Kredit: twitter.com/miseleccionnmx dan twitter.com/fifacom
Libero.id - Sepakbola pernah mengenal Bora Milutinovic. Pria Serbia itu memiliki status mentereng sebagai pelatih pertama yang memimpin 5 negara berbeda di 5 Piala Dunia. Rekornya baru bisa disamai Carlos Alberto Parreira pada 2010.
Pemilik nama lengkap Velibor Milutinovic lahir ketika Serbia (Yugoslavia) diduduki Nazi Jerman, tempat di Bajina Basta, 7 September 1944. Karier sepakbola Milutinovic dimulai pada usia 12 tahun ketika bergabung dengan Akademi Partizan Belgrade.
Di usia 16 tahun, Milutinovic sudah mendapatkan kesempatan bermain di tim utama Partizan sebagai gelandang. Sempat dipinjamkan ke OFK Beograd, Milutinovic lalu pindah ke Winterthur di kompetisi Swiss.
Karier Milutinovic kemudian berkembang setelah pindah ke Prancis untuk membela AS Monaco. pada 1967-1969. Meski tawaran datang, Milutinovic tetap bertahan di Negeri Mode untuk membela Nice dan Rouen sebelum terdampar ke Meksiko untuk memperkuat UNAM-Pumas pada 1972-1976.
Bersama UNAM peruntungan Milutinovic berubah. Dia membantu klub dari Mexico City tersebut menjuarai Copa MX 1974/1975 dan Campeon de Campeones 1975. Selanjutnya, pada usia 32 tahun, Milutinovic memutuskan gantung sepatu dan setahun berselang menjadi pelatih UNAM.
Sebagai pelatih UNAM, Milutinovic juga sukses. Los Pumas ditangani Milutinovic pada 1977-1983. Sejumlah prestasi membanggakan berhasil dia sumbangkan kepada suporter. Sebut saja Liga MX 1980/1981, Piala Champions CONCACAF 1979/1980, dan Copa Interamericana 1981.
Dari UNAM, Milutinovic mendapatkan kesempatan menangani timnas Meksiko pada 1983. Saat itu, tim Sombrero sedang dalam persiapan menjadi penyelenggara Piala Dunia 1986. Itu akan menjadi tuan rumah kedua setelah 1970 sehingga Asosiasi Sepakbola Meksiko (FMF) tidak ingin mengecewakan publik. Minimal menyamai perempat final 1970.
Saat turnamen digelar, Milutinovic memasukkan banyak pemain berbakat. Selain Hugo Sanchez yang jadi bintang di Real Madrid, Meksiko juga memiliki Javier Hernandez Senior. Dia adalah ayah Javier Chicharito Hernandez. Ada lagi Javier Aguirre, yang dikemudian hari menjadi pelatih top.
Hasilnya sangat bagus. Meksiko memuncaki klasemen Grup A dan melaju ke babak 16 besar. Mereka mengalahkan Bulgaria untuk menginjakkan kaki di perempat final. Tapi, pada babak 8 besar, nasib baik Meksiko dihentikan Jerman Barat lewat adu penalti. Der Panzer pada akhir menjadi runner-up.
Setahun setelah PIala Dunia, Milutinovic melanjutkan karier sebagai pelatih San Lorenzo (Argentina), Udinese (Italia), serta Veracruz dan Tecos UAG (Meksiko). Kemudian, panggilan datang dari Kosta Rika. Dia dipekerjakan hanya 90 hari sebelum turnamen di Italia itu kick-off.
Dengan persiapan yang singkat, sentuhan midas ditunjukkan Milutinovic. Dia merombak skuad. Beberapa pemain bintang dicoret, termasuk sang kapten. Gantinya, pemain-pemain tanpa caps timnas. Hasilnya, Kosta Rika justru lolos ke babak 16 besar setelah menjadi runner-up Grup C setelah mengalahkan Skotlandia dan Swedia serta kalah dari Brasil. Di fase knock-out, mereka disingkirkan Cekoslovakia.
Kabar keberhasilan Milutinovic dan Meksiko dan Kosta Rika sampai ke telinga para petinggi Asosiasi Sepakbola Amerika Serikat (US Soccer). Mereka mempekerjakan Milutinovic pada 1991 dan ditugaskan membawa AS tampil membanggakan di Piala Dunia 1994.
#WC1986: #Mexico #BoraMilutinović with #HugoSánchez pic.twitter.com/Np4ZYx4MfB
— OldFootballPhotos (@OldFootball11) November 10, 2017
Segera setelah menjadi pelatih, Milutinovic melakukan gebrakan. Dua pemain bintang AS, Peter Vermes dan Desmond Armstrong, dicoret. Begitu pula dengan pencetak gol terbanyak AS saat itu, Bruce Murray. Lalu, dia menyuruh Alexis Lalas memotong rambut panjangnya yang sepunggung jika tidak ingin dicoret.
Hasil perubahan Milutinovic benar-benar terbukti saat Piala Dunia digelar di Negeri Paman Sam. AS mencatatkan kemenangan pertamanya di Piala Dunia sejak 1950 dan maju ke fase knock-out untuk kali pertama dalam sejarah.
Sayang, pada 1995 US Soccer tidak memperpanjang kontrak Milutinovic. Dia segera kembali Meksiko sebelum ditunjuk menukangi Nigeria di Piala Dunia 1998. Lagi-lagi, tangan dingin Milutinovic terbukti. Nigeri mengalahkan Spanyol di fase grup. The Super Eagles juga lolos ke fase knock-out. Artinya, 4 tim berbeda sudah dia bawa lolos ke babak 16 besar secara beruntun.
Dari Nigeria, Milutinovic kembali ke AS untuk menukangi klub MLS New York/New Jersey Metro Stars. Kemudian, pada 2000, Asosiasi Sepakbola China (CFA) mempekerjakan Milutinovic sebagai pelatih. Tugasnya meloloskan China ke Piala Dunia 2002.
Bersama Milutinovic, China tampil berbeda. Pada Kualifikasi Piala Dunia 2002 Zona Asia, China tergabung dengan Indonesia di fase awal. Mereka mengalahkan Indonesia 5-1 di Kunming dan 2-0 di Jakarta. China lolos ke fase kedua sebelum akhirnya meraih tiket Piala Dunia bersama Arab Saudi untuk mendampingi dua tuan rumah, Korea Selatan dan Jepang.
Meski saat Piala Dunia tampil mengecewakan, keberhasilan China ikut Piala Dunia adalah prestasi besar. Pasalnya, 2002 adalah penampilan pertama dan satu-satunya Negeri Tirai Bambu di kompetisi sepakbola paling bergengsi di bumi.
"Orang-orang di China mengatakan kepada saya bahwa mereka sudah menunggu 44 tahun (untuk ikut PIala Dunia). Saya menjawabnya dengan mengatakan mengapa kalian tidak memanggil saya lebih cepat," ujar Milutinovic saat itu dalam wawancara dengan Los Angels Times.
Rekor Milutinovic sebagai orang pertama dan satu-satunya yang melatih 5 tim berbeda di 5 Piala Dunia akhirya terpecahkan pada Piala Dunia 2010. Saat itu, Carlos Alberto Parreira menukangi Afrika Selatan.
Bedanya, dia melatih di 6 Piala Dunia dengan 5 negara berbeda. Selain Afsel, Parreira memimpin Kuawit di Piala Dunia 1982, Uni Emirat Arab (1990), Brasil (1994 dan 2006), serta Arab Saudi (1998). Baik Perreira maupun Milutinovic, saat ini sudah sama-sama pensiun. Mereka menghabiskan waktu dengan sesekali muncul di televisi sebagai komentator tamu.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini