Libero.id - Piala Dunia U-20 2009 tidak akan mungkin dilupakan Dominic Adiyiah. Membawa Ghana juara, terpilih mendapatkan Golden Ball, dan dikontrak AC Milan 3 bulan kemudian. Tapi, karier penyerang kelahiran Accra, 29 November, 1989 langsung redup saat tiba di Stadio San Siro.
Adiyiah memulai karier sepakbola dengan membela tim junior Feyenoord Ghana sebelum pindah ke Heart of Lions pada 2007. Setelah melakukan debut di Liga Premier Ghana dengan klub yang berbasis di Kpandu itu, Adiyiah hijrah ke Eropa.
Pada transfer window musim panas 2008, Adiyiah ditransfer klub Norwegia, Fredrikstad, dengan hanya mengeluarkan 100.000 pounds. Dia melakukan debut untuk klub dalam pertandingan tandang melawan Aalesund, 30 Agustus 2008. Musim berikutnya, dia melakukan debut di Liga Eropa pada leg kedua Kualifikasi III menghadapi Lech Poznan.
Kepindahan ke Norwegia membuat Adiyiah mulai dipanggil The Black Satellites (sebutan untuk tim junior Ghana). Dia melakukan debut untuk Ghana U-20 pada 30 Maret 2008 dalam pertandingan melawan Niger. Pada tahun yang sama, dia berpartisipasi pada WAFU U-20 Championship (Piala Afrika Barat U-20).
Performa Adiyiah berlanjut saat African Youth Championship (Piala Afrika U-20) 2009. Dia membawa Ghana juara dan berkah menjadi salah satu wakil Benua Hitam di Piala Dunia U-20 2009. Kompetisi tersebut diselenggarakan di Mesir pada 24 September-16 Oktober 2009.
Turnamen ketika itu diikuti banyak pemain muda hebat yang jadi bintang di masa depan. Contohnya, Cesar Azpilicueta dan Jordi Alba dari Spanyol. Lalu, di kembar Lars dan Sven Bender (Jerman), Kieran Trippier (Inggris), Sebastian Coates dan Nicolas Lodeiro (Uruguay),Douglas Costa (Brasil), hingga rekannya di Ghana, Andre Ayew.
Ghana tampil memikat sejak fase grup. Mereka mengalahkan Uzbekistan 2-1, Inggris 4-0, serta imbang 2-2 dengan Uruguay. Lolos sebagai pemuncak Grup D, The Black Satellites bertemu Afrika Selatan di Babak 16 besar. Selanjutnya, Korea Selatan (perempat final) dan Hungaria (semifinal) yang disingkirkan.
Di laga puncak, Ghana mengalahkan Brasil melalui tendangan adu penalti 4-3 setelah selama 120 menit harus puas bermain imbang tanpa gol di depan 67.814 pasang mata Cairo International Stadium.
Sepanjang turnamen, Adiyiah mencetak 8 gol. Kecuali di pertandingan terakhir grup dan final, Adiyiah selalu berhasil menjebol jala lawan-lawan Ghana. Tiga kali dirinya menghasilkan 2 gol dalam satu laga. Akibatnya, Adiyiah mendapatkan Golden Shoe sekaligus Golden Ball.
Kesuksesan itu membuka gerbang lebar-lebar bagi Adiyiah untuk bermain di klub besar Eropa. Pada 1 November 2009 atau 2 pekan setelah final Piala Dunia U-20, Fredrikstad mengumumkan telah menerima tawaran 500.000 euro dari CEO Milan, Adriano Galliani.
Enam hari kemudian, Adiyiah menandatangani kontrak dan pada 2 Januari 2010 diresmikan di hari pembukaan transfer window musim dingin. "Dia pencetak gol terbanyak di Piala Dunia U-20. Dia akan menjadi (Sergio) Aguero atau (Lionel) Messi baru," ucap Pelatih Milan saat itu, Leonardo Araujo, di situs resmi Milan.
Namun, saat tiba di Milanello setelah membela Ghana di Piala Afrika 2010, Leonardo terkejut. Apa yang dia bayangkan tentang Adiyiah tidak pernah terbukti. Adiyiah tidak lebih baik dari pemain junior Milan lainnya.
Meski izin kerja dan urusan administrasi di Italia telah beres 100%, Leonardo tidak pernah memainkan Adiyiah di sisa musim 2009/2010. Bahkan, pada awal musim 2010/2011, Adiyiah harus menerima kenyataan menjadi pemain pinjaman di Reggina. Selanjutnya, Partizan Belgrade (Serbia), Karsiyaka (Turki), dan Arsenal Kyiv (Ukraina).
Peminjaman di Arsenal ternyata berkesan. Pada 25 Juni 2012, Adiyiah dikontrak Arsenal 3 tahun setelah dilepas Milan karena menghabiskan 2 tahun tanpa bermain di pertandingan resmi. Tapi, itu juga tidak lama. Pada musim panas 2014, Adiyiah bermain di Liga Premier Kazakhstan untuk FC Atyrau.
Terbuang ke Thailand, bermain di Thai League 2
Sisaket FC signs former Ghana National team forward, Dominic Adiyiah on the team for M-150 Championship 2019 #M150Championship pic.twitter.com/TmQZuSHcC1
— ThaiLeague (@thaileague) December 12, 2018
Meski pindah ke kompetisi kelas tiga Eropa, performa Adiyiah. Dia hanya membuat menghasilkan 1 gol dalam 14 pertandingan di kompetisi elite Kazakhstan. Akibatnya, pada transfer window musim dingin 2015, dia dilepas. Tidak ada klub Benua Biru yang mau menampungnya.
Beruntung, agen pemain Afrika membawa Adiyiah ke Asia Tenggara. Dia mengikuti trial di klub Thai League 1, Nakhon Ratchasima, dan lolos. Dia bermain di klub itu 3,5 tahun. Pada musim ketiga bersama Korat, Adiyiah bermain bersama pemain naturalisasi Indonesia, Victor Igbonefo.
Sayangnya pada musim 2018, Adiyiah hanya bermain setengah musim karena dianggap kurang maksimal. Sempat menganggur 6 bulan, dia akhirnya ditampung Sisaket FC. Itu klub yang berkompetisi di Thai League 2. Hanya bermain 1 musim, Adiyiah kemudian pindah ke Chiangmai United di kompetisi yang sama dengan Sisaket.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini