Kredit: twitter.com/fcsm_eng
Libero.id - Fyodor Cherenkov berteriak saat dia menolak untuk makan sup, "Mereka mencoba meracuni kita!"
Rekan satu timnya di Spartak Moscow, yang tepat berada di sampingnya di ruang makan, tentu saja tercengang. Saat itu Maret 1984, Moscow sedang mempersiapkan leg kedua untuk perempat final Piala UEFA melawan Anderlecht.
Sup yang dimaksud Cherenkov mungkin bisa dimaklumi mengingat kejadian itu berlangsung di Tbilisi, saat itu cuaca sedang dingin di ibu kota Soviet.
Tapi mengapa dia berteriak dan sekonyong-konyong berkata, "Mereka mencoba meracuni kita!" Mengapa?
Asal Muasal Cerita
Anderlecht memenangi leg pertama di Brussel dengan skor 4-2, tetapi Spartak Moscow masih punya peluang. Mereka memiliki tim yang brilian, yang terbaik dalam satu generasi.
Tapi saat itu ada yang tidak beres dengan pemain bintang mereka. Hanya empat bulan sebelumnya, Cherenkov telah bersinar di panggung Eropa, mencetak dua gol - termasuk gol kemenangan dramatis di menit-menit terakhir - saat Spartak Moscow menyingkirkan Aston Villa.
Dan itu membuat Aston Villa sangat terkesan sehingga mereka berusaha untuk merekrut gelandang berusia 24 tahun itu. Mereka pasti sudah tahu betul bahwa pemerintah Soviet tidak akan pernah mengizinkan para pesepakbola mereka - apalagi tokoh-tokoh besar seperti Cherenkov - pindah ke Barat.
Secara keseluruhan, 1983 merupakan tahun yang fenomenal bagi Cherenkov. Tak dapat disangkal ia adalah pesepakbola terbaik di negaranya, ia memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Uni Soviet, meskipun klubnya Spartak Moscow finis kedua di liga.
Cherenkov adalah sosok penting bagi tim nasional Soviet, ia mencetak dua gol ke gawang Portugal dalam kemenangan 5-0 pada kualifikasi untuk Kejuaraan Eropa.
Berkat kehebatannya nama Cherenkov melambung dan gemilang, dan dalam konteks itulah teman baiknya mengatakan,
"Beban psikologisnya mungkin terlalu berat," kata Sergey Rodionov, striker bintang Spartak era 1980-an,
Mereka yang menyaksikan momen 'menakutkan' di Tbilisi itu tentu tak lepas dari bayang-bayang ingatan itu. Pada saat berteriak dan mengatakan sup itu telah diracuni, kawan-kawannya beranggapan Cherenkov mengalami halusinasi, dia ketakutan. Sangat ketakutan. Bahkan mencoba melompat keluar dari jendela hotel.
Pelatih Spartak saat itu, Konstantin Beskov tahu bahwa anak didiknya tidak akan bisa bermain melawan Anderlecht.
Pemain Spartak Moscow yang lain Rodionov mencetak gol telat dalam kemenangan 1-0, tetapi itu tidak cukup untuk menang. Spartak tersingkir dengan agregat 3-4. Tapi kekalahan adalah hal terakhir di benak para pemain. Mereka mengkhawatirkan kesehatan Cherenkov.
Setelah kembali ke Moskow, Cherenkov segera dibawa ke rumah sakit, dan baru kembali ke lapangan pada bulan Juni.
Sedari tadi mungkin Anda bertanya-tanya, apa yang Cherenkov derita? Tidak ada yang tahu pasti, tapi sakitnya tidak kunjung hilang, dan kunjungan ke rumah sakit menjadi sering.
Sakitnya Cherenkov otomotis mempengaruhi sisa kariernya, dan bahkan menjadi bagian dari hidupnya sampai akhir.
"Fyodor mengalami periode depresi dan stres, tetapi kami tidak pernah sepenuhnya memahami sifat dari masalah itu. Orang jenius tidak dapat didiagnosis. Kami hanya bisa menebak," kata Rodionov.
Fyodor Cherenkov Jenius yang Rendah Hati
Kata jenius digunakan secara universal oleh mereka yang melihat permainan Cherenkov, dan terutama oleh mereka yang cukup beruntung untuk menjadi rekan satu timnya.
Sebuah spanduk raksasa yang dibentangkan oleh fans Spartak Moscow menggambarkan Fyodor Cherenkov, bagaimanapun juga tetap menjadi sosok yang dicintai di Spartak, dia sangat dikagumi.
"Dia jenius langka yang bisa menggiring bola, mengoper dan menembak," kata Vagiz Khidiyatullin, seorang bek di tim Spartak dan Uni Soviet tahun 1980-an.
"Permainannya murni seni. Dengan setiap gerakan, dia membuat hidup lebih mudah bagi rekan satu timnya dan lebih sulit bagi lawan. Kecerdasannya luar biasa."
Penggemar suka menonton Cherenkov yang kurus dan ramping. Dia sangat cocok untuk gaya umpan pendek klasik dan itu yang disukai oleh para pemain dan penggemar Spartak Moscow.
Cherenkov berada di starting line-up, sepanjang bertahun-tahun dan pada 1979 Moskow dihantarkan jadi juara. Sejak saat itu, gelandang yang bernama Fyodor Cherenkov mendefinisikan Spartak. Para pendukung memujanya.
Tapi dia juga punya daya tarik yang unik dan lebih luas. Bahkan mereka yang membenci Spartak pun menyukai Cherenkov. Dia dikenal sebagai "pesepakbola rakyat". Keterampilannya yang hebat dan kepribadian yang luhur membuatnya populer di setiap sudut Uni Soviet.
Baik hati, murah hati, sederhana, dan pemalu, Cherenkov tidak cocok dengan pola umum pesepakbola 'bintang'. Faktanya, dia tidak pernah merasa seperti bintang, sama sekali tidak pernah.
"Fyodor Cherenkov selalu bertanya-tanya: 'Kenapa aku? Kenapa mereka menyebut namaku? Kenapa mereka sangat menyukaiku?' Dia bahkan tidak mengerti mengapa dia begitu populer, "kata mantan rekan setimnya Sergey Shavlo.
Cherenkov tampaknya pria biasa yang kebetulan sangat bagus dalam sepakbola. Dia mudah didekati dan lembut, dia tidak pernah menolak untuk difoto, atau menandatangani tanda tangan. Dia suka memberi hadiah tidak hanya untuk anggota keluarga dan teman, tetapi juga untuk tetangga dan orang asing.
"Fyodor peduli pada orang lain. Kebaikannya benar-benar tidak mengenal batas," kata Rodionov.
Putri Cherenkov, Anastasia, adalah seorang gadis kecil di era 80-an.
"Saya tidak mengerti kehebatan ayah saya, karena dia tidak berperilaku seperti bintang," katanya. "Saat orang-orang menghentikannya di jalan, dia hanya berbicara dengan mereka dengan tenang dan sopan. Dia benci pujian."
Melawan Penyakit dengan Terus Bermain
"Fyodor sangat berkemauan keras," kata Rodionov. "Orang mungkin tergoda untuk melihat penyakitnya sebagai indikasi kelemahan, tapi kenyataannya justru sebaliknya.
Bayangkan betapa sulitnya untuk kembali ke lapangan sepak bola setelah masa krisis di rumah sakit dan tampil di level tertinggi.
"Itu sangat sulit, baik secara psikologis maupun fisik - setelah melewatkan begitu banyak sesi pelatihan. Namun Fyodor melakukannya, berkali-kali. Dan dia bermain dengan cemerlang."
Sewaktu masih berusia 20 tahun, Cherenkov mencetak gol dalam kemenangan 2-1 atas Brasil pada tahun 1980, pertandingan persahabatan yang berlangsung di stadion Maracana itu membekas. Orang-orang Brasil sangat terkesan dengan kemampuannya. Sepertinya dia ditakdirkan menjadi legenda. Begitu pikir orang-orang Brasil.
Tapi sakit menghalangi kariernya. Setelah pulih dari gangguan mental pertamanya pada tahun 1984, Cherenkov menjadi bagian integral dari rencana Uni Soviet untuk Piala Dunia 1986, tetapi ia kembali jatuh sakit selama kamp pelatihan musim dingin di Meksiko.
Ketika manajer Eduard Malofeev secara kontroversial digantikan oleh Lobanovsky beberapa minggu sebelum turnamen dimulai, terang saja pelatih yang baru membawa Dynamo Kyiv juara itu mengandalkan jejaringnya.
Tapi orang-orang Soviet berpikir Cherenkov bisa dengan mudah menyesuaikan diri, tetapi Lobanovsky tampaknya punya ide lain.
Di level klub, Cherenkov masih terus bersinar. Rentang tahun 1987-1989 ia membawa Spartak Moscow juara di pelbagai level.
Pada usia 30 tahun, Piala Dunia di Italia adalah kesempatan terakhirnya untuk membela timnas. Tetapi Lobanovsky sekali lagi memilih untuk tidak memanggilnya, dan tahun 1990 mungkin merupakan tahun paling suram bagi Cherenkov.
Itu tahun dimana Cherenkov memilih untuk mencoba peruntungan di luar negeri, kondisi politik negara mengharuskannya berbuat demikian.
Cherenkov sadar dan sepenuhnya memahami bahwa hidup tidak akan nyaman di luar Moskow, Cherenkov hanya ingin melakukan petualangan baru bersama teman terbaiknya, Rodionov.
Masing-masing menerima banyak tawaran secara terpisah, tetapi anehnya hanya Red Star FC dari divisi dua Prancis yang setuju untuk menandatangani keduanya.
Jadi, bakat Soviet yang hebat bergabung dengan klub Paris yang kecil? Tentu saja itu sama sekali tidak cocok dengan levelnya. Masalah psikologisnya menjadi tak tertahankan, dan dia kembali ke tanah airnya lebih cepat dari jadwal.
Dikenang dengan Penuh Cinta
Cherenkov meninggal pada Oktober 2014 pada usia 55 tahun. Di senja kariernya yang unik, Cherenkov bersinar secara sporadis di Spartak pada tahun 1991 dan 1993, tetapi di sela-sela itu Cherenkov melewatkan seluruh tahun 1992 dalam keadaan sakit.
Kapanpun dia fit dan mampu bermain, fans datang untuk menonton dengan senyuman di wajah mereka. Dia masih "pesepakbola rakyat" dan terus dipertahankan dalam hal itu bahkan setelah pensiun pada tahun 1994.
Tanpa sepakbola, Cherenkov menghilang dari kehidupan publik. Dia berjuang dengan serangan penyakit yang menjadi semakin serius, dan berusaha bunuh diri lebih dari satu kali.
Cherenkov pingsan di luar rumahnya dan dinyatakan meninggal tak lama setelah tiba di rumah sakit lokal Moskow. Hasil Otopsi menemukan fakta bahwa dia terkena tumor otak.
Ribuan orang pergi ke pemakamannya, dan tidak hanya penggemar Spartak Moscow. Mereka yang hadir mengenakan syal Zenit St Petersburg, CSKA Moscow atau Dynamo Kyiv, dan yang menyatukan mereka adalah Cherenkov.
Dia lebih dari sekedar bintang sepak bola.
"Saya hanya sepenuhnya memahami jumlah cinta yang dimiliki orang-orang untuk ayah saya setelah dia meninggal," kata Anastasia.
"Orang-orang mendatangi saya dan mengatakan sebagian dari jiwa mereka telah mati bersamanya. Mereka terus mengatakan itu bahkan sampai hari ini. Itu sangat mengharukan. Saya sangat berterima kasih kepada mereka karena mereka mengingatnya."
Sementara itu, karibnya berkata, "Fyodor terus hidup di hati orang-orang. Dia memberi orang terang, dan cahaya kembali kepadanya."
"Dia menikmati bermain sepak bola, meskipun terkadang sulit. Setiap sentuhan bola adalah obat terbaik untuknya. Dia jenius dengan nasib yang tragis,” tutup Rodionov.
Pergilah ke Moscow Anda akan temui monumen agung Fyodor Cherenkov atau tanyalah ke orang-orang Moscow berada di langit atau bersemayam dihati mereka kah seorang Cherenkov. Tentu saja.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini