Erling Haaland dan Kylian Mbappe. Kredit: instagram.com/erling.haaland dan instagram.com/k.mbappe
Libero.id - Kualitas kompetisi La Liga musim ini mengalami penurunan. Karena itu, jangan heran ketika melihat para wakil dari Negeri Matador babak belur ketika menjalani kompetisi Eropa.
Sevilla dan Barcelona takluk dari lawan mereka pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions. Real Sociedad lebih parah lagi setelah menyerah 0-4 dari Manchester United pada leg pertama 32 besar Liga Europa.
Kekalahan mereka membuat banyak orang bertanya tentang kualitas La Liga musim ini. Mereka mengira bahwa sepak bola Spanyol, khususnya La Liga, sudah kehilangan identitas mereka.
Anggapan itu cukup masuk akal karena para kontestan La Liga tak lagi mendominasi permainan saat bersaing di level Eropa. Mereka seakan kehilangan ritme permainan satu-dua sentuhan yang merupakan jati diri tim-tim asal Spanyol.
Fakta itu makin terbukti di lapangan melalui jumlah gol yang dihasilkan musim ini. Berdasarkan catatan Marca, sebanyak delapan tim La Liga mencetak lebih sedikit gol dari permainan yang sudah mereka jalani. Bandingkan dengan Serie A, yang mana hanya Parma mencetak kurang dari satu gol per permainan (15 gol dalam 22 laga).
Selain itu, para peserta La Liga juga mengalami penurunan jumlah mencetak gol. Itu menjadi indikasi betapa sulitnya mereka bersaing dengan tim Eropa lainnya.
Gol La Liga per Musim
2013/2014 1.045 gol
2014/2015 1.009 gol
2015/2016 1.043 gol
2016/2017 1.118 gol
2017/2018 1.024 gol
2018/2019 983 gol
2019/2020 942 gol
2020/2021 958 gol (perkiraan 2,52 gol per pertandingan)
Tim-tim Spanyol terlihat kekurangan fluiditas, menghasilkan lebih sedikit operan, menciptakan lebih sedikit peluang, dan mencetak lebih sedikit gol daripada tim-tim Eropa lainnya. Ini menjadi bukti konkret kesulitan mereka ketika bermain di Liga Champions atau Liga Europa.
Jumlah rata-rata gol tim asal Spanyol juga mengkhawatirkan. Mereka mencetak rata-rata hanya 2,52 gol per laga. Persentase itu merupakan angka terendah di antara lima liga top Benua Biru. Bundesliga memuncaki grafik dengan 3,05 gol per pertandingan, diikuti Serie A (tiga gol per pertandingan), Ligue 1 (2,73) dan Liga Premier (2,72).
Yang jelas, tim La Liga mengalami periode terburuk musim ini. Berbeda dengan periode disaat mereka mendominasi Eropa musim 2013/2014 hingga 2017/2018. Tim raksasa seperti Real Madrid, Barcelona, hingga Sevilla mencetak lebih dari 1.000 gol per musim.
Tapi, jumlah gol terus mengalami penurunan, bahkan mereka diperkirakan hanya dapat mencapai 958 gol di akhir musim nanti. Semua itu tak lepas dari sedikit upaya melakukan tendangan, assist, upaya menggiring bola, serangan balik, hingga operan.
Alasan lain disebabkan karena banyak tim La Liga terbelenggu masalah keuangan, lebih sedikit perekrutan, hingga kurang mendapatkan bakat berkualitas yang ditengarai karena wabah Covid-19.
Selain kurangnya bakat yang berhasil direkrut, situasi makin diperparah dengan banyaknya pemain Spanyol berkualitas justru berkarier di kompetisi di luar La Liga. Sebut saja David de Gea, Kepa Arrizabalaga, Sergio Reguilon, Rodri Hernandez, Thiago Alcantara, Dani Olmo, Fabian Ruiz, Ferran Torres, dan Alvaro Morata. Mereka menjadi sedikit nama pemain internasional Spanyol yang tidak lagi tampil di Liga.
Bandingkan ketika para pemain timnas Spanyol masih setia berkompetisi di La Liga pada 2008. Dari 23 pemain asuhan Luis Aragones, hanya empat pemain yang berkarier di luar negeri. Mereka adalah Fernando Torres, Xabi Alonso, Cesc Fabregas dan Pepe Reina.
Sementara ketika Spanyol menjadi juara di Piala Dunia 2010, hanya tiga pemain yang bermain di tempat lain di Eropa. Mereka adalah Torres, Fabregas dan Reina.
Dua tahun kemudian, tepatnya ketika Spanyol mendominasi Piala Eropa 2012. Hanya Torres, Juan Mata, David Silva, dan Reina yang tidak bermain di La Liga. Ironis tentu saja, apalagi ketika para pemain Spanyol justru menjadi pencetak gol terbanyak saat berkarier di negeri orang. Sebut saja Morata, Ferran Torres, dan Angelino.
Pertanyaannya kini, apakah La Liga dapat kembali menemukan jati diri mereka? Mampukah para wakil Spanyol, seperti Barcelona dan Sociedad, membalikkan keadaan saat menjalani leg kedua?
Butuh waktu untuk menjawabnya, tapi paling tidak La Liga membutuhkan figure seperti Erling Haaland dan Kylian Mbappe untuk kembali mengangkat pamor La Liga dapat disegani di daratan Eropa.
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini