi bagian penting skuad Arsenal bersama Bukayo Saka dan Alex Iwobi. Iwobi bahkan berhasil memberikan 35 juta pounds setelah dilempar ke pasaran.
Yang jelas, Arsenal lemah dalam melahirkan gelandang tengah berkualitas. Hanya Ainsley Maitland-Niles yang memiliki masa depan cerah selain Jack Wilshere yang belum mencerminkan bakat besarnya.
Namun, Arsenal punya lulusan terbaik di lini pertahanan. Pemain jebolan The Gunners memiliki soliditas yang membuat mereka dianggap lebih unggul atas Liverpool.
3. Manchester City
Masalahnya adalah sedikit pemain yang mampu mengukir rute mulus menuju ke tim utama. Banyak dari mereka justru terlihat tertekan saat dalam proses mencari peruntungannya tersebut.
Kieran Trippier, Dedryck Boyata, Ben Mee, Kasper Schmeichel, David Brooks dan Jadon Sancho semuanya adalah pemain fantastis yang telah menikmati karier bergengsi di level papan atas setelah meninggalkan Man City. Mereka tumbuh menjadi komponen terpenting untuk melahirkan sebuah tim terkuat.
Bintang akademi saat ini, Phil Foden, mungkin menjadi pemain terbaik dalam sejarah akademi Man City. Sementara Tommy Doyle, yang berusia 19 tahun, terlihat berbakat walau terlalu cepat menjadi dewasa.
Di tempat lain Daniel Sturridge pindah dari Manchester untuk mengejar ambisinya di Chelsea. Sementara Eric Garcia tampaknya ditakdirkan untuk mengikuti Brahim Diaz kembali ke Spanyol ketika kontraknya berakhir di musim panas.
2. Chelsea
Terlihat ironis bahwa pemimpin revolusioner di pasar transfer membanggakan akademi timnya yang dianggap paling mengesankan.
Revolusi Frank Lampard sejak musim 2019/2020 menggarisbawahi kekuatan akademi Chelsea. Itu dilakukannya setelah larangan Financial Fair Play karena pengeluaran The Blues yang dianggap boros.
Hukuman itu membuat Lampard dapat mengandalkan para lulusan seperti Fikayo Tomori, Mason Mount, dan Tammy Abraham yang mendukung kesuksesan Lampard di musim pertamanya.
Dengan pengecualian Neil Etheridge, yang tentu saja tidak tampil berlebihan selama waktunya bersama Cardiff City di Liga Premier, Chelsea dipenuhi dengan pemain berkualitas tinggi yang sudah mapan atau sedang dalam proses membangun diri mereka sendiri.
1. Manchester United
Kelas '92 mungkin mewakili puncak pencapaian akademi MU, tapi daftar lulusan mereka saat ini menunjukkan bahwa lini produksi tim lewat jalur akademi sangat konsisten.
The Red Devils mengklaim posisi teratas karena kekuatan poros utama mereka, yang mencakup pasangan penyerang tengah yang menakutkan, duo lini tengah yang saling melengkapi dengan sempurna, dan kemitraan bek tengah berpengalaman yang jarang membuat para penyerang lawan mengendus celah dengan mulus untuk bisa membobol pertahanan MU.
Robbie Brady dan Timothy Fosu-Mensah adalah gelandang kiri dan bek kanan yang terkenal memiliki performanya yang lemah. Sebaliknya ada kualitas yang justru sangat luar biasa datang dari posisi belakang ke depan. Itu diperlihatkan Dean Henderson dan Brandon Williams.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini