Kredit: instagram.com/juliocruz_9
Libero.id - Masih ingat Julio Ricardo Cruz? Mantan striker Argentina yang bersinar bersama Feyenoord, Bologna, Inter Milan, hingga Lazio itu memang sudah pensiun. Tapi, jejaknya kini diikuti sang putra, Juan Manuel Cruz.
Bagi para penggemar Serie A dan timnas Argentina pada 2000-an, nama Cruz sangat akrab di telinga. Bermain sebagai penyerang tengah dengan kadang-kadang agak melebar ke sayap atau sedikit ke tengah sebagai gelandang serang, Cruz punya 22 caps untuk La Albiceleste. Dia bermain di Copa America 1997 dan Piala Dunia 2006.
Reputasi Cruz sebagai penyerang jempolan mulai terdengar ketika membantu Feyenoord menjuarai Eredivisie 1998/1999 dan Johan Cruijff Shield 1999. Lalu, pada musim panas 2000, Cruz pindah ke Bologna yang saat itu dilatih Francesco Guidolin.
Berkat aksi-aksi impresif di Stadio Renato Dall'Ara, Inter mengirimkan proposal transfer pada 14 September 2003. Dia sepakat bermain di Stadio Giuseppe Meazza dan tidak butuh waktu lama untuk sukses. Cruz adalah pemain yang berandil dalam hadirnya gelar juara Serie A (2005/2006, 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009) dan Coppa Italia (2004/2005, 2005/2006).
Sempat pindah ke Lazio pada 31 Juli 2009, Cruz memutuskan kontrak pada akhir musim 2009/2010 karena cedera. Lalu, dia mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola pada 7 September 2010 setelah menolak tawaran Napoli dan Grosseto.
Setelah gantung sepatu, Cruz pulang ke Argentina. Dia tidak aktif di sepakbola, melainkan mengurus bisnis kecil-kecilan dari uang tabungan selama bermain di Benua Biru. Urusan sepakbola hanya dikerjakan ketika sang anak tertua (Juanma) meminta mengajari cara menendang bola yang benar.
Hasil didikan Cruz terlihat saat Juanma menjalani debut profesional bersama Banfield kontra Lanus pada Primera División Argentina, 21 Maret 2021. Pada laga yang dimenangkan Banfield 2-0 itu, Juanma masuk pada menit 82 menggantikan Florencio Cola.
Saat menjalani debut, Juanma berusia 21 tahun. Dia lahir di Buenos Aires pada 19 Juli 1999. Tapi, sejak kecil mengikuti sang ayah berkelana ke Eropa. Sama seperti Cruz, Juanma juga memilih menjadi penyerang.
Bedanya, karier Juanma di sepakbola cukup unik. Jika Cruz sudah menendang bola sejak kanak-kanak, Juanma tidak. Percaya atau tidak, dia baru memainkan olahraga yang sama dengan ayahnya itu pada usia 17 tahun! Juanma langsung diterima di tim junior Banfield tanpa pernah belajar di akademi atau SSB lain sebelumnya.
Apakah itu yang disebut talenta? Fakta menunjukkan, Cruz sengaja menjauhkan sepakbola dari Juanma. Cruz mengirim sang putra ke San Jorge de Quilme. Itu adalah sekolah swasta yang paling banyak dipilih orang-orang kalangan atas di Buenos Aires Selatan.
"Saya tidak yakin apa yang terjadi. Tapi, ketika saya datang (ke Argentina) dari Italia saya satu tingkat di depan (lebih tinggi). Seharusnya saya sudah masuk kelas 5, bukan kelas 6," ujar Juanma, dilansir infobae.com.
Pada 2017, Juanma menyelesaikan studi sekundernya. Setelah 1 semester belajar akuntansi di Universidad de Catolica Argentina, Juanma memberanikan diri mengikuti trial di Banfield. Itu adalah klub sepakbola tempat ayahnya mengambil langkah pertama dalam karier profesional di masa lalu.
"Saya selalu ingin bermain sepakbola. Saya mengatakan kepada orang tua saya bahwa saya ingin bermain. Setelah 6 bulan (kuliah) saya beralih ke shift (kuliah) malam agar bisa datang ke Banfield untuk melakukan trial," ucap Juanma.
"Di universitas, saya hanya mengambil 4 mata kuliah dari 6 yang seharusnya saya ikuti. Kemudian, saya mulai kesulitan mengatur jadwal. Itu (kuliah) berakhir pada jam 11 malam dan keesokan harinya saya harus bangun jam 7 untuk berlatih. Jadi, saya tidak pergi lagi," tambah Juanma.
Setelah ulang tahunnya yang ke-18, Juanma mulai berlatih dengan tim (Banfield U-18) yang tampil di Divisi V. "Saya tidak tahu seperti apa lingkungan sepakbola di sini. Saya belum pernah berlatih. Saya belum pernah punya klub dan kenyataannya itu mengejutkan saya untuk selamanya. Tapi, saya menyukainya dan sekarang saya bergaul dengan sangat baik dengan rekan satu tim," ujar Juanma tentang adaptasinya.
"Awalnya saya tidak terlalu menyadari siapa lelaki tua itu (ayahnya). Kemudian, dia menemui saya di pertandingan dan orang-orang mereka mengenalinya. Mereka heboh. Saat itulah saya mulai menyadarinya. Saya membawa nama besar ayah," lanjut Juanma.
"Tentang sepakbola, ayah yang mengajari saya. Dia selalu menasehati saya bagaimana berdiri di lapangan, gerakan apa yang harus dilakukan. Saya mencoba mendengarkan dia karena dia lebih tahu dari saya," beber Juanma.
Jika Cruz mendapatkan julukan El Jardinero alias Tukang kebun, maka Juanma dilabeli El Jardinerito atau Tukang kebun kecil. Posisi bermain keduanya juga sama. "Saya selalu suka bermain di posisi nomor 9. Saya tidak tahu kebaikan apa yang saya miliki. Tapi, saya selalu menyukai posisi itu. Menahannya (bola), berputar, menuju ke gawang, semuanya," ungkap Juanma.
Karier Juanma terus menanjak dalam waktu singkat. Dalam waktu 1 tahun, dia sudah naik kelas dari tim yang bermain di Divisi V menjadi anggota skuad Cadangan. Ketika Hernan Crespo menjadi pelatih tim utama Banfield pada 2018-2019, Juanma semakin diperhatikan. Itu karena hubungan Cruz dengan Crespo yang sangat dekat saat sama-sama menjadi pemain.
"Teman-teman selalu bertanya apakah saya kenal Crespo. Saya ingat ketika saya masih kecil saya pergi menemui ayah di tempat latihan dan Hernan ada di sana. Tapi, saya tidak pernah berbicara dengannya. Saya masik kecil," ucap Juanma.
Mengenai mimpi besar, Juanma tidak pernah ragu untuk mengatakan ingin meniru ayahnya. "Karier yang dimiliki ayah saya adalah sebuah impian. Dia bermain di dua klub terkenal di Argentina dan kemudian memantapkan dirinya di Eropa. Itu tidak mudah," tambah Juanma.
"Saya selalu tertawa ketika mereka memberitahu saya bahwa saya akan dipanggil dengan sebutan yang sama dengan saya saya. Mereka bilang saya Tukang kebun kecil. Saya menerimanya dengan senang hati. Saya suka nama panggilan itu," pungkas Juanma.
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini