Kisah McDonald Mariga, Mantan Inter Milan Pensiun Dini Demi Jadi Anggota DPR

"Dia sempat terganjal kenyataan, sudah memperkuat timnas 40 kali, tetapi kewarganegaraannya bermasalah. Kok bisa?"

Biografi | 17 February 2021, 15:30
Kisah McDonald Mariga, Mantan Inter Milan Pensiun Dini Demi Jadi Anggota DPR

Libero.id - Kesuksesan George Weah menjadi Presiden Liberia ternyata menginspirasi sejumlah mantan pesepakbola Afrika. Salah satunya McDonald Mariga, yang sengaja gantung sepatu di usia 32 tahun untuk menjadi anggota DPR Kenya.

McDonald Mariga Wanyama memulai karier sepakbola di klub junior lokal Kenya, Ulinzi Stars, sebelum pindah ke Tusker FC dan Kenya Pipeline saat masih di duduk di bangku SMA Kamukunji, Nairobi. Bersama Dennis Oliech (Auxerre), Mariga memenangkan dua Kejuaraan Nasional Kenya berturut-turut pada 2002 dan 2003.

Bakat Mariga ternyata terpantau para pemandu bakat Eropa. Pada 2005, gelandang tengah itu pergi ke Swedia untuk bermain di klub kasta ketiga, Enkopings. Setelah hanya satu musim di Enkopings, dia menandatangani kontrak dengan Helsingborgs sebelum musim 2006 bergulir. Kesuksesannya di Helsingborgs segera terjadi.

Performa Mariga di Swedia ternyata membuat Pelatih Portsmouth saat itu, Harry Redknapp, tertarik. Mariga akan menandatangani kontrak untuk tim Liga Premier itu setelah para pihak sepakat dengan transfer 2,7 juta euro. Tapi, masalah izin kerja yang rumit di Inggris menahan kesepakatan yang seharusnya terjadi.

Gagal ke Inggris, Mariga pindah ke Serie A membela Parma. Awalnya dengan status pinjaman pada Agustus 2007. Klub Italia memiliki opsi untuk membeli di musim panas 2008 dengan 2 juta euro.

Bermain bagus sepanjang 2007/2008, Mariga dan Parma sepakat dengan status permanen pada akhir masa peminjaman setelah membayar 1,94 juta euro kepada Helsingborgs. Kesepakatan itu dimediasi oleh mantan pemain Swedia, Martin Dahlin, dengan 25 persen biaya transfer akan masuk ke Enkopings, klub yang pertama kali membawa Mariga ke Swedia.

Mariga bermain 35 kali untuk Parma di Serie B selama musim 2008/2009, mencetak 3 gol, dan membantu mereka kembali ke Serie A untuk musim 2009/2010. Akibatnya, tawaran pindah dari klub besar berdatangan.

Pada Januari 2010, Mariga berencana menandatangani kontrak dengan Manchester City setelah Parma sepakat melakukan transfer. Tapi, lagi-lagi  gagal mendapatkan izin kerja. Bahkan, Perdana Menteri Kenya, Raila Odinga, sempat turun tangan untuk membantu Mariga. Izin itu akhirnya didapatkan Mariga. Tapi, sudah terlambat karena baru berlaku untuk transfer window musim panas.

Kegagalan ke Man City tidak membuat Mariga kecewa. Pada hari terakhir transfer window musim dingin 2010, Inter Milan datang dengan proposal 5 juta euro dalam bentuk tunai plus setengah dari hak Jonathan Biabiany (2,5 juta euro) serta peminjaman Luis Antonio Jimenez.

Mariga melakukan debut untuk Inter pada leg pertama semifinal Coppa Italia 2009/2010 melawan Fiorentina. I Nerazzurri memenangkan pertandingan 1-0. Pada Maret 2010, Mariga menjadi orang Kenya pertama yang bermain di Liga Champions. Ketika itu, dia memasuki lapangan sebagai pemain pengganti melawan Chelsea.

Pada 17 Juni 2010, Inter langsung membelinya dan membeli kembali Biabiany masing-masing seharga 4,2 juta euro. Itu membuat Parma mencatatkan "kerugian dari kepemilikan bersama" sebesar 800.000 euro sebagai sisa laba dari tidak terjual setengahnya telah menurun dari 5 juta euro menjadi 4,2 juta euro. Tapi, jika menghitung keuntungan dari Biabiany, Inter justru membayar Parma 10,9 juta eurp tunai untuk Mariga plus pinjaman khusus Biabiany.

Sayang, kebersamaan Mariga dengan Inter tidak berlangsung lama. Pada awal musim 2011/2012, dia dipinjamkan ke klub La Liga, Real Sociedad.

Setelah setengah musim, Mariga kembali ke Inter. Lalu, dia dipinjamkan ke Parma pada jendela transfer Januari 2013. Mariga kembali ke Inter bersama Biabiany di akhir musim atas permintaan Andrea Stramaccioni. Akhirnya, pada Mei 2014, Mariga dilepas karena tidak masuk rencana untuk musim 2014/2015.

Tidak lagi dibutuhkan Inter, Mariga memilih bermain di Parma lagi. Lalu, pindah ke Latina sebelum pergi ke Spanyol untuk memperkuat Real Oviedo. Pada 2019, Mariga memutuskan pensiun sebagai pemain Cuneo Calcio.

Dari Italia, Mariga langsung pulang ke Kenya untuk memulai profesi baru sebagai politisi. Dia bergabung dengan Jubilee Party of Kenya. Itu adalah partai penguasa di pemerintahan Kenya saat ini, yang didirikan pada 8 September 2016 dari penggabungan 11 partai kecil.

Selama pemilu 2017, Partai Jubilee mendapatkan sejumlah kursi di DPR Kenya. Sedangkan pemimpin partai, Uhuru Kenyatta, terpilih kembali sebagai Presiden Kenya. Tapi, sejak Januari 2019, stabilitas partai terancam oleh pertikaian yang semakin meningkat.

Kemudian, pada September 2019, Mariga memulai debutnya dalam politik Kenya setelah mengumumkan rencana memperebutkan kursi DPR Kenya dalam pemilihan sela di salah satu daerah pemilihan di Kibera, Nairobi. Dia dinominasikan oleh Jubilee Party of Kenya.

Pemilu sela itu diadakan untuk mengganti anggota parlemen, Ken Okoth, yang meninggal pada 26 Juli 2019 akibat kanker usus besar dan melibatkan sejumlah nama populer di politik Kenya.

Sayang, kejadian seperti saat Mariga gagal bergabung dengan Portsmouth atau Man City terulang lagi. Akibat masalah administrasi dan identitas kependudukan lantaran pernah bermukim lama di luar negeri, Komisi Pemilihan Umum Kenya (IEBC) tidak mengizinkan Mariga berpartisipasi dalam pemilihan.

Nama Mariga ternyata tidak terdaftar sebagai warga negara Kenya sekaligus pemilih di pemilu. Mariga heran. Dia bertanya, bagaimana mungkin dirinya bisa membela tim nasional Kenya 40 kali jika tidak terdaftar berpaspor Kenya?

Meski telah mengajukan permohonan untuk terdaftar sebagai pemilih pada 26 Agustus 2019 di daerah pemilihan Starehe, IEBC bersikeras bahwa namanya tidak ada dalam daftar. Mariga mengajukan banding atas keputusan tersebut. Tapi, masalah tersebut belum diselesaikan.

"Saya pensiun dari sepakbola karena ingin kembali ke masyarakat saya. Ini keputusan saya. Saya ingin mengabdi kepada komunitas saya," ujar Mariga saat itu, dilansir All Africa.

Jejak sepakbola dan politik dalam diri Mariga mengalir dari sang ayah, Noah Wanyama. Dulu, Wanyama senior juga pemain sepakbola profesional, lalu pensiun, menjadi pelatih, pengurus klub, dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Sama seperti Mariga, Wanyama juga gagal.

Mariga juga memiliki adik laki-lakinya yang bermain sepakbola profesional. Dia adalah Victor Wanyama, yang sempat bermain untuk Tottenham Hotspur dan saat ini membela tim MLS, Montreal Impact. Sementara saudara laki-lakinya yang lain, Thomas dan Sylvester, juga merupakan pemain sepakbola di Liga Premier Kenya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network