Libero.id - Klub-klub sepakbola profesional di Eropa menjadikan jersey media promosi paling efektif. Ditonton jutaan orang di seluruh dunia, sejumlah produk dituliskan di seragam demi imbalan uang. Tapi, bagaimana jika sponsor itu aneh?
Entah siapa yang memulai, ide untuk menempatkan sponsor baru dimulai pada dekade 1970-an. Pada 1975, Leeds United menjadi klub pertama yang mendesain jersey yang bisa jadi dijual kepada penggemar dalam bentuk replika. Didorong oleh masalah komersial, klub lain segera mengikuti dengan menambahkan tulisan sponsor di dada.
Pada mulanya tulisan sponsor hanya menghasilkan sedikit uang. Kemudian, seiring perkembangan zaman dan kebutuhan yang meningkat, dana yang berputar sangat besar. Contohnya, Bayern Muenchen yang mendapatkan 25 juta euro dari Deutsche Telekom pada 2008.
Tapi, tidak semuanya memiliki pikiran bisnis. Dulu, Barcelona dan Athletic Bilbao pernah menolak untuk mengizinkan logo sponsor muncul di baju mereka. Barcelona bahkan pernah menempatkan logo UNICEF di jersey dan menyumbang 1,5 juta euro. Itu terjadi sebelum Qatar Airways menjadi sponsor utama di jersey.
Di era terkini, sponsor tidak hanya berupa tulisan besar di dada. Selain dada, ada klub yang juga menampilkan tulisan sponsor di perut, di lengan, di punggung atas atau bawah, di celana depan, hingga di pantat. Beberapa sponsor juga cukup aneh untuk dituliskan di jersey klub sepakbola.
Berikut ini 16 tulisan sponsor di jersey klub sepakbola paling aneh di Eropa:
1. Burger King (Getafe)
Apa yang salah dengan keberadaan produk makanan cepat saji di jersey klub sepakbola? Tidak ada. Sejak lama, perusahaan-perusahaan seperti McDonald atau KFC menjadi sponsor di banyak ajang resmi FIFA dan tidak pernah ada keluhan. Produknya yang praktis sangat cocok dinikmati di stadion.
Tapi, yang dilakukan Burger King di jersey Getafe sangat unik. Mereka mencetaknya bolak-balik. Di jersey depan, terpampang logo Burger King. Sedangkan dibaliknya ada gambar wajah yang menghadap ke badan pemain. Wajah itu baru terlihat ketika pemain melakukan selebrasi alas Fabrizio Ravanelli. Itu adalah selebrasi dengan menarik jersey di bagian bawah untuk ditutupkan ke wajah.
Benar-benar ide gemilang dengan hasil sempurna. Getafe mencetak 58 gol dan finish di posisi 6 La Liga 2009/2010. Itu pencapaian terbaik mereka di kompetisi papan Spanyol atas finish di posisi 2 musim 2018/2019.
2. Ty (Portsmouth)
Beberapa produk memang identik dengan klub sepakbola tertentu. Sebut saja Pirelli dengan Inter Milan, Quilmes dengan Boca Juniors, atau Brown Ale dengan Newcastle United. Itu adalah produk-produk yang memang identik dengan maskulinitas sehingga membuat klub terlihat gagah.
Tapi, bagaimana jika tulisan di jersey adalah produsen dan penjual boneka anak-anak seperti Beanie Babies, Beanie Boos, Frizzys, Disney, My Little Pony, Hello Kitty, hingga SpongeBob SquarePants? Itu benar-benar terjadi pada Portsmouth pada 2002-2005 saat disponsori Ty.
3. Viz (Blyth Spartan)
Apa yang dilakukan klub dari kasta kelima sepak bola Inggris, Blyth Spartan, mirip dengan Portsmouth dan Ty. Mereka bekerja sama dengan Viz. Itu adalah majalah komik dewasa yang populer Inggris sejak 1979 hingga sekarang. Viz menggunakan bahasa vulgar, humor toilet, komedi hitam, humor surealis, dan alur cerita yang umumnya bersifat seksual serta mengandung unsur kekerasan.
Apakah itu cocok dengan filosofi sepakbola? Masing-masing suporter Blyth Spartan punya pendapatnya sendiri.
4. Villa Erotica (Voukefalas Larissa)
Voukefalas Larissa adalah klub sepakbola di Yunani yang didirikan pada 1979 dan harus merger dengan Olympos Larissa pada 2014 menjadi Ikaros Neapolis. Alasan penggabungan adalah kesulitan keuangan selama bertahun-tahun. Sebelum merger, manajemen Voukefalas yang putus asa menjadi dana sempat memutuskan menjual hak tulisan di jersey kepada Villa Erotica.
Apakah itu nama hotel? Bukan. Apakah itu nama resort wisata? Bukan. Apakah itu nama perumahan mewah? Bukan. Lalu, Apa? Villa Erotica adalah rumah bordir di Larissa. Pemiliknya, Soula Alevridou, bersimpati dengan Voukefalas yang hampir bangkrut. Apalagi, dia adalah pendukung Voukefalas sejak lama.
5. Mogwai (Saint Roch's Primary FC)
Mogwai adalah band rock Skotlandia, yang dibentuk pada 1995 di Glasgow. Band ini terdiri dari Stuart Braithwaite (gitar, vokal), Barry Burns (gitar, piano, synthesizer, vokal), Dominic Aitchison (gitar bass), dan Martin Bulloch (drum). Mogwai biasanya menggubah instrumen berbasis gitar yang panjang yang menampilkan kontras dinamis, garis gitar bass melodi, dan penggunaan distorsi serta efek yang berat.
Sekitar 20 tahun berselang, Mogwai secara mengejutkan mensponsori klub sepakbola Saint Roch’s Primary. Itu adalah sekolah khusus untuk anak-anak tunarungu atau yang mengalami gangguan pendengaran di Royston Hill, Glasgow, tempat asal Mogwai.
Tapi, Mogwai bukan band pertama di Skotlandia yang mendukung klub sepakbola junior. Rekannya, Biffy Clyro, pernah mendukung Boynton Thistle U-9 dan The View menyokong Dryburgh Athletic U-11.
6. Flowery Field (Wiener Viktoria)
Dari namanya, orang akan dengan mudah menebak bahwa klub dari kasta bawah di Austria, Wiener Viktoria, mendapatkan sponsor produk pertanian atau perusahaan pembuat taman. Sebagian pendapat itu benar karena Flowery Field adalah perusahaan produsen ganja.
7. Angry Birds (Everton)
Pernah di satu era, Angry Birds menjadi permainan paling digemari manusia di bumi. Mereka punya 16 versi permainan. Pada 2016, Hollywood merilis film tentang "burung-burung yang marah itu". Keuntungan yang didapat mencapai USD350 juta. Apakah itu berasal dari promosi gencar yang dilakukan, yang salah satunya di jersey lengan Everton? Bisa saja.
8. Flamingo Land (Hull City)
Apakah masuk akal menghabiskan waktu seharian berkunjung ke taman hiburan dan kebun binatang lokal sebelum datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan sepakbola? Tentu saja tidak. Tapi, hal itu ternyata tidak membuat Flamingo Land mengurungkan niatnya untuk menjadi sponsor Hull City.
9. Jagermeister (Eintracht Braunschweig)
Hingga 1973, sponsor di jersey tidak diizinkan terpampang di klub-klub Jerman. Lalu, seorang pengusaha kelahiran Braunschweig yang sekaligus menjadi CEO perusahaan pembuat minuman beralkohol 35%, Mast-Jagermeister SE, Guenter Mast, meminta izin untuk menempatkan produknya, "Jagermeister", di jersey Eintracht Braunschweig.
Meski permintaan itu ditolak, Mast tidak kehabisan akal. Jagermeister mengakali peraturan itu dengan menggelontorkan ide untuk mengubah logo Braunschweig. Logo baru adalah logo Jagermeister sehingga dengan bebas Braunschweig akan meletakkan "logo" barunya di jersey. Ide itu ternyata diterima klub, pemain, dan suporter.
Pertandingan melawan Schalke pada Maret 1973 adalah yang pertama ada tulisan dan logo Jagermeister di jersey Braunschweig. Dan, pada 1974, Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) mengizinkan klub memiliki tulisan sponsor di jersey sehingga Braunschweig kembali ke logo aslinya.
10. Chupa Chups (Sheffield Wednesday)
Chupa Chups adalah merek permen lolipop asal Spanyol dan kembang gula lainnya yang dijual di lebih dari 150 negara di seluruh dunia. Merek ini didirikan pada 1958 oleh Enric Bernat dan dimiliki oleh perusahaan multinasional Italia-Belanda, Perfetti van Melle. Nama merek ini berasal dari kata kerja Bahasa Spanyol, chupar, yang berarti "menghisap".
Tiba-tiba, logo Chupa Chups ada di jersey pada 2000-2003. Tentu saja, Sheffield menjadi bahan ejekan dari pendukung Sheffield United, yang menganggapnya sebagai hal menggelikan.
11. Azerbaijan Land of Fire (Atletico Madrid)
Menuliskan Visit Malaysia, Visit Thailand, Visit Malta, atau Visit Rwanda di jersey klub sepakbola di Inggris sudah biasa dilakukan. Itu mengandung pesan sangat jelas berkaitan dengan pariwisata.
Tapi, bagaimana dengan tulisan Azerbaijan Land of Fire di jersey Atletico Madrid? Meski itu merupakan motto dari negara pecahan Uni Soviet tersebut, sampai hari ini masih banyak orang yang tidak bisa memahami maksudnya, termasuk mantan pemain Los Colchoneros, Diego Costa. "Ini jersey yang bagus," ucap Costa saat itu, dikutip Four Four Two.
12. Columbia Pictures (Atletico Madrid)
Pada 2003, Atletico Madrid menandatangani kesepakatan sponsor dengan studio film ternama Hollywood, Columbia Pictures. Sebagai imbalan uang yang didapat, jersey Fernando Torres saat itu bertuliskan film-film yang sedang tayang di bioskop. Sebut saja Bad Boys 2, Big Fish, Spider Man, Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid, Resident Evil: Apocalypse, hingga Hollywood Homicide.
13. No Smoking (West Bromwich Albion)
Sepakbola saat ini, khususnya di Eropa, sangat mengharamkan rokok berada di stadion. Entah penonton, pemain, atau pelatih, dilarang menghisap tembakau. Jika melanggar regulasi, hukuman denda hingga larangan datang ke stadion akan dijatuhkan.
Tapi, pada 1960, 1970, 1980, hingga 1990-an, merokok di stadion adalah hal normal. Ada banyak kisah tentang pemain atau pelatih yang menghabiskan berbatang-batang saat pertandingan berlangsung.
Ketika orang-orang Eropa mulai sadar bahwa ada efek negatif dari sebatang rokok, kampanye larangan merokok di stadion mulai digalakkan. Mereka menggunakan klub sepakbola sebagai media. Salah satunya saat West Midlands Health Organisation (WMHO) membayar West Brom untuk logo dan tulisan "No Smoking" di jersey.
14. Wet Wet Wet (Clydebank FC)
Musik dan sepakbola telah terhubung sejak sebelum Elton John menjadi pemilik Watford. Tapi, grup band yang mensponsori klub adalah fenomena yang relatif baru. Salah satunya yang pernah dilakukan grup rock asal Skotlandia, Wet Wet Wet. Band itu mensponsori klub dari tempat asal mereka, Clydebank FC.
15. Pooh Jeans (AC Milan)
Milan adalah kota mode utama di dunia selain Paris, Madrid, dan New York. Di kota itu ada banyak brand fashion ternama dunia yang sewaktu-waktu bisa ditodong untuk menjadi sponsor dua klub sepakbola di tempat itu, AC Milan dan Inter Milan. Jadi, wajar jika sponsor pertama di jersey I Rossoneri pada 1981/1982 adalah Pooh Jeans.
Masalahnya justru ada di luar Italia. Banyak orang, khususnya di Inggris, yang salah paham dengan merk itu. Mereka rancu ketika membedakan Pooh Jeans dengan jeans yang ada gambar Winnie the Pooh.
16. Hafnia (Everton)
Pada 1980-an, Everton berada dalam era keemasan. Tapi, berbeda dengan era sekarang, belum banyak negara yang menayangkan pertandingan-pertandingan di sepakbola Inggris. Sponsorship produk-produk di luar Inggris juga menjadi hal yang membuat banyak orang Inggris bertanya-tanya. Salah satunya Hafnia, yang ada di jersey The Toffees.
Hafnia adalah perusahaan daging olahan dari Denmark. Produk-produknya lezat dan bergizi tinggi. Mereka mendukung Everton cukup lama, yaitu pada 1979-1985.
Masalahnya, Hafnia yang tidak dijual di Inggris. Kompetisi Inggris juga tidak ditayangkan di Denmark. Everton juga tidak memiliki pemain asal Denmark sampai Claus Thomsen bergabung 1 dekade kemudian. Pertanyaannya, untuk apa Hafnia membiayai Everton? Sampat hari ini belum ada yang bisa menjawab.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini