Kredit: instagram.com/academypandev
Libero.id - Meski sudah menjadi pemain terkenal, Goran Pandev ternyata tidak pernah lupa kampung halamannya di Strumica, Macedonia Utara. Di kota tempat kelahirannya itu, dia mendirikan klub sepakbola yang saat ini tampil berkompetisi kasta tertinggi, Akademija Pandev.
Pandev saat ini sudah menginjak usia 37 tahun. Tapi, dia masih aktif bermain di level atas bersama Genoa di Serie A dan tim nasional Macedonia Utara. Negara pecahan Yugoslavia itu dibantu lolos ke Piala Eropa untuk kali pertama dalam sejarah. Pekan ini, dia juga mencetak 1 gol untuk membantu negaranya mengalahkan Jerman 2-1.
Tapi, sebelum mencapai level legendaris, Pandev memulai semuanya dengan kerja keras. Lahir di Strumica ketika Yugoslavia masih eksis, Pandev memulai karier dari Akademi FK Belasica.
Berkat bakat yang menonjol, Pandev dilirik Inter Milan. Pada 2001 saat berusia 18 tahun, dia dipindahkan ke Italia. Lalu, Inter meminjamkan Pandev ke klub feeder, Spezia, pada 2002. Di sana dia menjadi pemain reguler di Serie C1 sebelum dipinjamkan lagi ke klub Serie A yang baru promosi, Ancona.
Pada transfer window musim dingin 2004, pemain Serbia, Dejan Stankovic, dikontrak Inter dari Lazio dalam kesepakatan transfer yang juga melibatkan Pandev di dalamnya. Dia bergabung dengan Lazio sebagai ganti kesepakatan kepemilikan bersama, dengan biaya hanya 500 euro!
Setelah tetap dipinjamkan ke Ancona hingga akhir musim 2003/2004, Pandev tampil mengesankan saat kembali ke Lazio. Saat itu, dia membuat 29 penampilan dan mencetak 3 gol, termasuk upaya yang tak terlupakan melawan Juventus saat Pandev melewati Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Gianluca Zambrotta sebelum mengalahkan Gianluigi Buffon dengan tembakan menyudut.
Musim berikutnya, Delio Rossi ditunjuk pelatih manajer Lazio dan Pandev mulai membentuk kemitraan mematikan dengan Tommaso Rocchi. Selanjutnya, pada 11 Januari 2009, Pandev mencetak hattrick pertamanya di Serie A ketika Lazio melawan Reggina.
Berkat penampilannya di Italia, pada 24 Maret 2009, Pandev dianugerahi Medali Pelayanan untuk Negara oleh Presiden Macedonia Utara, Branko Crvenkovski. Itu sebagai pengakuan atas prestasi olahraga dan kontribusinya untuk mengembangkan serta mempopulerkan olahraga di Macedonia Utara, serta mempromosikan negara ke luar negeri.
Penghargaan dari negara plus status sebagai Pemain Terbaik Macedonia Utara 2004, 2006, 2007, 2008, 2010 benar-benar menggugah hati Pandev untuk berbakti kepada tanah airnya. Pada 2010, setelah membantu Inter mendapatkan treble winners, Pandev memutuskan membuka akademi sepakbola di Strumica.
Tujuan pembentukan Akademija Pandev sangat mulia. Pandev ingin mendidik anak-anak muda lokal untuk menekuni sepakbola secara profesional. Anak-anak berusia 8, 9, 10 tahun dikumpulkan, dididik hingga usia 18, 19, 20 tahun sebelum dilepas ke klub profesional di Eropa.
Namun, sebelum pemain-pemain muda itu dibiarkan pergi ke luar Macedonia Utara, Pandev mengumpulkan mereka di skuad senior. Tim utama sekarang bermain di Divisi I setelah merangkak dari Divisi III dan Divisi II sejak 2014.
Untuk menunjang aktivitas klub, Pandev juga melakukan investasi di bidang infrastruktur. Pada 2014 dimulailah pembangunan "Pusat Olahraga Pandev" di Strumica, dekat stadion kota, yang di masa depan akan berfungsi sebagai lapangan resmi akademi.
Fasilitas olahraga yang dibangun Pandev diakui Asosiasi Sepakbola Macedonia Utara (FFM) sebagai yang terbaik di negara itu. Pandev tidak asal membangun. Dia mengacu pada fasilitas bintang 5 yang ada di Lazio, Inter, dan klub-klub elite Serie A lainnya.
Dengan mayoritas pemain merupakan produk akademi, Akademija Pandev punya prestasi yang layak dibanggakan. Meski belum pernah menjuarai Divisi I Macedonia Utara, tim yang warna seragamnya meniru Lazio itu berstatus juara Divisi II 2016/2017.
Pada musim berikutnya, mereka menjuarai Piala Macedonia Utara setelah mengalahkan Makedonija GjP di final. Kemenangan membawa mereka tampil di kompetisi Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sayangnya langkah Akademija Pandev dihentikan Zrinjski Mostar dari Bosnia-Herzegovina di Kualifikasi I dengan agregat 0-6 (0-3, 0-3).
Sebagai pemilik klub, Pandev dibantu Iija Matenicharov sebagai CEO dan Aleksandar Vasoski selaku pelatih. Vasoski adalah pelatih muda berusia 41 tahun yang sempat menjadi pemain Eintracht Frankfurt dan bermain bersama Pandev di timnas pada 2000-2008.
Dalam skuad Akademija Pandev terdapat juga Sashko Pandev sebagai kapten tim. Striker berusia 33 tahun itu adalah adik kandung Pandev yang sempat bermain di klub elite Kroasia, Dinamo Zagreb.
"Saya ingin mengatakan bahwa Pandev adalah titik referensi bagi tim nasionalnya. Dia adalah mercusuar bagi pemain-pemain seperti (Stefan) Ristovski, (Elif) Elmas, dan (Enis) Bardhi bermain," kata agen pemain asal Italia yang sudah dipercaya menjadi perwakilan Pandev selama bertahun-tahun, Leonardo Corsi, dilansir Tuttomercatoweb.
"Secara pribadi saya juga telah diminta Goran untuk merekomendasikan anak-anak didikannya dari Akademija Pandev ke berbagai klub di Italia. Itu tantangan yang menyenangkan," tambah Corsi.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini