Libero.id - Anda mungkin tak mau tahu menahu, tentang siapa yang terbaik dan mencapai level legenda dalam sejarah penjaga gawang Italia selain nama Gianluigi Buffon.
Namun sejarah tak dapat disembunyikan, serapat apapun usaha manusia untuk menyembunyikannya. Faktanya, Italia pernah punya (meski sebentar) bakal saingan Buffon di awal-awal kariernya. Dialah Angelo Pagotto.
Dia pernah menjadi bintang muda di Italia, dia dianggap hebat, tetapi masalah kokain dan gaya hidupnya yang tak beres membuang potensinya ke dasar lubang paling dalam.
Sudah pasti Anda asing dengan nama itu. Pagotto adalah mantan penjaga gawang U-21 timnas Italia, dia memperkuat Italia dalam kejuaraan Eropa tahun 1996. Di tim yang sama, Buffon hanyalah penjaga gawang lapis kedua.
Di bawah mistar gawang Pagotto tampil dengan tangguh, bersama dengan Fransesco Totti, Nesta, dan kawan-kawan dia membawa Italia melaju mulus sampai babak final.
Di partai puncak Italia bertemu dengan Spanyol. Dan laga berjalan imbang hingga waktu kelar dan dengan begitu harus dilanjut adu penalti Pagotto dengan sangat meyakinkan menyelamatkan dua penalti, hasil tendangan dari Ivan de la Pena dan Raul Gonzalez.
Pasca kompetisi itu, Pagotto menerima banyak pinangan dari klub-klub besar Eropa. Di antaranya dia menolak Juventus, lalu menandatangani kontrak dengan AC Milan, tetapi akhirnya amat singkat di San Siro.
Dan kita mulai menemui titik terang, akhir dari cerita kegemilangan Pagotto. Saat dia bergabung dengan Perugia Calcio dan dia diskors karena ketahuan doping pada tahun 1999.
"Pada tahun-tahun itu Anda masih bisa melewatkan tes doping dan jika saya memiliki hati nurani yang buruk, saya mungkin akan melakukannya," kata Pagotto kepada La Gazzetta dello Sport saat dia membantah tuduhan itu.
"Tapi saya tenang, saya dites negatif seminggu sebelumnya di Parma dan seminggu setelahnya di Padua. Hanya dalam tes antara dua pertandingan itu saat melawan Fiorentina, saya dinyatakan positif, bagi saya itu aneh ..."
Pasca kejadian itu, Pagotto tidak diizinkan bermain sepak bola selama dua tahun, dan ada opsi diperpendek jadi enam bulan saja jika dia mengakui kesalahannya itu. Namun dia tetap bersikukuh.
"Semuanya berjalan lancar, saya tidak punya teman, saya menghabiskan dua tahun di Liguria. Ibu saya menyewakan hotel, dia mempercayai saya," kenang Pagotto.
"Ada hari-hari saya tidak bisa bangun dari tempat tidur setelah pulang dari klub malam, dan saya memulai gaya hidup liar. Ketika saya menyadari situasinya semakin tidak terkendali, saya melihat ke cermin dan membuat diri saya bersemangat."
"Saya tidak malu mengatakan bahwa saya menerima bantuan, saya tidak bisa melawan depresi sendirian," ujarnya
Pagatto sempat pergi ke Jerman untuk mencari peruntungan, bukan di sepak bola melainkan dia bekerja Sebagai koki di restoran pizza,
"Saya pergi ke Jerman, saya bekerja di restoran pizza, sebagai koki, semuanya saya lalui," kata Pagotto .
Sekarang Paggato telah berusia 47 tahun, dan dia mulai bernostalgia kembali dengan sepak bola. Sekarang Pagotto bekerja sebagai pelatih penjaga gawang untuk klub kecil yang bermain di kasta kedua Italia, yakni Avellino.
Pesan morilnya: jauhi narkoba.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini