Libero.id - Normalnya, orang-orang Korea Utara akan membelot ke Korea Selatan karena berbagai alasan sosial, politik, maupun ekonomi. Tapi, yang dilakukan Jong Tae-se justru antimainstream. Dia mencampakkan Korsel untuk membela Korut.
Kisah unik Tae-se dimulai ketika Piala Dunia 2010 berlangsung di Afrika Selatan. Saat itu, Korut tampil pada turnamen sepakbola paling bergengsi di kolong langit untuk kali pertama setelah absen 44 tahun. Mereka tergabung bersama Brasil, Portugal, dan Pantai Gading di Grup G.
Awalnya, semua terlihat biasa-biasa. Orang tidak terlalu mempedulikan Korut karena memang bukan tim besar di Asia. Tapi, saat pertandingan pertama melawan Brasil, suporter mulai melirik pemain-pemain Korut. Bukan karena permainan yang bagus, melainkan pemandangan unik saat lagu kebangsaan dikumandangkan.
Ketika lagu diputar, para pemain Korut terlihat khidmat dan sangat serius. Tapi, pemandangan lain terlihat ketika sorot kamera televisi sampai di depan Tae-se. Dia menangis layaknya sedang kehilangan orang yang dicintainya.
Segera setelah pertandingan dimenangkan Brasil 2-1, media-media olahraga di seluruh dunia mulai mencari informasi mengapa Tae-se menangis ketika lagu kebangsaan Korut diperdengarkan. Pers barat semakin terkejut karena Tae-se bukan orang asli Korut, melainkan produk naturalisasi.
Tae-se lahir di Nagoya, Jepang, 2 Maret 1984. Ayahnya sebenarnya memiliki kewarganegaraan Korsel. Meski lahir, besar, dan lama tinggal di Jepang, Tae-se secara hukum diakui sebagai orang Korsel. Dia juga bisa memiliki paspor Jepang karena kelahirannya.
Tapi, ibunya merupakan "chosen-seki". Itu adalah status hukum yang diberikan Pemerintah Jepang kepada etnis Korea di Negeri Sakura yang tidak memiliki kewarganegaraan Jepang dan belum terdaftar sebagai warga negara Korsel. Status tersebut muncul setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ketika itu, banyak orang Korea (utara dan selatan) kehilangan kewarganegaraan Jepang.
Kebanyakan orang dengan status ini secara teknis memiliki kewarganegaraan Korut (Republik Demokratik Rakyat Korea) atau kewarganegaraan Korsel (Republik Korea) di bawah undang-undang kewarganegaraan masing-masing negara. Tapi, karena tidak memiliki dokumen Korsel dan Jepang tidak mengakui Korut sebagai negara merdeka, mereka diperlakukan sebagai orang tanpa kewarganegaraan (stateless).
Sebagai chosen-seki, ibu Tae-se mengirimnya bersekolah di sekolah swasta yang dijalankan oleh Chongryon, yaitu sebuah kelompok yang terkait dengan pemerintah Korut. Dia juga kuliah di Korea University. Itu adalah universitas swasta di Tokyo yang juga didanai Chongryon.
Karena latar belakang itulah Tae-se mendeklarasikan diri dan keluarganya sebagai orang Korut. Berkat Chongryon itulah dia mendapatkan paspor Korut. Pasalnya, lembaga itu secara de facto bertindak layaknya Kedutaan Besar Korut di Tokyo.
"Saya ingin mencetak gol dalam pertandingan di Piala Dunia. Satu gol dalam pertandingan. Itulah target saya. Lalu? Saya ingin bermain di Inggris," kata Tae-se dalam wawancara dengan FourFourTwo pada 2008 di sela-sela membela Kawasaki Frontale di J1 League.
"Saya bukan orang Korsel. Saya lahir sebagai orang Korut dan bersekolah di sekolah Korut, seperti yang dilakukan banyak orang Korea di Jepang dan banyak teman saya. Ibu saya berasal dari Korut. Ayah saya dibesarkan di Jepang dan bersekolah di sekolah Jepang. Tapi, dia menganggap dirinya orang Korut. Begitu juga saya," ungkap Tae-se.
Meski sudah mendapatkan paspor Korut, bukan berarti Tae-se bisa dengan mudah bermain untuk timnas. Dalam regulasi FIFA dan AFC, pemain seperti Tae-song diakui sebagai pesepakbola dengan dwi kewarganegaraan.
Itu hal yang sangat umum dijumpai di sepakbola karena banyak dijalani pemain-pemain top dunia seperti Lionel Messi (Argentina-Spanyol), Luis Suarez (Uruguay-Spanyol), Gonzalo Higuain (Argentina-Prancis), Mauro Icardi (Argentina-Italia), atau Roberto Carlos (Brasil-Spanyol), juga memiliki dua paspor.
Berhubung Tae-se bukan pesepakbola terkenal layaknya Messi atau Suarez, FIFA dan AFC membutuhkan waktu untuk memverifikasi. Mereka harus mengkonfirmasi apakah Tae-se pernah bermain untuk Korsel atau Jepang di pertandingan resmi sebelumnya atau tidak.
Tae-se sangat beruntung karena keputusan meninggalkan Korsel untuk membela Korut tidak memunculkan kontroversi di Seoul. Suporter di selatan tidak terlalu peduli karena di era itu punya banyak pesepakbola kelas dunia. Contohnya, Park Ji-sung, Cha Du-ri, Lee Chung-yong, Ki Sung-yueng, atau Park Chu-young.
Sebaliknya, hanya ada 3 pemain Korut yang bermain di luar negeri dan berstatus pesepakbola profesional. Selain Tae-se, dua nama lainnya adalah An Yong-hak (Omiya Ardija) dan Hong Yong-jo (FC Rostov).
Dengan hanya 3 pemain profesional di Piala Dunia, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Setelah dikalahkan Brasil 1-2, Korut dibantai Portugal 7 gol tanpa balas dengan Cristiano Ronaldo mencetak gol terakhir. Kemudian, pada pertandingan ketiga, Korut menyerah 0-3 dari Pantai Gading sehingga harus puas sebagai juru kunci.
Tapi, setelah Piala Dunia, Tae-se justru mendapatkan kesempatan bermain di Eropa. Bukan ke Inggris seperti cita-citanya, melainkan Jerman. Dia dikontrak VfL Bochum sebelum pindah ke FC Koln pada 2012. Sempat bermain di Korsel untuk Suwon Bluewings, dia pindah ke Shimizu S-Pulse pada 2015 dan dipinjamkan ke Albirex Niigata pada 2020.
Setelah kontrak dengan Shimizu pada 31 Desember 2020, Tae-se sebenarnya berniat pensiun. Tapi, pada 1 Februari 2021, dia memutuskan kembali bermain dengan membela klub J2 League, Machida Zelvia.
"Setelah berkonsultasi dengan keluarga, saya memutuskan untuk pensiun. Saat sedang di mobil menuju Bandara Narita (untuk terbang ke Korut), saya telepon berdering. Ternyata, itu tawaran (dari Machida). Saya menerimanya karena ingin membantu klub (promosi ke J1 League). Saya pemain tua. Tapi, saya ingin membantu semua orang (di Machida) berkembang," kata Tae-se, dilansir Goal Japan.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini