Libero.id - Pepatah kacang lupa pada kulitnya sepertinya tidak berlaku untuk George Weah. Setelah menjadi Presiden Liberia, legenda AC Milan itu memberi penghargaan kepada orang yang paling berjasa dalam kariernya. Dia adalah Arsene Wenger!
Weah lahir dan besar di distrik Clara Town di Monrovia. Dia adalah anggota dari kelompok etnis Kru, yang berasal dari Grand Kru di Liberia Tenggara, salah satu daerah termiskin di negara itu. Ayahnya, William T. Weah, adalah seorang mekanik. Sedangkan ibunya, Anna Quaye-Weah, adalah seorang penjual.
Mantan penyerang itu memiliki tiga saudara laki-laki, William, Moses, dan Wolo. Weah termasuk salah satu dari 13 anak yang sebagian besar hidupnya dididik oleh nenek dari pihak ayah, Emma Klonjlaleh Brown, setelah orang tuanya berpisah ketika George masih bayi.
Weah menjalani sekolah menengah pertama di Muslim Congress dan sekolah menengah atas di Wells Hairston High School. Tapi, dia putus sekolah di tahun terakhir studinya.
Kemiskinan mendorong Weah mulai bermain sepakbola untuk tim junior Young Survivors ada usia 15 tahun. Kemudian, dia pindah ke klub sepakbola lokal lainnya, Mighty Barrolle dan Invicible Eleven. Sambil bermain sepakbola semiprofesional, Weah sempat bekerja untuk Liberia Telecommunications Corporation sebagai teknisi switchboard.
Setelah bermain di kompetisi domestik Liberia, Weah pindah ke Kamerun untuk membela Tonnerre Yaounde. Di situlah bakatnya terpantau Pelatih tim nasional Kamerun, Claude Le Roy. Pria asal Prancis itu menghubungi Wenger, yang pada masa tersebut, merupakan pelatih AS Monaco.
Wenger tidak butuh menyaksikan langsung aksi Weah. Cukup mendengarkan cerita Le Roy, Weah langsung ditransfer ke Monaco pada 1988 dengan hanya mengeluarkan 12.000 pounds sebagai biaya transfer kepada Tonnerre.
Tanpa pernah diduga Weah, Wenger memperlakukan dirinya seperti seorang ayah. Di masa ketika seorang pemain muda merantau ke Eropa untuk mengembangkan karier, Wenger bertindak layaknya orang tua yang melindungi anak-anaknya dari gangguan orang lain. Pelatih legendaris Arsenal itu memperhatikan Weah di dalam maupun luar lapangan.
Berkat kepercayaan Wenger, Weah mendapat tempat di skuad utama Monaco. Dia sanggup memproduksi 47 gol dari 103 penampilan bersama klub yang bermarkas di Stade Louis II tersebut. Dia juga sempat membawa Monaco meraih Coupe de France 1990/1991.
Penampilan memuaskan Weah bersama Monaco membuat Paris Saint-Germain (PSG) tertarik melakukan transfer. Dia pindah ke Parc des Princes sebelum memukau banyak klub kaya Eropa dan memilih bergabung dengan Milan pada 1995.
Karena penampilannya bersama PSG dan Milan, pada 1995 Weah menerima beberapa penghargaan individu. Dia memenangkan Ballon d'Or, Onze d'Or, dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA. Weah mendedikasikan kemenangan itu untuk Wenger.
"Dia sudah seperti ayah bagi saya. Dia juga menganggap saya seperti anaknya. Dia menjadi orang pertama yang membangkitkan karier sepakbola saya di Eropa," ujar Weah, dilansir The Guardian.
George Weah thanking Arsene Wenger for giving him a chance, after winning the Ballon d'Or. pic.twitter.com/OdhZjwSKpu
— 90s Football (@90sfootball) July 15, 2019
Menurut Weah, Wenger adalah sosok lelaki sejati. Ketika rasialisme sedang memuncak dan menjadi hantu paling menakutkan bagi para pemain Afrika, dia menunjukkan kecintaannya. Wenger menginginkan Weah terus berada di lapangan untuk menunjukkan semua kemampuan yang dimiliki. "Dia selalu memotivasi saya agar saya bisa memberikan performa terbaik," ucap Weah.
Sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Wenger, pada 2018, Weah selaku Presiden Liberia memberikan penghargaan Humane Order of African Redemption. Itu adalah penghargaan yang pertama kali diberikan pada 13 Januari 1879 saat masa kepresidenan Anthony W. Gardiner.
Penghargaan tersebut diberikan untuk pekerjaan kemanusiaan di Liberia. Untuk tindakan yang mendukung dan membantu bangsa Liberia, serta kepada individu yang telah memainkan peran penting dalam emansipasi dalam persamaan hak melawan perbedaan rasial.
Di Liberia, tidak banyak orang mendapatkan Humane Order of African Redemption. Sedangkan di sepakbola, Wenger bukan orang pertama yang mendapatkannya. Pada 1999, mantan pemimpin FIFA, Sepp Blatter, mendapatkan penghargaan tersebut dari Presiden Charles Taylor.
"Saya ingat ketika saya melihatnya untuk pertama kalinya di Monaco. Datang dengan sedikit tersesat, tidak mengenal siapapun, tidak dinilai oleh siapa pun sebagai pemain dan setelahnya. Pada 1995, dia menjadi pemain terbaik di dunia," kata Wenger.
"Saya ingin mengatakan orang ini adalah contoh bagi semua orang yang bermain sepakbola hari ini, untuk semua pemain," pungkas mantan pelatih Nancy dan Nagoya Grampus Eight itu.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini