Libero.id - Saddil Ramdani kembali memutuskan berkarier di luar negeri. Setelah bermain untuk Pahang pada 2019, pemain tim nasional Indonesia itu akan merumput di Sabah pada 2021.
Sabah secara resmi sudah mengumumkan perekrutan Saddil melalui akun media sosial resminya. Untuk mendapatkan pemain asal Sulawesi Tenggara itu, Sabah harus berjuang ekstra keras. Pasalnya, Bhayangkara FC selaku klub Saddil sempat enggan melepas salah satu pemain andalannya itu.
The Guardian tidak ingin melepas Saddil karena mengklaim masih memiliki kontrak resmi. Padahal, ikatan kerjasama mantan pemain timnas U-19 itu dengan Bhayangkara berakhir pada akhir Februari 2021. Artinya, mau tidak mau status mantan winger Persela Lamongan tersebut adalah free agent.
"Selamat Datang Saddil Ramdani ke Sabah FC," tulis The Rhinos di akun Instagram resminya, @officialsabahfc, beberapa hari lalu.
Bagi Saddil, Sabah adalah klub keduanya di Negeri Jiran. Pada 2019, dia membela Pahang Liga Super Malaysia. Bersama Pahang, Saddil bermain 21 kali dan menyumbang 2 gol. Bahkan, Pahang menjadi runner-up setelah tertinggal 10 poin dari sang juara, Johor Darul Ta'zim (JDT).
Saat Saddil bermain di Pahang, Sabah masih berada di Liga Premier Malaysia. Pada akhir musim 2019, mereka juara dan berhak atas tiket Liga Super 2020. Di kompetisi kasta tertinggi Malaysia itu Sabah finish di posisi 10 dari 12 peserta setelah hanya bisa memainkan 11 pertarungan karena Covid-19.
Berikut ini 5 fakta menarik terkait klub yang berbasis Likas Stadium, Kota Kinabalu, di negara bagian Sabah tersebut:
1. Dilatih Kurniawan Dwi Yulianto dan Sofie Imam Faizal
Di Sabah, Saddil tidak sendiri. Dia akan dilatih Kurniawan Dwi Yulianto, yang dibantu Sofie Imam Faizal sebagai pelatih fisik. Kurniawan dan Sofie bukan orang baru bagi Saddil. Kurus adalah asisten timnas U-23 di SEA Games 2019. Sementara Sofie adalah pelatih fisik di skuad yang juga diperkuat Saddil.
Tapi, ada hal unik terkait keberadaan Kurniawan dan Sofie di Sabah. Pada 2020, Sabah dilatih Kurniawan di Liga Super. Hasil kurang bagus karena nyaris degradasi ke Liga Premier plus perubahan susunan kepengurusan klub membuat Kurniawan digantikan Lukas Kalang Laeng.
Buntut pemecatan itu memunculkan sejumlah rumor kurang sedap. Selain prestasi dan politik perebutan kekuasaan diantara para pengurus Sabah, lisensi kepelatihan yang dimiliki Kurniawan juga dipermasalahkan. Konon, dia belum memenuhi syarat melatih di Malaysia.
Menariknya, hanya beberapa pekan setelah dipecat, Kurniawan dan Sofie justru kembali dipekerjakan sebagai pelatih Sabah. Keduanya akan memimpin Sabah mengarungi Liga Super 2021. Mereka akan bekerja dengan Ahmad Marzuki Nasir sebagai manajer, Burhan Ajui (asisten pelatih), Mark Damun Sagar (pelatih kiper), dan Matlan Basir (physiotherapist).
2. Pernah diperkuat legenda Senegal, El Hadji Diouf
Di Malaysia, Sabah bukan klub sembarangan. Meski belum lama berkecimpung di Liga Super dan termasuk tim yoyo, The Rhinos termasuk salah satu klub yang sudah aktif sejak kompetisi di Malaysia masih berstatus amatir. Terbukti, banyak pemain top dunia yang pernah bermain di Sabah, salah satunya El Hadji Diouf.
Pada November 2014, Diouf menandatangani kontrak 1 tahun dengan Sabah di Liga Premier. Karena statusnya sebagai pemain Piala Dunia 2002 bersama Senegal dan berpengalaman di Eropa, dia diangkat sebagai kapten tim.
Sayang, Diouf justru terlibat kontroversi dengan Sabah setelah membandingkan klubnya dengan klub saingan, Johor Darul Ta'zim II, saat wawancara dengan Johor TV. Diouf mengatakan bahwa bersedia membangun Akademi JDT di Senegal dan akan mendapatkan keuntungan berupa uang dari hasil penjualan pemain ke negara-negara Eropa.
Dia juga mengatakan bersedia bermain untuk JDT tanpa uang karena cintanya kepada negara bagian Johor serta terkesan dengan visi dan misi klub. Diouf menuturkan hal itu karena kecewa dengan Sabah terkait minimnya proyeksi klub di masa depan. Akibatnya, Sabah mencopot Diouf dari jabatan kapten pada Juli 2015.
3. Punya 1 gelar juara liga kasta tertinggi Malaysia
Era keemasan Sabah terjadi pada 1996. Saat itu, kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Negeri Jiran masih berlabel Liga Perdana. Kompetisi yang juga disebut sebagai Liga Dunhill itu diikuti 14 tim dari semua negara bagian di Malaysia ditambah Brunei Darussalam.
Sabah memuncaki klasemen akhir setelah mengumpulkan 58 poin dari 28 pertandingan. Mereka unggul 1 poin dari Kedah dan Negeri Sembilan. Sabah juga menjadi runner-up Piala Malaysia setelah dikalahkan Selangor lewat adu penalti 3-5 setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit.
4. Memiliki rivalitas dengan Sarawak FA dalam Derby Borneo
Sebagai tim yang berasal dari Malaysia Timur dan terletak di Pulau Kalimantan, Sabah merupakan rival domestik Sarawak FA. Pertandingan kedua tim bertetangga itu disebut sebagai Derby Borneo. Meski tidak sepanas Derby Pantai Timur (Kelantan vs Terengganu) atau Derby Lembah Klang (Selangor vs Kuala Lumpur), Derby Borneo selalu menarik.
Dari kacamata prestasi, trofi kedua klub tidak berbeda jauh. Mereka sama-sama memiliki 1 gelar Liga Perdana, 1 Liga Premier, dan 1 Piala FA atau Piala Malaysia. Hanya saja, musim lalu dan musim ini, Sarawak bermain di Liga M3 atau kasta ketiga setelah terdegradasi dari Liga Premier 2019.
5. Terlibat skandal pengaturan skor 1994
Seperti Italia, sepakbola Malaysia juga diguncang banyak skandal judi dan pengaturan skor hasil pertandingan berkali-kali. Salah satu yang paling fenomenal dan dikenang hingga hari ini terjadi pada 1994 dan melibatkan sejumlah punggawa Sabah.
Skandal itu terbongkar setelah kecurigaan dan pengakuan sejumlah orang terkait hasil-hasil aneh di beberapa pertandingan Liga Perdana 1994. Aparat langsung bergerak cepat dan berhasil membongkar sindikat perjudian internasional di balik pengaturan banyak hasil pertandingan sepakbola di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Hasil investigasi menemukan 216 orang aktor sepakbola, baik pemain maupun pelatih. Total, 21 pemain dan pelatih dipecat, 58 orang di skorsing, dan 126 nama lainnya dibawa untuk diinterogasi. Itu adalah skandal pengaturan pertandingan terbesar dalam sekaligus kasus korupsi paling terkenal dalam sejarah Malaysia sebelum kasus MDB1 yang melibatkan mantan Perdana Menteri Najib Razak.
Dalam barisan pemain yang dihukum termasuk 4 bintang Sabah yang ketika itu menjadi tulang punggung tim nasional Malaysia. Salah satunya Matlan Marjan. Meski dinyatakan bersalah, Matlan tidak dipenjara. Tapi, dia mendapatkan hukuman berat larangan aktif bermain sepakbola seumur hidup. Saat itu, usianya baru 26 tahun!
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini