Libero.id - Sejak tahun 1971, pesepakbola terbaik di Greenland pasti akan berkumpul untuk bermain di Grønlandsbanken Final 6. Itu adalah kompetisi sepak bola yang berlangsung selama seminggu sekaligus merupakan kompetisi terpendek yang diselenggarakan di wilayah Arktika.
Pertandingan tersebut berlangsung di sebuah pulau vulkanik kuno, di mana gunung es terlihat di kejauhan dan kita dapat melihat secara langsung paus yang naik ke permukaan perairan. Yang lebih menarik lagi, 10 persen populasi Greenland berpartisipasi di liga, angka tersebut adalah sebagian dari jumlah total masyarakat Greenland yang total ada sekitar 56,081 ribu juta jiwa.
Sepak Bola di Wilayah Artika
Greenland adalah negara sebesar Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia. Tapi, tidak seperti negara-negara yang terobsesi dengan sepak bola, hanya 20 persen dari tanah Greenland yang benar-benar layak huni. Sisanya adalah hamparan es. Ada sangat sedikit daerah berumput dan selama sekitar sembilan bulan dalam setahun tidak mungkin untuk bermain sepak bola karena lapangan disana akan tertutupi oleh salju tebal sekali.
Karena kondisi cuaca yang ekstrem, bepergian juga seringkali sulit - bahkan di musim panas, bermain sepak bola adalah mimpi buruk. Kendati begitu, masyarakat Greenland tidak mau menyerah begitu saja untuk menikmati sepak bola mereka. Olahraga paling digemari di seluruh dunia itu kini sedang berkembang pesat di Greenland, dan masih menjadi olahraga paling populer di negara yang bahasa ibunya adalah bahasa Denmark. Ada sekitar 5.000 pemain di Greenland, yang merupakan 10 persen dari populasi.
Ada Pulau Bernama Pulau Disko
Qeqertarsuaq di Pulau Disko adalah tempat favorit untuk menggelar kompetisi Grønlandsbanken Final 6 - di mana beberapa tim seperti B-67 atau G-44 akan bersaing memperebutkan trofi. Nama Pulau Disko tentu saja tidak diartikan secara harfiah sebagai tempat untuk ‘foya-foya’ melainkan memang pengambilan nama disana seperti itu (Disko Island).
Dalam beberapa tahun terakhir, pulau vulkanik itu menerima lapangan buatan yang memiliki pegunungan datar berwarna merah yang oleh penduduk setempat disebut The Grand Canyon di satu sisi dan pantai berpasir hitam di sisi lain. Untuk mencapai pulau tersebut setiap tim harus berlayar ke pulau dengan pemainnya. Ada delapan tim yang bersaing dalam turnamen selama seminggu dari seluruh negeri. Mereka sampai di sana dengan memenangkan pertandingan kualifikasi regional yang berlangsung selama bulan Juli.
Beberapa tahun kebelakang, Qeqertarsuaq yang merupakan lapangan buatan adalah bentuk kemajuan dari masyarakat Greenland untuk mengelola sepak bolanya.
Rawan Cedera
Cedera adalah bagian tak terpisahkan dari olahraga apa pun, tapi jenis yang diderita oleh para pemain Greenland - patah kaki, patah hidung, dan patah lengan akan lebih mirip dengan pertandingan UFC (Ultimate Fighting Championship) dan sebagian dapat disalahkan karena kondisi dan fasilitas.
Sebelum 2016, kejuaraan dimainkan di atas pasir dan batu. Kondisi geografi tersebut membuat para fisioterapis sibuk dan para pemain banyak yang mengalami cedera.
"Itu pada dasarnya lapangan pasir yang keras," ujar kapten B-67, Johannes Groth kepada CNN Sport.
"Kadang-kadang ada batu-batu besar jadi ketika Anda bermain keras, itu akan sangat menyakitkan.". Tapi coba tebak siapa pemain yang mendapatkan cedera paling parah? ya benar itu adalah kiper.
"Untuk menjadi penjaga gawang di lapangan-lapangan itu, Anda benar-benar harus memberikan diri Anda sepenuhnya," ujar mantan kapten G-44, Johan Frederik Zeeb.
"Anda harus memiliki beberapa lapis pakaian untuk menjadi penjaga gawang di tanah yang kotor. Anda mendapat banyak goresan di sekujur tubuh Anda."
Berusaha Mendapatkan Pengakuan Dunia
Tahun ini, Kalaallit Arsaattartut Kattuffiat (KAK) atau federasi sepak bola Greenland sedang dalam rencana untuk mendapatkan status resmi dari FIFA.
Dalam hal ini, FA Denmark membantu mereka dengan pembangunan lebih banyak lapangan buatan sedang berlangsung.
"Kami memiliki kesepakatan antara Asosiasi Sepak Bola Denmark dan Persatuan Permainan Bola Greenland untuk mengembangkan sepak bola di Greenland," ujar presiden FA Denmark, Jesper Møller.
"Itu adalah rencana kami untuk membangun enam lapangan buatan berukuran penuh pada tahun 2021, tetapi sudah ada 11 atau 12. Ini merupakan kesuksesan besar. Ini perjalanan yang panjang tapi kami telah memulainya. Masa depan sepak bola Greenland cerah."
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini