Kredit: instagram.com/giovaneelber
Libero.id - Pada November 2003, Olympique Lyon mengunjungi Stadion Olimpiade untuk melawan Bayern Muenchen dalam pertandingan Liga Champions. Gol kemenangan klub Prancis itu dicetak striker berdarah Brasil, Giovane Elber.
Meski gol Elber membawa kekalahan Bayern selaku tim tuan rumah, gol itu justru disambut hangat oleh para pendukung Bayern di lapangan. Bagi sebagian orang, ini mungkin tampak seperti reaksi yang aneh. Tapi, bagi para penggemar Bayern, ini adalah kesempatan menghormati mantan pemain bintang yang telah berkontribusi besar bagi kesuksesan tim Bavaria.
Pujian yang diberikan kepada Elber jelas terlihat di laman resmi Bayern, di mana mereka menulis ‘Si Ajaib dari Brasil’ Giovane Elber berhasil menaklukkan hati dan mencetak rekor. Elber dianggap menciptakan warisan yang tak terlupakan, baik di klub maupun di antara para penggemar Bayern.
”Ketika dia meninggalkan Bayern, Elber telah diplot sebagai pencetak gol non-Jerman terkemuka dalam sejarah Bundesliga. Itu adalah gelar yang akan dia pegang sampai bagian terbaik selama dua decade. Dia mencetak 132 gol dari 250 pertandingan hingga torehan itu dikalahkan pemain Bayern lainnya, Arjen Robben, pada 2017,” tulis pernyataan Bayern, seperti dikutip Punditfeed.com.
Karena itu, para fans Bayern memberikan penghargaan kepada Elber. Dia dijuluki sebagai 'Samba Striker' atas kontribusinya selama bergabung antara 1997 dan 2003. Pria yang kini berusia 48 tahun itu pernah membawa Die Roten meraih empat gelar Bundesliga, DFB-Pokal (3), DFB-Ligapokal (1), Liga Champions (1), dan Piala Intercontinental (1).
Kisah Elber Bergabung bersama Bayern
Elber pindah ke Bayern setelah tiga tahun sukses bersama VfB Stuttgart. Dia mencetak 41 gol liga dengan rata-rata mencetak satu gol per pertandingan. Reputasi itu akhirnya membawa Bayern merekrut Elber.
Selain musim 2003/2004 ketika dia hanya memainkan empat pertandingan bersama Bayern - meskipun masih mencetak dua gol - sebelum pindah ke Lyon, dia mencetak lebih dari 20 gol di setiap musim bersama tim Bavaria. Satu-satunya torehan di bawah 20 gol terjadi pada musim 1999/2000, di mana dirinya hanya mencetak 19 gol.
Elber menjadi pencetak gol terbanyak klub di setiap musimnya, kecuali satu musim ketika total golnya diungguli oleh Carsten Jancker.
Di musim pertamanya, Bayern mengamankan DFB-Pokal dan DFB-Ligapokal saat Elber menunjukkan kemampuannya dengan 21 gol selama periode tersebut. Dia akan mengulang jumlah yang sama musim 1998/1999 saat piala pramusim dipertahankan - seperti yang akan terjadi di dua musim berikutnya - walau mendapat hadiah lebih besar setelah meraih Bundesliga.
Dalam musim 'kosong' atau penurunan dengan jumlah 19 gol, Elber masih membawa Bayern mendominasi liga domestik. Sesuatu yang akan mereka ulangi dua tahun kemudian setelah mempertahankan gelar liga pada musim 2000/2001, sekaligus menambah Piala Intercontinental.
Yang terakhir dari gelar ganda itu menjadi tonggak pribadi Elber. Torehan 21 gol di liga membuatnya menjadi Torjägerkanone alias penembak jitu liga teratas. Musim penuh terakhirnya bersama Bayern terjadi pada musim 2002/2003. Dia tercatat paling produktif dengan 31 gol di semua kompetisi.
“Sungguh luar biasa saya telah melakukannya sekarang setelah hampir satu dekade di Bundesliga. Meraih gelar ganda, pencetak gol terbanyak dan kemudian 'Player of the Season' dari para penggemar. Semuanya luar biasa dan membuat saya sangat bangga. Saya senang karena banyak penggemar memilih saya,” tulis Elber, di laman resmi Bayern. "Senyum lebar di wajahnya hanya menegaskan kesenangan dan kebanggaan.”
General Manager Bayern, Uli Hoeness, menggemakan perasaan banyak orang di klub. “Dia anak yang luar biasa, pria super dengan kelicikan yang baik. Orang-orang di luar sana mencintainya," tuturnya.
Komentar semacam itu mungkin menggambarkan bahwa ada lebih banyak hal yang perlu dipahami tentang klub dan kasih sayang para penggemar untuk Giovane Elber, melebihi di atas berapa kali dia mampu memasukkan bola ke gawang lawan.
Kesenangan yang luar biasa dari permainan ini dan hubungan yang jelas dia miliki dengan para penggemar adalah jenis sikap yang selalu cenderung mendorong kesetiaan dan rasa hormat tiada henti.
Dia juga sering siap membantu mematenkan tempatnya di hati para penggemar. Pada Februari 2000, menjelang bentrokan Bayern dengan Real Madrid, pers mengaitkan beberapa komentar tidak menyenangkan tentang para pemain Bavaria itu dengan Vicente del Bosque, yang saat itu menjadi pelatih Los Blancos.
Terlepas dari apakah kutipan itu asli atau tidak, Elber dengan senang hati memberikan teguran tanpa henti setelah Bayern mengalahkan tim Spanyol itu, 4-2, di Bernabeu. “Camacho atau apapun namanya, berkata bahwa Jerman tidak bisa lewat. Mereka hanya bisa bertarung, tapi dia belajar sesuatu hari ini. Lain kali dia harus menutup mulutnya,” ujar Elber.
"Penggemar Bayern mencintainya, tidak hanya karena menyuarakan dukungannya kepada klub. Dia melakukannya secara terbuka yang tidak menimbulkan rasa malu tentang sentimen tersebut,” tulis laman tersebut.
Hal-hal seperti itu berarti bahwa ketika waktu seorang pemain selesai di klub, perpisahan seperti yang dikatakan Shakespeare dalam 'Romeo and Juliet' seperti kesedihan yang manis. “Perpisahan pasti menyakitkan, hanya mengetahui dia tidak akan berada di sana di pagi hari lagi,” kata mantan pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld.
Hoeness ikut memuji dan menjanjikan perpisahan khusus. "Dia mendapatkan semacam acara pelepasan yang tidak dimiliki siapapun yang pergi bermain untuk klub lain."
Ini adalah penghargaan pantas bagi seorang pemain yang diterima dengan hangat oleh klub, apalagi pemain itu telah memberikan begitu banyak berkontribusi pada periode kesuksesan Bayern.
Karena itu, tak heran apabila penggemar Bayern rela memadati Stadion Olimpiade pada malam yang dingin November 2003. Mereka tak peduli dengan fakta Elber yang justru mencetak gol ke gawang Bayern. Bagi para penggemar Bayern, Giovane Elber akan selalu menjadi 'Penyerang Samba' yang mereka cintai.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini