Pep Guardiola. Kredit: instagram.com/mrpepguardiola
Libero.id - Sebelum menjadi pelatih sukses, Pep Guardiola adalah pemain jempolan. Meski memiliki reputasi harum, pria Katalunya itu juga punya noda hitam dalam kariernya. Pada 2001, dia dihukum 4 bulan karena doping.
Cerita Guardiola dinyatakan positif Nandrolone dimulai pada 11 April 2001. Saat itu, kapten Barcelona mengumumkan niatnya untuk meninggalkan klub setelah 17 tahun mengabdi. Salah satu alasan Guardiola meninggalkan Camp Nou adalah cedera yang datang silih berganti sepanjang 1999, 2000, hingga 2001. Dia menyatakan itu keputusan pribadi.
Pada 24 Juni 2001, Guardiola memainkan pertandingan terakhir dengan El Barca melawan Celta Vigo di La Liga. Dia pergi setelah memainkan 479 pertandingan dalam 12 musim untuk tim utama dan memenangkan 16 trofi.
"Ini perjalanan yang panjang. Saya senang, bangga, gembira dengan cara orang memperlakukan saya sehingga saya memiliki banyak teman. Saya tidak bisa meminta lebih. Saya punya banyak kesempatan bermain di level atas. Saya tidak datang untuk membuat sejarah, melainkan membuat sejarah saya sendiri," kata Guardiola saat itu, dilansir Sport.
Meninggalkan Barcelona di usia 30 tahun, Guardiola bergabung dengan tim Serie A, Brescia. Saat itu, dia datang sebagai pengganti Andrea Pirlo dalam peran playmaker di lini tengah. Di sana dia bermain bersama Roberto Baggio di bawah arahan Carlo Mazzone.
Setelah bertugas di Brescia dengan hanya mencatatkan 11 penampilan di Serie A dan sejumlah cedera serta skorsing, Guardiola pindah ke AS Roma. Dia datang ketika Serigala Ibu Kota Italia baru memenangkan gelar juara Serie A.
Sayang, waktunya di Italia tidak semulus saat di Spanyol. Reputasi Guardiola sebagai pemain bersih tercoreng doping. Pada 21 Oktober 2001 setelah laga Brescia melawan Piacenza, Guardiola terpilih menjalani tes doping. Hasilnya, 2 sampel urine yang disodorkan Guardiola positif mengandung "Nandrolone".
Dalam dunia medis, Nandrolone dikenal sebagai 19-nortestosterone. Itu adalah androgen and anabolic steroid (AAS) yang digunakan dalam bentuk ester seperti nandrolone decanoate (nama merek Deca-Durabolin) dan nandrolone phenylpropionate (nama merek Durabolin).
Ester nandrolon digunakan dalam pengobatan anemia, cachexia (sindrom wasting), osteoporosis, kanker payudara, dan untuk indikasi lainnya. Mereka tidak digunakan melalui mulut dan sebagai gantinya diberikan melalui suntikan ke otot atau lemak.
Efek samping ester nandrolon termasuk gejala maskulinisasi seperti jerawat, peningkatan pertumbuhan rambut, perubahan suara, dan penurunan hasrat seksual karena kemampuannya untuk menekan sintesis testosteron endogen sementara androgen itu sendiri tidak mencukupi. Mereka adalah androgen sintetis dan steroid anabolik dan karenanya merupakan agonis dari reseptor androgen (AR), target biologis androgen seperti testosteron dan dihidrotestosteron (DHT).
Nandrolone memiliki efek anabolik yang kuat dan efek androgenik yang lemah, yang memberikan profil efek samping ringan serta membuatnya sangat cocok untuk digunakan pada wanita dan anak-anak. Ada metabolit Nandrolone yang bertindak sebagai prodrugs tahan lama di dalam tubuh, seperti 5α-dihydronandrolone.
Ester nandrolon pertama kali dijelaskan dan diperkenalkan untuk penggunaan medis pada akhir 1950-an. Mereka adalah salah satu AAS yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Selain penggunaan medisnya, ester nandrolon digunakan untuk meningkatkan fisik dan kinerja, dan dikatakan sebagai AAS yang paling banyak digunakan.
Zat ini masuk kategoti narkotika dan obat-obatan berbahasa. Karena sifatnya, Nandrolone merupakan zat yang dikendalikan dan terbatas peredarannya oleh banyak negara. Akibatnya, penggunaan non-medis dilarang dan orang yang menggunakan tanpa izin akan terkena Undang-Undang Narkotika.
Karena sifatnya itulah Nandrolone sudah digunakan sebagai doping di berbagai cabang olahraga pada 1960-an. Kemudian, IOC melarang penggunaannya sejak Olimpiade 1974. Meski dilarang, bukan berarti Nandrolone hilang 100%. Hingga hari ini ada ribuan kasus yang terbongkar di seluruh dunia.
Salah satunya yang menimpa Guardiola pada 2001. Pada periode yang sama Edgar Davids, Jaap Stam, hingga Frank de Boer juga dinyatakan positif mengandung zat terlarang itu. Dan, Guardiola harus menerima kenyataan pahit dihukum 4 bulan serta denda 50.000 euro.
Guardiola tidak menerima keputusan itu. Dia mengajukan banding dengan alasan zat terlarang itu tanpa sengaja masuk ke tubuhnya ketika menjalani pengobatan cedera. Meski harus menjalani skorsing 4 bulan, Guardiola terus mencari keadilan dengan gugatan ke pengadilan.
Enam tahun kemudian, gugatan Guardiola dikabulkan Federal Court of Justice of the Italian Football Federation. Pada 23 Oktober 2007, Guardiola dibebaskan atas banding dari semua tuduhan yang terkait dengan larangan tersebut.
Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI), sebagai pihak yang merasa dirugikan dengan keputusan itu, gantian melakukan banding. Jaksa penuntut, Ettore Torri, membuka kembali kasus itu dan tetap bersikeras bahwa Guardiola bersalah atas penggunaan doping secara sengaja.
Lagi-lagi Guardiola memenangkan gugatan itu. Pengadilan Antidoping Nasional Italia yang digelar menolak permohonan CONI. Pada 29 September 2009, mereka justru mengabulkan untuk membersihkan nama Guardiola dari kasus itu.
Meski dibebaskan, ada sejumlah kecurigaan yang diungkap media-media Italia dan Spanyol. Salah satunya misteri keberadaan Dr Ramon Segura. Saat itu, Segura adalah dokter pribadi Guardiola. Dokter tersebut juga menangani De Boer ketika dinyatakan positif doping yang sama seperti Guardiola ketika membela Barcelona melawan Celta Vigo di Piala UEFA.
Ketika melatih pelatih Barcelona, Segura ditunjuk menjadi menjadi Kepala tim medis El Barca. "Guardiola mengambil program suplementasi harian ini dengan sangat serius dan menekankan kepada para pemain tentang kebutuhannya dan memastikan mereka mengikutinya," jelas Segura saat bekerja dengan Guardiola.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini