Libero.id - Keberhasilan Manchester City di Liga Premier dalam merengkuh gelar juara pada musim 2011/12 sungguh luar biasa.
Itu mungkin musim yang menyenangkan tapi bukanlah musim yang mudah secara keseluruhan. Butuh perjuangan. Selain berjuang, idiom yang tepat untuk menggambarkan situasi waktu itu ialah tabah sampai akhir.
Begini, saat itu Roberto Mancini yang memegang tanggung jawab, dan City hanya membutuhkan kemenangan pada hari terakhir, pada laga pamungkas melawan QPR.
Ya, ketika klub-klub lain mengunci gelar di pekan 30-an awal, The Citizen harus bersusah-susah hingga akhir untuk merebut gelar Liga Premier pertama mereka, setelah bertahun-tahun hanya jadi klub kacangan.
Musim itu memang sangat kompetitif, selisih poin dan gol antar klub amat berdekatan. Pada pertandingan yang sama, rival sekota mereka, United juga bertanding melawan Sunderland.
Dalam debar yang tak karu-karuan, Manchester City terus menjaga asa. Sempat tertinggal 2-1 hingga babak injury time, pada akhirnya waktu dan usaha mereka atas itulah yang berbuah manis.
Lima menit yang mengharukan, yang menentukan. Itulah jumlah waktu tambahan waktu itu. Dan City berhasil membuat evolusi yang luar biasa.
Edin Dzeko menyamakan kedudukan, di menit awal injury time, sebelum akhirnya gol spektakuler Sergio Aguero di detik-detik terakhir membuat fans City bersuka cita. Keringat dan doa-doa dari fans City terbayar sudah. Sergio Aguero dkk mengangkat trofi.
Kisah SC Internacional yang Nyaris Mirip dengan City
Di belahan bumi lain, ada cerita serupa tapi nasib memisahkan jalan klub satu ini dengan Manchester City. Adalah klub asal Liga Brasil yakni Sport Club Internacional yang mengira mereka telah melakukan sesuatu yang sangat mirip dengan perjuangan City, dan SC Internasional berusaha menciptakan momen ala mereka sendiri pada Kamis malam (24/2/2021) yang lewat.
Perlu diketahui, SC Internacional belum memenangkan gelar liga Brasil sejak 1979, bayangkan penantian yang panjang dan betapa sabarnya para penggemar. Harapan itu membuncah pada musim 2020/21, tanda-tanda klub yang bermarkas di Beira-Rio untuk juara menguat.
Internacional memasuki laga pamungkas dengan kesadaran penuh bahwa kemenangan akan mengakhiri musim kemarau. Mereka harus menang dan mereka akan juara. Tak ada pilihan lain. Sebab mereka tertinggal 2 point dari Flamengo.
Tapi mimpi itu berakhir di tangan Corinthians, kedua klub ini bermain tanpa gol hingga waktu tambahan. Yang mendebarkan dari laga ini terjadi pada menit ke-97, ketika salah seorang pemain dari Internasional menjebloskan bola ke gawang Corinthians.
?? Internacional miss out on a first Brazilian league title since 1979.
With Flamengo losing elsewhere all they needed was a goal. Instead they had a penalty overturned by VAR and two goals ruled out.
...One in the 90’+7th minute. ?
?: @TNTSportsBR pic.twitter.com/KjTvNeMhrW
— FotMob (@FotMob) February 26, 2021
Para pemain dan staf Internacional menjadi histeris. Sejumlah pemain Internacional berlari ke lapangan untuk merayakan, sementara penjaga gawang mereka Edenilson melepas bajunya.
Namun, kegembiraan mereka berubah menjadi keputusasaan saat bendera dikibarkan oleh wasit dan itu artinya offside.
Para pemain Internacional berkerumun di sekitar hakim garis yang terus berdiri tegak dan terus mengangkat dan mengibarkan benderanya. Keputusan wasit tak goyah.
Untuk menghindari konflik berkepanjangan, wasit utama melihat VAR dan setelah melihat tayangan ulang gol dari Internacional itu tetaplah dinilai offside.
Dan sialnya, itu bukan satu-satunya keputusan yang kontroversial. Di awal pertandingan, penalti mereka dibatalkan oleh VAR karena dianggap tak ada kontak fisik yang serius ketika pemain Internacional terjatuh dan satu gol lainnya dianulir juga karena VAR.
Sepertinya itu memang bukan harinya Internacional. Anda hanya bisa membayangkan kekecewaan mereka saat peluit akhir dibunyikan.
Hasil imbang itu, dengan kata lain adalah juara untuk Flamengo, mantan klub Ronaldinho ini memenangkan gelar hanya selisih satu point dan dinobatkan sebagai juara untuk tahun kedua berturut-turut.
Malang betul nasib SC Internacional. Tapi mari kita beri hormat atas perjuangan mereka.
Media Malaysia Soroti 9 Pemain Timnas Indonesia yang Pilih Ikut Pendidikan Polisi
Di Malaysia, mimpi pemain muda gabung Real Madrid. Di Indonesia, jadi Polisi.Tegas! Termasuk Rumput, PSSI Pasti Benahi JIS Sesuai Arahan FIFA
PSSI pastikan jalankan semua rekomendasi FIFA.Sindir Pemain Timnas yang Daftar Polisi? Marselino Ferdinan Pose jadi Maling
Ada-ada saja ulah pemuda Indonesia yang satu ini.Piala AFF U-23 2023 di Depan Mata, 4 Pemain Timnas ini Justru Ikut Pendidikan Polisi
Cita-cita pemain itu seharusnya main di Real Madrid. Bukan jadi Polisi atau PNS.Asnawi Mangkualam Berpakaian Layaknya Artis K-Pop, Ini Tanggapan Kocak Netizen
Makin terbiasa dengan budaya di Korsel wkwk...
Opini